End of Philophobia [2]

437 54 15
                                    

•••

   Suasana dalam mobil nampak hening, pembicaraan singkat antara Guanlin dan Eunha pun baru saja berakhir beberapa menit yang lalu. Sedangkan Jihoon hanya diam memeluk Michael yang sedang menonton serial kartun disalah satu aplikasi dalam ponselnya.

Guanlin sesekali melirik Jihoon yang duduk dibelakang melalui kaca spion. Nampak dengan jelas kekosongan dari raut wajahnya, membuat setitik rasa aneh yang mencubit hatinya.

Ia membelokkan stirnya hingga sampai pada sebuah klinik yang cukup besar. Dan setelah ia memarkirkan mobilnya dengan sempurna, keempatnya lantas memasuki klinik.

Jihoon, Eunha dan Michael hanya duduk menunggu saat Guanlin berbincang pada sang resepsionis, sampai lelaki tinggi itu menghampiri ketiganya dan pergi bersama menuju ruang sang psikiater dengan Michael yang kini berganti berada dalam gendongan Guanlin.

“Kak.”

Eunha menoleh pada Jihoon yang menunduk sembari memainkan jemarinya dengan gusar. “Ada apa?”

Jihoon menatap Eunha dengan tatapan sendu sebelum ia kembali menunduk. “Mm— A-aku, aku takut.” cicitnya pelan namun rasa ketakutan sangat kental didengarnya.

Eunha meraih tangan kiri Jihoon dan menggengamnya lembut diiringi elusan pelan di punggung tangannya, sampai mereka sampai pada pintu ruangan sang psikiater.

Setelah mengetuk dan mendapat jawaban dari dalam, keempatnya masuki ruangan.

“Selamat siang.”

Sapa Eunha ramah dan membungkuk sekilas diikuti Guanlin juga Jihoon yang dibalas dengan senyum teduh.

“Siang, silahkan duduk.”

Eunha juga Jihoon duduk dihadapan sang psikiater, sedangkan Guanlin dan Michael duduk di sofa tak jauh dari keduanya.

"Jadi ini yang namanya Park Jihoon?, kenalkan saya Hwang Eunbi, Panggil Ka SinB aja ya." ujarnya dengan tawa anggun sedangkan Jihoon tersenyum kikuk. Kentara sekali jika ia merasa tegang.

“Santai saja Jihoon, tidak usah tegang seperti itu. Kalau begitu apa bisa kita mulai? Aku hanya akan bertanya-tanya sedikit baru setelah itu kita akan mulai proses terapi. Oke?” tanya SinB sembari membolak-balik map yang berisi berkas milik Jihoon.

“Jadi, Jihoon—”

•••

2 months later...

“Ia melalui masa terapi yang cukup cepat. Persentase nya sudah mencapai 98% dan sisa pertemuan hanya untuk penyembuah total. Tapi jika kau sudah tak ingin terapi pun tak masalah, asalkan kau melakukan proses terapi yang ku ajarkan padamu dirumah.”

   “Bunda! Bunda ayo bangun bun! Bunda lupa ya hari ini kita mau kemana?!”

Suasana pagi dalam sebuah apartemen itu nampak ramai oleh suara bocah bersurai cokelat yang sibuk membangunkan sang bunda yang masih bergelung dibawah selimutnya.

“Bunda~ ayo bangun! Bangun!”

Cup!

Cup!

Cup!

Cup!

Cup!

‘Hng...’

Sang bunda yang mendapatkan kecupan bertubi-tubi dipipi kanannya kini nampak mulai terbangun dari tidurnya. Ia mengerjap perlahan hingga saat kedua netranya membuka sempurna, buah hatinya yang masih menggunakan piyama bergambar banana dengan rambut sedikit acak-acakan itu menyambutnya.

One Of Our Love [Panwink]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang