Philophobia X

385 59 15
                                    

•••

   “—Lagipula tujuanku kesini ingin menghabiskan waktuku bersamamu juga Michael. Bolehkah?”

•P h i l o p h o b i a•

   Jihoon nampak ragu untuk menjawabnya membuat Guanlin merasa gusar, takut jika Jihoon menolak ajakannya.

Jihoon berpikir tentang bagaimana jika ia mengiyakan ajakan Guanlin, maka satu keinginan Michael selama ini akan terpenuhi. Namun mengingat tentang phobia yang ia alami itu, membuatnya berpikir dua kali untuk mengiyakan. Dirinya bimbang.

Tapi dalam hatinya, ada secercah rasa ingin mengabulkan pertanyaan yang kerap diajukan Michael padanya, dulu.

‘Bunda, dimana Papa? Michael tak pernah melihat Papa, Michael juga ingin seperti teman yang pergi bersama Papa-nya, bun.’

‘Bunda, minggu depan kesini lagi ya? Michael ingin jalan-jalan bersama bunda juga Papa! Jadi bunda harus datang bersama Papa!’

‘Apa ada Papa?’

‘Bun, besok apa tidak bisa pergi bersama Papa juga? Meski hanya pergi ke toko kue atau ice cream?’

‘Bunda tidak datang bersama Papa?’

Bayang-bayang suara Michael yang bertanya tentang sang ‘Papa’ terputar bagaikan kaset rusak dalam pikirannya. Membuat air matanya secara spontan menggenang.

‘Demi Michael, Jihoon. Demi Michael.’ batinnya menguatkan dalam hati.

Jihoon menatap Guanlin dalam, hanya beberapa detik, dan ia mengangguk mengiyakan. “Y-ya boleh.”

Jawaban yang Jihoon lontarkan membuat senyum cerah terbit pada paras Guanlin yang tampan. Jihoon dengan segera memberikan kunci mobilnya pada Guanlin yang diterimanya dengan senang hati.

•••

   Suasana dalam mobil cukup canggung, setidaknya bagi Jihoon seorang. Karena Michael sedari tadi bermain dengan ponselnya dan Guanlin yang terlihat santai sembari menyetir, ia bahkan sesekali tersenyum sembari melirik Jihoon juga Michael.

“Ada tempat yang ingin kalian kunjungi?” pertanyaan yang dilontarkan Guanlin memecah keheningan yang ada. Guanlin menoleh pada kedua lelaki manis disampingnya, begitu mereka berhenti karena lampu lalu lintas.

“A-ah sebenarnya aku tidak mengetahui ingin kemana karena tidak merencanakan ingin pergi ke suatu tempat. A-aku ikut kau saja.” ujar Jihoon dengan gugup.

Michael lantas menoleh menatap Jihoon dengan wajah merengut. “Bunda! Michael kan ingin banana chocolate brownies, bunda bilang akan membelinya.”

Guanlin terkekeh mendengar nada protes yang dilayangkan Michael pada sang bunda, sedangkan Jihoon sendiri hanya meringis pelan.

“Aku tahu cake shop yang enak dekat sini.”

Michael dengan cepat berbalik menghadap Guanlin dan tersenyum cerah. “Benarkah?! Apa paman tahu cake shop yang enak?! Kalau begitu ayo paman kita kesana! Ayo! Ayo! Ayo!”

Michael nampak bersemangat, membuat Guanlin tersenyum tipis dibuatnya. Ia merasa sakit, jujur saja. Michael masih belum mengetahui siapa dirinya. Didalam hati, ia bertekad akan menghasut Michael untuk memanggilnya seorang ayah!

“Kita akan segera sampai.” ujarnya dengan nada bahagia, meski dalam hati tidak terlalu.

“YEAY! BANANA CHOCOLATE BROWNIES!

One Of Our Love [Panwink]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang