Mazeltov

88 13 3
                                    

Dibawah rintik hujan...
Seseorang mulai memberanikan diri dan berkata "mau menjadi pacarku?"

Tahun 2017 dimana aku memulai kehidupan baru, disekolah baru, dan akan mendapat pengalaman baru.
Dengan niat yang baru, aku mencoba untuk mengekspos dunia yang belum pernah ku kunjungi sebelumnya. "Aku masuk kesekolah ini? Sepertinya aku sedang bermimpi. Namun, ini terlihat sangat nyata" Gumamku dalam hati. Melihat betapa indahnya sekolah yang kukagumi selama ini. "Terima kasih Tuhan, atas nikmat dan skenario-MU ini."

Aku menelusuri semua kelas, lalu masuk ke kelas baru. "Semoga kelas ini dapat menjadi cerita untuk anak anakku nantinya"
Suasana baru yang bahkan tak pernah kubayangkan sebelumnya. Melihat kesana kemari hanya terlihat mereka berpasang pasangan. "Bukannya mereka baru saling kenal yah? Kok udah bisa pasangan gitu?" Pertanyaan bodoh yang ada dalam pikiranku. Bel Masuk berbunyi, aku sudah siap memulai ini semua !!!

Keesokan harinya, aku terbangun dan kembali menghadapi kenyataan yang ada. Orang tua yang selalu bertengkar, Saudara yang tak pernah akur, bahkan tetangga yang tak pernah menganggapku ada.
Saat pertama aku menghadapi itu semua, aku rasa ini akan menjadi kehidupan paling sengsara yang pernah kujalani.
"INI APA? KENAPA MASIH MENTAH? GA PANDE MASAK NASI? BODOH!!!!" Teriakan ayahku yang masih pagi sudah membuat suasana dirumah kacau. "MASAK NASI SENDIRI KALAU MEMANG GAK MAU MENTAH !!!" Ibuku yang membalas teriakan suaminya. Padahal, Ibuku hanya kurang banyak menuangkan air. Tapi, Ayahku selalu membesar besarkan hal sepele. Itu yang membuatku sangat membenci Ayahku. Namun, aku sudah mulai terbiasa akan semua ini. Aku menghiraukan mereka, aku hanya terus bersiap dan bergegas untuk berangkat sekolah. Sesampainya disekolah, aku melihat ada anak yang baku hantam dihalaman belakang sekolah. Aku tetap menghiraukan mereka. Bukan karena aku tak perduli, aku hanya sudah bosan dengan semua itu saat berada dirumah. Aku melanjutkan perjalanan ke kelasku. Sampai dikelas, mereka sudah ribut membicarakan tentang perkelahian seseorang. "Iya, tuh anak katanya selalu berkelahi dengan siapa saja. Dia sok kuat atau gimana sih? Kurang kerjaan banget." "Iya, lebih bagus dia kerja dirumahku. Mumpung banyak piring kotor." "Hahahahahahaha". Secerca omongan yang membuka pagi hariku dikelas.

Selang beberapa waktu, ada anak yang datang dengan berlumuran darah disekitar wajah nya. "Hah, itu anak yang berantem tadi. Dia sekelasku toh?" Gumamku keheranan. Tapi, yang anehnya adalah tak ada satupun teman sekelasku yang memperhatikan dia. Yang menanyakan tentang bagaimana dia mendapatkan luka itu, atau menanyakan siapa yang menang misalnya tak ada satupun yang bertanya.
Aku mencoba untuk bertanya padanya "kau, gak papa? Kenapa bisa berantem?" Dia hanya lewat dan tak memperdulikan pertanyaanku, aku bingung melihatnya. Bagaimana bisa anak seusiaku bisa melakukan hal seperti ini? Ah sudahlah, aku ingin melanjutkan hidupku yang sederhana ini. Bel masuk sekolah berbunyi, semua bersiap dan guru masuk ke kelas kami. Pembelajaran dimulai !!!

Bel Istirahat berbunyi, semua sudah siap untuk keluar dari kelas yang membosankan ini. "Maybe we can meet next time again, thank you and goodbye" "Goodbye sir" Penutulan seorang guru bahasa Inggris pada kami. "Kemana tujuan kita ini guys?" "Kuy kita liat anak ganteng dari kelas sebelah, katanya dia anak orang kaya loh" "Bener? Siapa siapa?" "Ya mana aku tau, makanya kesana" "Let's gooo !!!". "Mereka ngomongin siapa sih?" Gumamku dalam hati. Aku hanya selalu bergumam tanpa ada teman yang bisa kuajak bicara. "Mau kemana istirahat ini Sin?" Sapa teman sebangku ku dengan senyuman. "Enggak kemana mana, lagi malas keluar aja" Balasku dengan senyuman kembali.
Miya... Teman sebangku ku yang belum kukenal lebih jauh bagaimana orangnya, yang hanya bisa kulihat dari bagaimana cara dia berpakaian. Dan aku merasa dia adalah orang baik, dengan sikap ramah dan senyuman yang penuh bahagia.
"Waahhhhh.... Dia ganteng banget. Kaya malaikat yang turun dari langit" Sebuah kata yang membuatku terkejut karena teriakan nya. "Istirahat kedua nanti kita datang lagi liat dia yaaaa" "Iyaaaa" "Mereka kesekolah ini ngapain sih? Cuma mau ngeliat orang doang? Atau mau belajar? Ah sudahlah" Aku yang selalu bergumam dalam hati. Bel masuk berbunyi, yang lebih membuatku terkejut adalah Dia. Yang tiba tiba datang dengan bertambah luka yang ada ditangan nya. "Nih anak kenapa sih? Hobi yah berantem?" Gumam gumam dan selalu gumamku yang menemaniku.

Bel pulang meneriakkan bunyinya ke telinga kami. "Pulang gess, jomm" "Kuyyyy... Mana kita? Rumah langsung atau kafe dulu?" "Kafe dulu... Malas dirumah, selalu disuruh kerjaan" Semangat mereka hendak ke Kafe. "Sin... Pulang ini mau kemana?" Miya bertanya padaku. "Langsung pulang, kamu?" "Pulang juga langsung. Bareng dong!!" Dengan senyum manisnya, Miya mengajakku. "Rumah kamu dimana emang?" "Tuuhhh, disana arah sana" Miya menunjuk keluar jendela. "Lah, nih anak sejalan sama aku? Kok ga pernah nampak ya?" Gumamku yang tak henti henti nya dari tadi. "Yaudah iya. Susuni bukumu, biar kita pulang" "Yeee... Makasih Sasin" Senyum merekah nya kembali terlihat dihadapanku.

Pada akhirnya, kami pulang bersama. Dijalan Miya bertanya "Sasin.. kamu orang pindahan ya? Kok aku baru liat?" "Enggak, aku sudah lama tinggal disini." "Terusss, kok aku baru liat kamu?" "Aku lebih senang hanya dirumah daripada diluar bermain tak jelas" Jawabku dengan senyuman. "Oooo... Pantesan aja aku baru liat." Saat tengah berbincang, kami disuguhi pemandangan perkelahian seseorang yang dari jauh sepertinya aku mengenal nya. Benar sekali, dia teman sekelasku yang suka berantem itu. Dia pikir dia hebat apa? Sampe selalu berantem gitu. Kasian juga orang tua nya, kalo dia selalu begitu. Aku berlari menghampiri nya "Heh, kau kenapa sih? Hobby berantem ya?" Aku bertanya setengah ngos ngosan. "......." Dia hanya diam. "Gak kasian apa sama orang tuamu?".
Dia diam dan pergi meninggalkan kami berdua. "Anak yang aneh."

Tanpa sadar, kami sudah sampai dirumah masing masing. Kami berbeda jalur, "Yauda Sin, kita pisah disini. Soal Yohan tadi gak usah dipikirin. Daaaaa" dia pergi meninggalkan ku dengan senyuman. "Oo.. jadi nama anak itu Yohan. Baiklah, mungkin aku bisa memulai untuk berteman dengan nya." Aku kembali ke kenyataan yang pahit lagi didalam rumah ini.

Mazeltov (They Doesn't Know)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang