Mengawali pagi dengan senyuman, Miya mencoba menyapa Sasin yang sudah ada di dalam kelas. "Selamat pagi Sayanggggg" dengan senyuman khas Miya yang selalu membuat Sasin terpesona. "Duduk sini, ada yang ingin aku bicarakan denganmu" ucap Sasin sambil memukul mukul kursi disebelahnya.
"Ada apa Sayangg??? Rindu banget sama aku gituu? Sampe sampe aku baru dateng udah disuruh duduk aja" ucap Miya kegirangan.
"Hubungan kita berakhir sampai sini aja yah" ucap Sasin sedikit tersenyum.Mendengar kata kata itu Sontak membuat Miya terpelongo tak berdaya. "Apa? Apa kamu bilang barusan ?" Ucap Miya masih tak percaya dengan yang dikatakan Sasin.
"Iya hubungan kita. Kamu terlalu banyak menyembunyikan hal hal padaku. Aku tidak suka dengan semua itu. Aku berpikir kamu adalah orang yang baik. Aku pikir kamu adalah orang yang bisa diandalkan. Tapi nyatanya, semua itu berbalik kebelakang. Miya, untung saja aku yang kamu gitukan. Untung saja aku yang kamu bohongi. Dan untung saja aku yang diselamatkan Yohan untuk tidak menerjangmu di club malam itu. Tapi ya sudahlah, sudah cukup. Aku tak ingin terbawa emosi kalau mengingat kejadian itu. Hubungan kita berakhir sampai disini yah. Terima kasih" jelas Sasin pada Miya."Oohhh, ya sudah. Baguslah kalau begitu. Lagian aku ga sebegitu sayang nya samanu, untuk apa juga dipertahanin. Lagian, aku juga main main sama hubungan ini. Gausa ucap terima kasih, karena hubungan kita semalam cuma candaan. Daahhh" balas Miya dengan sangat acuh. Mendengar perkataan Miya itu sontak membuat Sasin marah, ia ingin menampar Miya. Saat tangan Sasin sudah mendekati pipi Miya, dari jauh ada yang berkata, "Sasin, udah cukup. Hentikan.. biarkan dia, tinggalkan dia" ternyata dia adalah Suci. "Dia perempuan, ga seharusnya kamu gituin dia. Walaupun dia melakukan kesalahan yang fatal. Jangan pernah menyentuh nya, bayangin jika ibumu digitukan, bayangin jika kakakmu digitukan, bayangin jika adikmu digitukan. Kamu sudah pasti tidak terima. Wanita adalah makhluk yang tak bisa kamu luruskan secara paksa. Karena hakikatnya, Wanita tercipta dari tulang rusuk. Saat kamu memaksa dia untuk lurus dia akan patah. Jika kamu membiarkan dia, dia akan bengkok sampai kapanpun." Jelas Suci pada Sasin. Lalu Suci meninggalkan Sasin.
Mendengar perkataan itu, membuat Sasin tersadar. Bahwa yang akan dilakukan nya itu salah. Dia bersyukur Suci memperingatkan nya. Jika bukan karena Suci, mungkin Sasin sudah melayangkan tamparan nya ke Miya. Sasin pergi meninggalkan Miya, lalu menemui Suci. "Suci... Maafkan aku dengan tindakanku tadi" Sasin mencoba meminta maaf, "Jangan minta maaf padaku, minta maaf pada Miya sana" jawab Suci sambil menulis. "Dia yang bersalah, aku terbawa emosi karena perilaku nya yang seperti itu" jelas Sasin sekali lagi. "Tidakkah kau dengarkan ucapanku tadi ? Pergilah, aku sedang sibuk" ucap Suci menyuruh Sasin untuk pergi dari dekatnya.
Sasin pergi dari Suci, Sasin kembali kekursi nya. Terdiam sejenak, memikirkan segala hal yang datang kedalam pikiran nya. Didalam lamunan nya itu, tiba tiba seseorang menepuk pundaknya, "Sasin... Diam diam aja, kenapa?" Ternyata Yohan yang menepuk pundaknya. "Eh... Ga., Ga ada. Kau kok baru nampak? Darimana?" Tanya Sasin pada Yohan. "Kejebak macet dijalan. Makanya aku sedikit terlambat" jawab Yohan atas pertanyaan Sasin.
"Jadi gimana ? Sudah bisa ?" Tanya Yohan.
"Bisa apa? Aku ga ngerti" jawab Sasin kebingungan.
"Sudah bisa nerima kalo Miya seperti itu ?" Tanya Yohan lagi pada Sasin. Tapi, Sasin hanya diam saja. Tak menjawab pertanyaan Yohan. "Hei... Jawab" ucap Yohan sambil memukul Sasin. "Itu yang dari tadi sedang kupikirkan, aku gak menyangka kalau dia orang nya seperti itu. Tapi hubungan kami sudah berakhir, aku yang mengakhiri nya. Dan hebatnya, dia selama ini tak ada perasaan apa apa padaku. Sungguh wanita yang luar biasa" Jelas Sasin semuanya pada Yohan."Kau sudah melakukan hal yang baik Sasin, dan dengan ini kau sudah bisa mengambil pelajaran kalau DON'T JUDGE A BOOK BY IT'S COVER" ucap Yohan menyemangati Sasin. Dengan kejadian ini, mereka berdua semakin dekat lagi.
Dari kejauhan, Suci memandang Yohan. Ntah kenapa pada saat itu, perasaan Suci yang dulu pernah ada kini mulai muncul kembali ke permukaan. "Sucii... Serius amat liat Yohan nya, kamu suka sama dia yah?" Tiba tiba pertanyaan Alda membuat Suci terkejut. "Eh... Enggak kok, aku ga suka" jawab Suci terbata bata. "Aduh Sucii... Jangan bohongin akuu, keliatan kok dari wajah kamu" ucap Alda menggoda Suci.
Wajah Suci semakin memerah, karena hal ini Suci langsung lari pergi meninggalkan Alda.Pada saat yang bersamaan Yohan melihat Suci pergi, Yohan lalu mendatangi Alda dan bertanya. "Pergi kemana Suci?" "Gatau tuh... Dia main pergi aja" jawab Alda sesingkat singkatnya. "Ooo... Ada waktu sebentar? Ada yang ingin kuungkapkan padamu" ucap Yohan serius pada Alda. "Ungkap? Ungkapin apa? Ungkapin aja disini" jawab Alda kembali dengan singkat. "Enggak bisa disini, ini serius. Ayo ikut denganku" ucap Yohan sambil menarik tangan Alda.
Mereka berdua sampai dibelakang sekolah, lalu Alda dengan kuat melepas pegangan tangan Yohan. "Apasih Yohan? Udah sunyi kan? Bilang aja sekarang" ucap Alda ketus pada Yohan.
Yohan kemudian menarik nafasnya, menghembuskan dengan perlahan lalu berkata. "Jadilah pacarku" Sontak membuat Alda terperanjat dengan perkataan Yohan."Yohan, kau kenapa? Kenapa tiba tiba nembak aku? Aku gamau samamu. Ada orang yang lebih berhak disampingmu selain aku. Udah cukup, gausah basa basi. Aku mau kembali ke kelas. Aku menolakmu, langsung tepat dihadapanmu. Jadi jangan berharap apapun lagi padaku" setelah mengatakan itu Alda pergi meninggalkan Yohan sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mazeltov (They Doesn't Know)
Teen FictionPengalaman hidup, bukan hanya didapat dari diri sendiri. Pengalaman hidup yang berarti kadang kita jumpai pada orang yang tak berarti bagi kita sekalipun. Tentang menghadapi ujian? Bukan dengan melarikan diri, tapi dengan menikmati proses yang terja...