(Latar berada di rumah sakit)
Dokter yang keluar dari lab pengujian, menghampiri salah satu pasien yang terbaring disana lalu berkata, "Nak... Apapun yang terjadi pada hidupmu, bagaimana pun kehidupan mu akan berjalan, tetaplah bersemangat. Jalani hidupmu dengan penuh senyuman" setelah mengatakan hal itu, dokter tersebut memberikan selembaran kertas. "Maaf, tapi kami tak bisa membantumu lebih dari ini" kata dokter pada pasien tersebut. Dan terlihat lah, apa yang tertulis pada selembaran itu. Si Pasien dikonfirmasi mengidap penyakit kanker yang mematikan. Melihat itu, pasien tersebut hanya dapat menahan tangisnya, menahan kesedihan nya, karena hal ini dia tau bahwa tangis paling sakit adalah yang tak bersuara.(Latar kembali kerumah Sasin)
"Sasin... Bangun nak, sudah jam berapa ini. Nanti kamu terlambat ke sekolah" kata ibu Sasin kepadanya. Didalam kamar, sebenarnya Sasin sudah terbangun dari tadi. Dia duduk termenung memikirkan tentang keluarga nya yang sudah lebih baik seperti sekarang. Akankah dia harus terlihat senang dengan keadaan ini, atau ada yang disembunyikan dari kedua orang tuanya. "Sasin? Sudah bangun?" Ucap Ibu Sasin sambil membuka pintu kamar Sasin. "Sudah Bu... Sudah dari tadi Sasin bangun" jawab Sasin dengan tersenyum. "Kalau begitu, ayo keluar... Mandi setelah itu, sarapan supayaa ga terlambat kesekolah". Kata Ibu Sasin padanya. "Iya Ibuu... Siappp" jawab Sasin sambil membereskan tempat tidur nya.Sasin sudah berada disekolah, dan tentu saja Yohan juga sudah berada didalam kelas. "Woi... Cepat amat sih datang nya, biasa nya aku loh orang yang paling cepat datang diantara murid murid. Kenapa kau cepat kali?" Ucap Sasin menyapa Yohan. Namun, Yohan hanya diam seolah tak sadar akan kehadiran Sasin. "We Yohan" Sasin menepuk pundak Yohan. Lalu Yohan mulai sadar. "Eh kau... Sudah lama datang?" Jawab Yohan tersenyum. "Udah, dari jam 5 subuh tadi aku udah disini" ucap Sasin sambil meletakkan tasnya. "Ha? Serius... Aku yang dari jam 4 disini kok ga ada nampak kau?" jawab Yohan sedikit kebingungan. "Ha? Dari jam 4 subuh kau bilang? Ngapain kau disini jam 4 subuh?" Ucap Sasin yang lebih kebingungan lagi. "Bukan apa apa, ada urusan yang harus kuselesaikan dengan cepat" kata Yohan pada Sasin. "Terus... Kau kenapa tadi ngelamun? Mikirin apa?" Tanya Sasin pada Yohan. Yohan tak menjawab pertanyaan itu, lalu mengatakan "eh, kau udah siap tugas kimia? Yang belum siap kena hukum" mendengar itu, Sasin langsung membuka tas nya lalu melihat apakah dia sudah menyelesaikan nya atau belum. Dan ternyata, dia sudah menyelesaikan nya. "Sudah kok... Alhamdulillah" ucap Sasin merasa lega.
Ya, waktu sudah menunjukkan pukul 07.45 dimana semua murid dari kelas ini masuk tiada hentinya. Mulai dari laki laki sampai perempuan nya, tak luput bagi Miya juga. Dia masuk bareng dengan mereka. Melihat Sasin yang sudah berada didalam kelas membuat Miya mengeluarkan sifat manja nya secara tiba tiba. "Sasiinnn ... Dah lama disini ? Maaf aku baru dateng" "Iya ga papa, setidaknya kamu sekolah" ucap Sasin kepada Miya. Tapi, ntah kenapa Suci juga ikut dengan mereka. Masuk secara bersamaan, ntah dia sengaja atau ada halangan yang membuat dia jadi terlambat.
Pelajaran telah dimulai, semua belajar seperti biasanya. Tapi tidak dengan Suci, Suci hanya berdiam diri tak berkata seperti biasanya. Bahkan, Suci yang ditanya guru tak dapat menjawab soal pertanyaan. "Suci... Kamu kenapa? Ga kaya biasanya. Cerita sama aku kalo lagi ada masalah. Aku siap dengerin kok" ucap Alda teman sebangku Suci. "Gak papa kok Alda. Aku baik baik aja, terima kasih udah memperhatikan aku" ucap Suci pada Alda dengan senyuman. "Bener nih ga papa?" Tanya Alda meyakinkan, "Iya Alda gapapa kok" jawab Suci dengan senyuman sambil memeluk Alda.
"Kamu kenapa Suci ?? Jangan bohong sama aku. Pliss... Ceritain sama aku" ucap Alda yang sedikit tidak tenang dengan keadaan Suci. "Ih... Alda bandel yah kalo dikasih tau" ucap Suci tertawa kecil sambil memukul kepala Alda dengan lembut. "Iya deh iyaaa, kalo ada masalah cerita sama aku yah" ucap Alda kembali memeluk Suci."Sayang... Yuk ke kantin. Aku yang bandarin" ucap Miya mengajak Sasin. "Kamu yang bandarin? Serius nih gapapa? Masa iya cewe yang bandarin cowo" ucap Sasin tak percaya. "Ih gapapa kalii... Yang selama nya harus cowo yang bandarin kan?" Kata Miya meyakinkan Sasin. "Bener nih ga papa?" "Udah yukkk..." Kata Miya sambil menarik tangan Sasin.
Mereka berdua ke kantin. Dan ternyata, teman teman Miya sudah berada disana.
"Hii... Teman, ini aku udah datang. Kenalin nih pacar aku" kata Miya dengan memperkenalkan Sasin pada temannya. "Wah, ganteng banget... Pake pelet kau ya Miya" kata teman Miya menggoda Miya. "Iya dong..." ucap Miya sambil membalas candaan teman nya. Sasin hanya tertawa kecil melihat kejadian itu.Dikelas, hanya ada mereka berdua. Yohan yang sedang mengerjakan tugas. Dan Suci yang masih saja melamun. Namun, Yohan berusaha memberanikan diri dan bertanya, "Suci... Ada apa? Tidak seperti biasanya" Suci yang mendengar suara Yohan tiba tiba terkejut tak berdaya. Suci menjawab pertanyaan itu dengan sedikit gugup, "E-e-enggak apa apa kok," Yohan kembali berkata sambil menulis, "kalo memang ada masalah cerita aja sama teman sebangku mu. Alda siap dengerin tuh". "I-i-iyaa".
Sasin dan Miya kembali ke kelas. Mereka berdua melihat Yohan dan Suci yang berada didalam kelas namun tak ada percakapan diantara mereka. "Sasin... Kapan kapan aku bandarin lagi ya ke kantin nya" ucap Miya sambil memegang tangan Sasin. "Ih jangan... Lain kali aku yang bandarin kamu, makasih" balas Sasin tersenyum. Sasin dan Miya kembali ke kursi mereka. Dan pada saat itu tepat lonceng bel masuk Istirahat berbunyi.
Semua masuk kedalam kelas, lalu Miya berjalan menuju kekursi teman nya. Dan yang paling tidak Sasin sangka adalah Suci datang kekursi Sasin lalu meletakkan Surat di meja Sasin lalu pergi begitu saja.Sasin yang heran membuka surat itu dan isinya adalah "Sasin... Maaf bukan mau ikut campur dalam urusan kalian berdua. Tapi, aku hanga ingin mengingatkan bahwa yang kamu lakukan itu salah. Pacaran dilarang oleh agama, apapun alasan nya. Aku harap kamu bisa melepaskan Miya bukan karena tak cinta, tapi karena takut pada Tuhan" melihat isi surat itu membuat hati Sasin bergetar. Benar kata Suci, itu salah. Pacaran dilarang, lantas kenapa tetap dilakukan? Tidak takutkah pada sang Pencipta? Apakah lebih mencintai Yang Diciptakan daripada Sang Pencipta?
Sasin tersadar akan kesalahan nya, namun tetap saja dia tak bisa memutuskan hubungan dengan Miya secara tiba tiba tanpa ada alasan.
Saat itu juga Yohan datang, lalu mulai berbicara, "Maaf, putuskan Miya sekarang. Atau kau akan menyesal nantinya" mendengar perkataan itu Sasin terkejut lalu bertanya, "apa maksud mu Yohan?" "Ikut aku nanti malam, akan kutunjukkan suatu hal istimewa padamu" Sasin semakin bingung dengan perkataan Yohan. Malam pun tiba, Yohan dan Sasin sudah bersama di jalan. "Apa yang akan kau tunjukkan Yohan?" Tanya Sasin masih penasaran, "Sudah ikuti saja" jawab Sasin. "Tapi... Ini sudah jam 12 malam, aku mengantuk" ucap Sasin kebingungan dalam kantuk nya.
"Kita sudah tiba, silahkan masuk dan lihat apa yang ada didalam" pinta Yohan pada Sasin.
"Tempat ini kan... Apa yang ingin kau tunjukkan Yohan?" Tanya Sasin sekali lagi sambil membuka pintu nya. Dan benar saja, penampakan yang sangat mustahil berada dihadapan Sasin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mazeltov (They Doesn't Know)
Teen FictionPengalaman hidup, bukan hanya didapat dari diri sendiri. Pengalaman hidup yang berarti kadang kita jumpai pada orang yang tak berarti bagi kita sekalipun. Tentang menghadapi ujian? Bukan dengan melarikan diri, tapi dengan menikmati proses yang terja...