Sekarang ntah bagaimana dan apa yang terjadi, Sasin mencoba untuk mendekati Suci. Memberanikan diri dan berkata "Suci, mau jadi pacarku?" Mendengar pengakuan Sasin membuat Suci terkejut lalu berkata dengan sedikit lantang. "Kenapa seperti ini ? Bukannya kamu tidak tau kalau pacaran itu dilarang dalam Agama?" Mendengar pernyataan Suci membuat Sasin tersadar, bahwa yang dilakukan nya tadi sungguh memalukan. Ia kembali ke kursinya dan merenungi apa yang dikatakan Suci padanya. "Cieee, ditolak... Wkwkwk" perkataan Miya yang membuat Sasin semakin malu. "Udahlah Sasin, jangan kejar Suci yang sudah seperti itu. Dia mungkin tengah menjaga dirinya. Lebih baik kamu sama aku"
Pernyataan Miya yang sedikit tiba tiba itu membuat Sasin terkejut, "ha? Sama kamu?" Sasin membuat wajah terperanjat nya. " Aku ga mungkin sama kamu Miya, kamu orang nya baik, selalu care dengan keadaan orang lain, selalu tersenyum, aku tidak yakin aku pantas sama kamu" mendengar jawaban Sasin membuat Miya sedikit kecewa. "Lalu, apa bedanya dengan Suci? Dia juga pasti baik sudah menjadi orang yang seperti itu. Lantas kenapa kamu mau memacari dia? Sememtara aku enggak. Aku dari pertama kali sudah suka sama kamu Sasin. Kumohon, hargai kejujuranku saat ini" Miya mengatakan hal yang tak terduga kepada Sasin dengan posisi wajah yang tertunduk.
Sasin berpikir, betapa bodohnya dia. Dia tak menyadari bahwa selama ini Miya menyukainya. Sasin tak pernah tau bagaimana hati Miya kepadanya. Sungguh, kisah yang mengharukan. Saat kamu menyukai dan menyayangi seseorang, namun orang tersebut lebih memilih orang lain.
Begitulah mungkin yang dirasakan Miya saat ini. Namun, dengan sigap nya Sasin berkata pada Miya. "Maaf, tak pernah menyadari bagaimana hatimu kepadaku. Maaf karena aku terlalu acuh pada perasaanmu. Makasih sudah jujur padaku, mau kan jadi pacarku?" Mendengar perkataan Sasin sangat membuat Miya terkejut, saat itu juga mereka jadian. Pesan Miya kepada Sasin, "Sasin... Aku akan membuatmu bahagia lebih dari saat kamu melihat Suci". Begitulah awal mula Sasin dan Miya berpacaran. Sasin menganggap bahwa Miya adalah orang baik, ramah, dan suka membantu. Itulah kenapa Sasin yakin, mereka akan bertahan lama dalam hubungan ini.
Sepulang sekolah, mereka bertiga kembali kerumah bersama sama. "Sasin... Kita pisah disini yah, jangan lupa kontak aku nanti malem. Daaaa" Miya mengucapkan semua itu dengan senyuman terindah nya. Sasin yang melihat senyum itu merasa tenang, lalu membalas "Iya Miya... Aku akan kontak kamu nanti malem, hati hati dijalan" Sasin melontarkan senyuman nya kembali kepada Miya. Sebegitu senangnya mungkin Sasin mendapatkan seseorang yang begitu menyayanginya.
Sesampainya dirumah, Sasin melihat begitu akrab nya keluarga mereka. Ayah dan ibu Sasin tak pernah lagi bertengkar. Mulai dari semalam, mereka selalu akur. Sasin memang senang melihat ini semua, namun perasaan Sasin bercampur aduk. Sasin masih bingung tentang apa yang terjadi pada kedua orang tuanya. Mengapa bisa akur? Apa yang merasuki mereka? Pertanyaan demi pertanyaan muncul dalam pikiran Sasin. Tapi setidaknya, Sasin merasa tenang dengan keadaan rumah nya sekarang.
Mulai saat ini, Sasin dan Miya menjalani hubungan mereka dengan baik. Tanpa ada perseteruan yang mendalam. Selalu bersama saling menyayangi satu sama lain. Selalu menghadapi cobaan bersama. Selalu ada dikala susah ataupun senang. Mereka seperti sepasang kekasih idaman banyak orang. Sampai sampai, hanyak yang iri terhadap hubungan mereka. Yang satu menawan, yang satu cantik. Layak nya sebuah Mutiara yang ditemukan seorang pangeran. "Sayang... Aku ga ngerti soal ini, bisa bantu ngerjain?" Pinta Miya pada Sasin. "Yauda sini aku bantui". Sebuah pandangan eksotis saat pangeran sedang memanjakan mutiara nya, menjaga mutiara nya.
Teman sekelas mereka kagum saat melihat bagaimana cara mereka membangun sebuah ikatan. Hanya satu orang yang merasa risih dengan mereka berdua, dia adalah Suci. Suci yang mengetahui tentang hubungan mereka mencoba untuk menghiraukan kehadiran mereka. Bukan Suci merasa terganggu, melainkan dia tau bagaimana rasa nya diposisi mereka. Itulah kenapa Suci takut diantara keduanya bertengkar lalu berpisah dan mereka berdua saling tak bercakapan satu sama lain lagi. Seperti yang terjadi antara Suci dan Yohan.
Yohan yang selalu berkelahi, kini mulai jarang untuk berkelahi. Semenjak kedatangan Suci kembali di kehidupan nya. Yohan hanya berharap, jika dia bisa mengubah dirinya sebaik Suci. Maka mereka dapat bersama seperti dulu dalam ikatan pernikahan. Yohan mulai belajar, Yohan mulai memperbaiki kesalahan kesalahan nya yang dulu saat Suci belum hadir. Namun, tiba tiba 10 orang murid dari kelas lain kembali mendatangi Yohan dan berkata, "Yohan, ikut kami sekarang. Atau kelasmu akan menjadi berantakan".
Yohan yang mendengar hal itu langsung pergi mengikuti mereka. Tak hanya Yohan, ternyata dibelakang Yohan ada seseorang yang diam diam mengikuti mereka. Dibelakang sekolah Yohan langsung dihajar bertubi tubi. Yohan hanya diam tak melawan. Dia takut, jika nanti Yohan melawan maka kelas nya akan kembali didatangi banyak orang. Yohan menerima semua pukulan itu, tak satupun pukulan yang ditahan Yohan. Hingga sampai akhirnya, seseorang yang mengikuti Yohan dari belakang menerjang orang yang memukuli Yohan. "Kau tak apa apa Yohan? 10 lawan 1 itu tak adil. Kenapa ga bawa aku juga? Aku siap membantu". Yohan terkejut melihat kedatangan nya. Ya benar, dia adalah Sasin. Seseorang yang diam diam mengikuti Yohan.
Sasin mencoba mengalahkan mereka semua dengan Kickboxing nya, namun... Tetap saja Sasin kalah jumlah dengan mereka. Yohan tiba tiba berdiri dan menerjang mereka. Dengan pukulan yang sama seperti pukulan yang dilontarkan Sasin padanya. "Anak ini... Dia berlatih kickboxing juga? Namun dimana? Dikota ini hanya ada satu tempat pelatihan. Kenapa kami tak berjumpa?" Ucap Sasin didalam hati melihat Yohan yang mengikuti gerakan nya. "Sasin... Mundurlah, aku tak ingin temanku terluka" ucap Yohan pada Sasin. "Nggak mungkin aku meninggalkan mu sendirian, mereka ada 10 orang. Setidaknya walaupun kita kalah, ada perlawanan untuk mereka" jawab Sasin dengan tegas. "Sudah kubilang pergilah" Yohan mengucapkan kata itu sambil berlari menerjang 10 orang itu.
Sasin terdiam melihat semua kejadian yang tepat berada dihadapan nya. Yohan mengalahkan mereka semua. Tak satupun dari mereka yang tak berdarah. Semua kalah, hanya Yohan yang tetap berdiri. Seperti pandangan masa lalu saat Sasin pertama kali melihat Yohan menghajar 5 orang dengan sendirinya. Dan sekarang Yohan juga menghajar orang dengan sendirinya, bahkan sampai 10 orang. "Anak ini... Belajar beladiri darimana? Aku tak tau teknik apa saja yang digunakan nya tadi. Tapi, dia bisa mengalahkan semuanya sekaligus. Anak yang luar biasa".
Setelah kejadian itu, Yohan dan Sasin kembali ke kelas mereka bersama sama. Sasin hanya sedikit terluka pada bagian tangan nya. Karena memukul orang tadi. Sementara Yohan, dia tak terluka sama sekali. Hanya bajunya yang kotor, saat 10 orang mengkroyok nya sekaligus. "Sasin, terima kasih telah membantuku. Tapi kumohon, jangan pernah ikut lagi dalam perkelahian apapun. Cukup ikuti pelajaran disekolah ini. Jadilah orang yang dapat membahagiakan orang tuamu" Nasihat Yohan kepada Sasin yang mencoba membantu Yohan dalam berkelahi tadi. Yohan kembali ketempat duduknya, Sasin juga kembali ketempat duduknya. "Tangan kamu kenapa kok luka gini ? Berkelahi sama Yohan lagi ?" Tanya Miya kepada Sasin. "Enggak, aku hanya membantu Yohan tadi. Tak menjadi masalah" ucap Sasin tersenyum sambil mengelus kepala pacarnya. Namun, diarah belakang. Terlihat tampang wajah Suci yang sangat khawatir dengan keadaan Yohan. Suci hanya dapat berdoa, Semoga Yohan baik baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mazeltov (They Doesn't Know)
Teen FictionPengalaman hidup, bukan hanya didapat dari diri sendiri. Pengalaman hidup yang berarti kadang kita jumpai pada orang yang tak berarti bagi kita sekalipun. Tentang menghadapi ujian? Bukan dengan melarikan diri, tapi dengan menikmati proses yang terja...