Aku melayangkan kepalan tanganku kepada Yohan. Disitu Yohan seperti tak merasakan sakit, walaupun aku sudah memukul nya dengan sekuat tenaga. Dia hanya terdiam dan melepas kan tanganku dari kerah bajunya dengan perlahan. "Yohan... Bukan seperti ini cara mu menunjukkan bahwa kau tak menyukai kami. Seharusnya kau lebih berusaha untuk menjadi lebih baik untuk menunjukkan bahwa kau bisa dan bukan untuk disepelekan" Aku mencoba menasehati Yohan. Tapi Yohan hanya diam, seolah tak mendengarkanku. "Oke Yohan, aku akan membereskan ini semua seperti semalam. Jangan usik lagi kedamaian kelas ini" aku meninggalkan Yohan dikursinya lalu membereskan semua yang ada didalam kelasku.
Jam menunjukkan pukul 07.30 , aku menyiapkan semuanya sendirian. Yohan hanya duduk tak membantuku sedikitpun, dalam hati aku berkata "terserah lah Yohan, setidaknya dengan aku membereskan ini. Tak ada yang curiga sedikitpun padamu" Aku hanya tak mau, dengan keadaan Yohan yang seperti ini dia mendapat cemoohan dari teman teman karena perilaku nya. Pukul 07.45 seperti biasa mereka semua masuk dengan bersamaan, Solidaritas yang membuatku kagum. Mungkin, suatu saat nanti aku dapat berteman dengan akrab bersama mereka semua. Namun yang aku tau, aku tak ingin berteman dengan Yohan lagi. Sudah cukup untuk memberi dia pengarahan, AIR SUSU DIBALAS AIR TUBA itulah pribahasa yang cocok untuknya.
Saat kami tengah belajar, ada satu orang dari kelas lain datang ke kelas kami dan berkata "Permisi Buk... Yohan dipanggil ke ruang TU" "Oh iya.. Yohan silahkan" Ibu guru memberi izin kepada Yohan. Tak ada satupun orang yang memperhatikan Yohan pergi, aku yang dulu selalu memperhatikan nya kini menjadi acuh tak acuh. Aku membiarkan dia pergi dan tak menoleh sedikitpun. "Sasin... Tumben ga liat Yohan, biasanya selalu ngeliat dia kalo dia dipanggil" Miya mulai mengajak aku berbicara. "Oh... Gapapa, aku ingin memperhatikan guru dengan baik. Aku kurang begitu mengerti dengan materi ini" Aku menjawab pertanyaan Miya dengan santaii, seolah tak memperdulikan kepergian Yohan.
20 menit telah berlalu, Yohan kembali dengan mata yang sedikit memerah. "Yohan... Dia kenapa? Apa dia menangis? Ah tidak mugkin orang seperti dia menangis. Apa dia berkelahi lagi? Ah tidak mungkin Yohan bisa kalah" Aku sedikit bingung dengan keadaan Yohan saat kembali. "Sasin... Kenapa?" Miya selalu saja mengagetkanku, "Enggak papa Miya".
Bel istirahat berbunyi, semua teman dikelasku keluar kecuali Yohan. "Sasin... Ga ikut ke kantin?" Miya mencoba mengajak ku pergi meninggalkan kelas. "Ah, enggak Miya. Aku mau menyelesaikan tugas ini." Aku menjawab pertanyaan Miya sambil menulis. "Yaudah deh... Aku luan ya Sin" "Iya Miya..." Hingga pada akhirnya, hanya kami berdua yang tinggal dikelas. Aku ingin sekali menanyakan apa yang terjadi pada dirinya. Tapi, semua itu terkalahkan dengan apa yang sudah diperbuat nya dengan kelas ini. Jujur aku masih tak terima dengan perbuatan nya tadi, dia sama sekali tak menghargai kerja keras orang lain. Aku hanya membiarkan dia dalam kesendirian nya, lalu aku melanjutkan tugasku.15 menit kemudian mereka semua kembali ke kelas, dan aku telah selesai mengerjakan tugasku. Wali kelas kami masuk, dia memberitahu kami sebuah pengumuman "Anak anak... Pengecekan kebersihan dan keindahan kelas akan berlangsung besok pagi sebelum pukul 07.15, diharapkan untuk tetap menjaga kebersihan kelas kita ini agar kita menjadi kandidat pemenang kelas terbaik tahun ini". Semua seraya berteriak "Siap paaaaakkkkk". "Oke.. sekarang kita mulai pelajaran" wali kelas kami melanjutkan.
Jam pulang sudah tiba, lonceng berbunyi, dan kami siap siap untuk pulang. "Anak anak, bersihkan semua sampah. Jangan ada yang tinggal sedikitpun" "Baik pakk" Begitulah penutup terakhir dari kelas kami, semua pergi kembali kerumah. Seperti biasa, aku pulang dengan Miya. Namun, Miya membawa seorang teman dari kelas kami yang bernama Rin. Menurutku Rin seorang wanita yang cantik, dia juga pintar, dan terlebih lagi dia orang yang mudah untuk bergaul dengan orang baru. "Sasin yah., Baru kali ini kita bicara begini. Sedekat ini juga" dengan senyuman Rin yang bahagia. "Hehe.. iya yah, sebelumnya kita juga belum pernah bicara seperti ini" aku menjawab perkataan Rin dengan senyuman kembali. "Ekheemm... Aku masih ada disini yaaa, jangan lupaaa" tiba tiba Miya menyela percakapan kami. "Ahahaha... Tenang Miya, masih ingat kok" Kami berdua tertawa melihat wajah Miya yang merengut.
"Baiklah... Kita sudah sampai di simpang jalan, kita berpisah disini. Aku duluan, dahhh" Aku pergi melambaikan tangan pada mereka. "Daahhh Sasiinnn.... Hati hati dijalan ya" Mereka menjawab sambil melempar senyuman.
"Sasin orang nya baik ya" Rin mulai membuka pembicaraan dengan Miya. "Itu makanya... Aku selalu deketin dia, dia pasti gampang kalo kita......" Omongan Miya terpotong karena ada hal mengejutkan yang terjadi didepan nya. Ada seseorang yang tinggi besar seperti Mike Tyson tergeletak tak berdaya karena kehabisan tenaga dan berlumuran darah. Mereka mencari siapa yang membuat orang ini sampai seperti itu, kepala mereka memutar kesana kemari. Dan terlihat ada seseorang dengan Baju bergambar Anjing yang berjalan pergi. Mereka mengejar orang tersebut, mereka hanya bisa diam terpaku melihat orang yang telah menghajar pria tersebut.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Mazeltov (They Doesn't Know)
Teen FictionPengalaman hidup, bukan hanya didapat dari diri sendiri. Pengalaman hidup yang berarti kadang kita jumpai pada orang yang tak berarti bagi kita sekalipun. Tentang menghadapi ujian? Bukan dengan melarikan diri, tapi dengan menikmati proses yang terja...