Setelah kejadian itu, jarak antara Alda dan Suci semakin menjauh. Suci pindah kursi, dia tak lagi semeja dengan Alda. Alda hanya bisa mencoba untuk menerima semua kenyataan yang sedang dihadapi nya. Teman yang sangat ia Sayangi, kini perlahan menjauh darinya. "Suci... Nanti kita pulang bareng yah" pinta Alda pada Suci dengan senyuman nya. Namun, Suci tak mengiyakan ajakan Alda. Suci hanya membalas senyuman Alda tanpa sepatah kata apapun. Alda merasakan perasaan yang amat sakit, Dia seperti hendak kehilangan keluarga nya.
Sasin dan Yohan juga sudah mulai pulih akibat perkelahian kemarin, "Yohan... Kau yang membuat mereka semua seperti itu kan?" Tanya Sasin pada Yohan. "Sudahla, tidak usah lagi dibahas masalah kemarin. Satu yang ingin kuperingatkan padamu. Jangan pernah merasa kau kuat, manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan pertolongan satu sama lain. Manusia juga harus bisa menjadi simbiosis mutualisme, yang dapat menguntungkan satu sama lain. Jika ada sesuatu yang ingin diselesaikan dan membutuhkan lebih dari 1 orang, panggil saja aku. Aku siap membantu, dan jangan pernah sekalipun menganbil resiko itu sendiri" jelas Yohan pada Sasin. Yohan sebenarnya sedikit marah tentang hal itu, karena Yohan merasa seperti tak diperlukan lagi. "Maaf" ucap Sasin menyesali perbuatan nya. Ia kembali ke kursi nya, lalu mengerjekan tugas. Tak lama, Miya datang mendekati Sasin.
"Sasin... Ada yang ingin aku bicarakan denganmu" ucap Miya pada Sasin yang sedang mengerjakan tugas. "Pentingkah?" Tanya Sasin yang terus mengerjakan tugas itu. "Iya sangat penting" jawab Miya dengan sedikit tegas. Sasin mulai memberhentikan pekerjaan nya, meletak kan pena nya lalu berkata, "Apa hal yang sangat penting itu?". Miya diam sejenak, menarik nafas nya lalu berkata, "Sasin... Kembali lah denganku, aku mohon. Aku tak bisa apa apa tanpa dirimu. Seperti terasa hampa jika kamu tidak ada".
Sasin yang mendengar ucapan itu pun diam sejenak, tersenyum, lalu mulai mengatakan sesuatu. "Miya... Maaf, bukan nya aku tak ingin. Tapi, kekecewaan ku yang kemarin belum sepenuhnya hilang dari ingatan. Walaupun nanti aku menerima mu kembali, tak ada kepastian kamu tidak mengulangi kesalahan yang sama."
Miya yang mendengarkan jawaban Sasin mulai menunduk, sedikit mengeluarkan air mata. "Sasin... Aku berjanji, aku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama untuk kedua kali nya. Kumohon, kembalilah padaku" ucap Miya sambil memegang tangan Sasin.Sasin langsung menepis tangan itu, "Miya... Cukup, jangan pegang tanganku lagi. Kumohon, bukan aku membencinya. Aku hanya tak ingin lagi bersentuhan dengan lawan jenis ku." Jelas Sasin pada Miya. Sungguh, Miya terkejut dengan perkataan Sasin. "Sejak kapan Sasin menjadi seperti ini ? Dia mau berhijrah kah?" Ucap Miya dalam hati. "Kamu benar ingin menjadi seperti ini?" Tanya Miya pada Sasin.
"Ada sesuatu yang aneh? Aku seperti ini, karena aku tau sudah berapa lama aku menyia-nyiakan kehidupanku" jawab Sasin dengan sedikit tegas. "Miya, jika ingin bersamaku. Berubahla, sudah cukup bermain nya untuk saat ini." Pinta Sasin pada Miya. Miya yang mendengarkan ucapan Sasin itu langsung pergi meninggalkan Sasin tanpa sapatah katapun.Saat itu, Wali kelas mereka datang untuk memberitahukan suatu hal yang penting. "Anak anak... Hari senin lusa kita akan mengadakan Ujian kenaikan kelas. Ibu harap untuk semua murid murid Ibu supaya membahas apa saja yang telah diujikan pada tahun semalam. Kemungkinan besar salah satu dari soal tersebut akan digunakan untuk nanti ketika ujian. Berjuanglah untuk masa depan kalian nanti, SEMANGAT !!!"
Setelah pengunguman itu, mereka semua mulai mempersiapkan diri lebih baik lagi. Semua belajar dengan sungguh sungguh, karena mereka tau dan sadar. Tanpa adanya ilmu, mereka takkan bisa terpakai dikehidupan bermasyarakat nanti. Miya yang melihat kearah Sasin, Sasin melihat kearah Suci, dan Suci menaruh pandangan nya kepunggung Yohan.Sudah waktunya untuk pulang dari sekolah, mereka bersiap siap untuk pulang. Membereskan buku dan pergi meninggalkan kelas. "Teman teman, karena lusa kita sudah memulai ujian. Ada baiknya kita membereskan semua sampah yang ada di kelas kita. Agar lusa kita bisa melaksanakan ujian dengan tenang" perintah ketua kelas pada mereka semua. "Siap.. baik ketuaa !!!" Ucap mereka serentak. Namun, Miya pergi begitu saja tanpa memungut sampah. Laki laki dikelas itu mengutip sampah, perempuan nya mulai menyapu ruang kelas. Setelah siap mengutip sampah, laki laki nya langsung pulang. Dan tinggallah perempuan yang menyapu kelas. Alangkah baiknya jika semua ikut kerja, tapi pada kenyataan nya... Hanya Suci dan Alda yang menyapu ruang kelas itu. Mereka membersihkan semua nya, sudut demi sudut mereka sapu dan mereka pel. Hingga selesai, Alda mengucapkan sesuatu pada Suci, "Suci... Lusa semangat yah untuk ujian nya, kita lakukan yang terbaik yang kita bisa" sambil tersenyum Alda mengucapkan hal itu. Lagi dan lagi, Suci tak menjawab perkataan itu. Dia hanya tersenyum lalu membereskan buku bukunya, dan beranjak pulang sendiri. Alda yang melihat Suci seperti itu hanya bisa terduduk lemas tak berdaya, seolah ia tak sanggup kehilangan sahabat nya. Ia menangis sendiri dalam kelas, "Maafkan aku Sucii... Maafkan akuuu..*Hiks hiks hiks*"
Hari Senin telah tiba, mereka semua datang untuk melaksanakan ujian kenaikan kelas. "Eh, mata pelajaran kita hari ini apa ? Aku ga tau" ucap salah satu murid disitu. "Aku juga ga tau, setidaknya kita sudah datang. Soal mata pelajaran yang di ujiankan, kita bisa mengetahui saat kita melaksanakan nya." Jawab teman sebelahnya. "Iya memang benar, tapi jika kita tidak tau mata pelajaran hari ini yang diujiankan apa, bagaimana cara kita mengetahui jawaban nya? Belajar saja tidak" mereka mulai cek cok. "Hai sahabatku... Pernahkah kau memikirkan kenapa Manusia menciptakan baju menggunakan kancing? Itulah kenapa Kancing baju ada beberapa, hanya untuk memilih jawaban mana yang benar benar tepat" jawab teman nya meyakinkan sahabat nya. Setelah itu mereka berdua tertawa bersama sama.
Berbagai macam jenis Manusia berkumpul disini. Ada yang menjawab ujian dengan betul, Ada yang menjawab ujian feelings good, Ada yang menjawab ujian dengan percaya diri Like I Should, menjawab dengan kancing, menjawab dengan mencontek. Nereka menganggap ujian hanya lah sebuah formalitas belaka. Mereka tak terlalu ambil pusing akan hal ini.
Sasin menjawab semua soal dengan mudahnya, Miya juga seakan sudah tau dari awal tentang soal soal itu. Suci mengerjakan nya dengan ketelitian, dan Alda mengerjakan semua soal dengan semangat. Diwajah mereka tak nampak satupun wajah yang terlihat kesusahan dalam menjawab soal. Begitu juga dengan Yohan, Yohan mengerjakan soal itu begitu cepat. Setelah mengerjakan soal ujian, Yohan langsung pulang sendiri."Bagaimana dengan ujian nya Suci?" Tanya Alda dengan senyuman pada Suci.
Suci tak langsung menjawab pertanyaan Alda. Suci menunduk sejenak, lalu mengangkat kepalanya, "Alda... Aku mohon padamu, jangan ajak aku berbicara. Bukan aku membencimu, tapi aku tak pernah kuat jika harus berbicara denganmu. Saat aku melihatmu, yang terbayang diwajahmu adalah Yohan. Apa yang harus kulakukan? Aku tak tau" Suci mengatakan hal itu dengan mengeluarkan air matanya. Alda mengerti akan perasaan Suci, tapi Alda tak bisa begitu saja meninggalkan Suci. Suci sudah dia anggap sebagai keluarga sendiri. "Suci... Aku minta maaf. Aku minta maaf padamu. Jangan membenciku" ucap Alda lalu memeluk Suci.
Suci melepaskan pelukan itu dengan perlahan, lalu mengatakan "Aku tidak benci, aku hanya sedikit kecewa padamu Alda" lalu Suci pergi meninggalkan Alda sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mazeltov (They Doesn't Know)
Teen FictionPengalaman hidup, bukan hanya didapat dari diri sendiri. Pengalaman hidup yang berarti kadang kita jumpai pada orang yang tak berarti bagi kita sekalipun. Tentang menghadapi ujian? Bukan dengan melarikan diri, tapi dengan menikmati proses yang terja...