Sasin yang pergi sendiri, mengikuti segerombolan orang itu. Sasin yang belum banyak mengetahui tentang beladiri dan belum mempunyai pengalaman berkelahi, mencoba untuk menghadapi mereka sendiri.
Mereka sudah berada di belakang sekolah, 1vs7. Itu yang terjadi pada keadaan Sasin sekarang. Sasin ingin mengikuti bagaimana cara Yohan menyelesaikan semua nya dengan mudah. "Yakin sendiri ? Kenapa ga ngajak Yohan? Nanti kau mati disini bodoh" ucap mereka pada Sasin. Sasin hanya tersenyum mendengar ucapan nereka, Mereka mulai bertatap muka, diam sebentar, lalu berlari menghajar satu sama lain. Sasin bisa menyesuaikan perkelahian itu, 2 dari 7 orang sudah mulai terkalahkan. Tapi, tidak dengan selanjutnya. Sasin sudah mulai kehabisan Stamina, Sasin belum bisa menyamai Yohan dalam perkelahian. Saat berkelahi itu, Sasin sempat terpikir dalam hatinya, "bagaimana Yohan bisa melakukan hal ini sendiri ? Apa yang sudah dia alami selama ini? Bahkan untukku, 2 orang saja sudah cukup melelahkan."Sekarang, keadaan sudah berbalik. Sasin sudah mulai menerima semua serangan dari mereka ber-7. 2 orang pertama yang dikalahkan Sasin mulai membalas perbuatan Sasin. Mereka mulai memukuli Sasin, mereka mulai menghajar semua perbuatan Sasin tadi. Dan yang lebih mengejutkan adalah Salah satu diantara 7 orang itu menguasai teknik Taekwondo yang sama seperti Sasin. 4 orang memegang Sasin, lalu orang yang menguasai Taekwondo itu mulai melancarkan serangan nya, melalui tendangan mematikan dari jurus Taekwondo. Sasin menerima tendangan itu dengan telak, sampai-sampai ia terjatuh.
Kesadaran Sasin mulai memudar menerima tendangan itu, sedikit demi sedikit mata nya mulai terpejam. Lalu, ia sepenuhnya tak sadarkan diri.Setelah kejadian itu selesai, kesadaran Sasin mulai terpulihkan. Ia terbangun, "Ini dimana?" Ucap Sasin kebingungan sambil memegang kepalanya. "Kamu sudah tersadar ? Syukurlah" ucap seseorang yang datang menemui Sasin. Ternyata dia adalah Miya, Mantan kekasih Sasin. "Kamu berada di ruang kesehatan sekarang, syukurlah kalau kamu hanya pingsan akibat tendangan itu. Lukamu tak cukup parah, kamu harus beristirahat dulu disini. Jangan kemana mana, aku tidak ingin lukamu bertambah parah" ucap Miya memberi penjelasan pada Sasin. Kemudian, Miya pergi meninggalkan Sasin sendiri.
Sasin masih merasakan sedikit sakit dibagian kepalanya, dia mulai memegangi kepala sambil memijit nya. Kemudian Sasin mencoba untuk duduk di atas kasur itu, dan betapa mengejutkan nya pemandangan yang berada tepat dihadapan nya. Mereka semua, orang orang yang menghajar Sasin sampai babak belur, sampai Sasin berada diruang kesehatan, juga tergeletak tak berdaya. Tujuh orang itu tak bergerak sedikitpun, seolah mereka sudah pingsan. Sasin mencoba memanggil mereka, "Hei... Kalian, bangun. Kenapa kalian disini?" Tapi, satupun diantara mereka tidak ada yang menjawab panggilan Sasin. Sasin berpikir, sepertinya ada yang aneh. Karena dalam ingatan Sasin, dia babak belur dibuat ketujuh orang itu. Lantas kenapa mereka semua juga tergeletak tak berdaya disini?
"Ini pasti pekerjaan Yohan, pasti Yohan yang membuat mereka terkapar disini" pikir Sasin dalam benaknya.Sasin mencoba untuk menguatkan diri agar bisa berjalan keluar, saat hendak keluar. Lagi lagi Sasin disuguhi pemandangan yang tak kalah mencengangkan, Yohan telah berbaring diatas kasur ruang kesehatan itu. "Yohan?" Ucap Sasin terkejut, Sasin langsung berjalan mendekati Yohan. Lalu mencoba untuk membangunkan Yohan, "Yohan... Kau kenapa disini? Yohan? Bangun" ucap Sasin sambil menggoyang goyangkan badan Yohan. "Ah, kau sudah bangun? Kembali kekasurmu, dan beristirahatlah. Kau belum cukup kuat untuk melawan mereka semua" jawab Yohan yang sudah terbangun dari tidurnya. "Yohan... Kau yang melakukan ini semua? Kau yang menghajar mereka semua?" Tanya Sasin pada Yohan.
"Sudah kembalilah ke kasurmu, dan beristirahatlah. Sebentar lagi mereka akan datang" jawab Yohan pada Sasin, lalu memutar balik badannya."Mereka? Siapa?" Tanya Sasin dalam hati.
Dan benar saja, saat itu juga Miya, Suci, dan Alda datang ke ruang kesehatan. Mereka bertiga datang untuk melihat bagaimana keadaan Sasin, "Sasin.... Kan udah dibilang jangan berkeliaran, kenapa bandel sih dibilangin?" Ucap Miya sedikit marah pada Sasin. "Ayo sekarang, kita kembali ke kasurmu. Istirahatlah" Miya menarik tangan Sasin, membantu Sasin untuk kembali ke kasurnya. Mereka bertiga menolong Sasin, Setelah itu Suci membuka percakapan, "Sasin, kenapa bisa jadi seperti ini? Kenapa kamu bisa luka begini?"
"Ah, bukan apa apa kok. Ini sedikit saja, tak terlalu parah" jawab Sasin sambil tersenyum.
"Apa yang sudah terjadi?" Tanya Suci kembali, "bukan apa apa, hanya bermain dengan teman lama" jawab Sasin sambil merebahkan badan nya.Saat itu, Alda berada tempat Yohan. Seperti ada sesuatu yang mereka bicarakan. Suci melihat itu, Suci melihat bagaimana dekatnya Alda dengan Yohan. Suci menunduk, mencoba menahan tangis nya. Disitu, Sasin juga melihat bagaimana ekspresi Suci saat itu. Sasin mencoba untuk menerjemahkan apa yang sedang dialami Suci, apa yang sedang dirasakan Suci. Sasin juga ikut menunduk pada yang seperti itu. "Hei... Ayo kita balik ke kelas, biarkan mereka beristirahat. Bel sudah berbunyi, guru yang akan masuk nanti adalah guru killer, bisa bahaya kita nanti kalau telat masuk" ucap Miya memecah keheningan itu.
"Aku pergi ke kelas dulu yah, kamu semoga cepat sembuh. Berdoa selalu agar diberi kesembuhan" ucap Suci pada Sasin.
"Iya.... Terima kasih doa nya Suci" ucap Sasin dengan senyuman pada Suci. Kemudian dalam rasa yang masih menyakitkan, Suci pergi dari ruangan itu dengan mata yang berkaca kaca.
Hingga saat kembali ke kelas, tangisan Suci tak terbendung lagi. Suci lari menuju toilet sekolah, dan mengeluarkan semua tangis nya disitu.
"Ya Allah... Sepilu inikah cobaan yang engkau berikan kepadaku? Aku sudah memutuskan untuk berubah menjadi lebih baik lagi, berusaha untuk melupakan semua kenangan yang lalu, tapi... Mengapa perasaan itu tak sepenuh nya menghilang? Aku tau, engkau takkan memberikan cobaan diluar batas kemampuanku. Maka dari itu, aku mohon ya Allah. Berikan aku kekuatan yang lebih untuk masalah ini. Yakinkan aku, aku bisa melewati semua ini" Itulah bagaimana cara Suci mengeluarkan semua isi hatinya. Ia yakin dan percaya, Tuhan akan membantu dia, Tuhan akan menolong nya, Jika ia benar benar meminta pertolongan-NYA.Suci kembali ke kelas setelah begitu banyak mengeluarkan air mata, dengan tanda sembab pada matanya. "Sucii... Kamu darimana? Dari tadi udah aku tungguin, kok ga datang datang" ucap Alda khawatir dengan keterlambatan Suci.
"Ko' mata kamu sembab? Kamu habis nangis? Siapa yang ngapain?" Lanjut Alda melihat keadaan Suci. "Enggak, aku tidak apa apa kok. Hanya sedikit berdoa pada Allah untuk meminta bantuan kepada-NYA" Balas Suci dengan senyuman nya. "Yasudah, yuk duduk sini. Kebetulan juga guru nya ga hadir. Kita bisa sedikit bersantai" ucap Alda dengan senyuman.
Mereka berdua duduk dikursi nya, "Alda... Ada yang ingin kukatakan padamu" tiba tiba Suci mengatakan hal itu. "Ya Suci, apa itu?" Jawab Alda penasaran. "Maaf... Seperti nya aku tak bisa lagi satu meja denganmu" ucap Suci perlahan. "Kenapa Suci ada apa?" Tanya Alda kembali. "Akuu... Aku tak kuat jika melihat wajahmu, jika aku melihatmu... Aku selalu teringat dengan Yohan. Kamu tau sendiri kalau aku juga cinta pada Yohan. Tapi, Yohan memilihmu. Aku tak sanggup Alda, maaf" jelas Suci dengan menitikkan air matanya.Melihat bagaimana keadaan Suci sekarang, membuat Alda jadi tak enak hati. "Suci... Maaf kalau aku egois untukmu, jika masalah lain mungkin aku bisa saja mengalah. Tapi, jika mengenai perasaan aku tak bisa berbuat apa apa. Sekali lagi aku minta maaf" Ucap Alda sambil memeluk Suci. Alda juga menitikkan air mata nya, Ia tak tau harus berbuat apa lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mazeltov (They Doesn't Know)
Teen FictionPengalaman hidup, bukan hanya didapat dari diri sendiri. Pengalaman hidup yang berarti kadang kita jumpai pada orang yang tak berarti bagi kita sekalipun. Tentang menghadapi ujian? Bukan dengan melarikan diri, tapi dengan menikmati proses yang terja...