Bangun dari tidur yang sedikit lebih lama dari biasanya, membuatku sedikit merasa sakit dibagian kepala. "Biasanya aku tidur tak selama ini, aku kecapean yah?" Berbicara sendiri ditengah keelokan pagi, membuatku tersadar bahwa pagi ini lebih cerah dibanding biasanya. Namun, tak secerah keadaan dirumahku... "Kluntaaangggg" Suara panci yang mungkin sudah diterbangkan oleh ayahku karena amarah nya. "Apa yang sedang terjadi? Mereka berkelahi lagi ? Tuhaannnn.... Sebegini sulitnya kah hidupku?" Ungkapan rasa kesal bercampur sedih yang menyelimuti pagiku. "Huuufffttt.... Mungkin ini adalah jalan terbaik yang diberikan tuhan padaku" Memulai pagi dengan suasana seperti ini sudah menjadi kebiasaan ku selama beberapa tahun terakhir. Sedikit demi sedikit suasana ini sudah mulai terbiasa dalam pendengaranku. Akankah semua ini dapat berakhir?
Pukul 07.05 aku sudah berada disekolah, datang secepat ini lebih kuinginkan daripada berlama lama dirumah dengan keadaan seperti itu. Aku berjalan menuju kelasku saat berada didepan kelas, aku melihat seseorang tengah tertidur dibangkunya. "Apa? Ada orang yang lebih cepat datang kesekolah dibanding aku?" Aku mendekatinya dan yang kudapat adalah Yohan, seseorang yang gemar sekali berkelahi. "Anak ini? Cepat sekali dia datang. Untuk apa?" Pertanyaan bertubi tubi muncul dalam benakku. Aku lebih memilih untuk membiarkan dia tidur dalam pulasnya, dan aku duduk dibangku yang berada didepan nya. Jam menunjukkan pukul 07.30 namun tak ada seorang pun yang datang kecuali kami berdua. "Ini hari libur yah? Kok gak ada yang datang?" Aku mencoba berpikir dengan keras. Tak lama kemudian, saat jam menunjukkan pukul 07.35 aku terperanjat melihat mereka semua masuk kedalam kelas. Mereka semua datang secara bersama sama, tanpa satu orang pun yang tertinggal. "Ini sekolah apa?? Ini beneran sekolah? Kok bisa?" Aku masih bingung dengan keadaan yang terjadi saat ini. Hingga guru pun masuk, pelajaran disekolah dimulai.
2 jam telah berlalu, bel istirahat pun berbunti. Miya yang duduk disebelahku memulai percakapan "Sin... Kamu tadi kenapa datang cepat sekali?" " Ooo... Gak papa, aku lebih senang untuk datang lebih cepat." "Kok gitu? Ada masalah ya?" "Enggak kok, gak ada... Lebih senang aja menghirup udara yang belum terkombinasi dengan orang lain." "Oooo.... Begitu toh" "Iya Miya... Oh iya, kalian semua tadi kok bisa gitu? Masuk barengan gitu ? Semua lagi. Heran liatnya" Pertanyaan yang begitu saja keluar dari mulutku. "Ehh... Kamu gatau? Itu tradisi kami dari Smp 9. Kesolidaritasan pertemanan yang kami utamakan. Ini tradisi turun temurun kami"
Aku hanya diam keheranan mendengar ucapan Miya. Pertemanan sekuat itu, masih adakah sampai sekarang? Sebuah fenomena yang mungkin telah lama menghilang. Kekuatan pertemanan yang dapat menghancurkan segalanya. Sudah lama tak ku jumpai pemandangan seperti itu.Dalam diamku, seseorang menepuk pundakku dari belakang "Sasin yah? Salam kenal... Aku Jack" Sambil menjulurkan tangan nya dia tersenyum menyapaku. "Ah iya... Aku Sasin, salam kenal Jack" Mencoba untuk membalas senyuman nya dan menjulurkan tangan kepadanya. "Rumah kau dimana Sin?" "Arah sana... Kenapa?" "Pulang sekolah kita main yuk, ada cafe baru buka. Mumpung promo, kita bisa beli banyak banyak" "Tapi... Aku lagi ada kerjaan dirumah, maaf gak bisa ikut. Terima kasih udah ngajak aku" Aku mencoba untuk menolak dengan sebuah kebohongan. "Kerjaan apa emang nya? Sepenting itu kah?" "Yaaa begitulaaaahhhh" Percakapan itu terhenti saat guru tiba tiba masuk kedalam kelas kami.
Sekian lama kami berada disekolah, akhirnya bel yang lebih kami tunggu dari chat seorang doi telah berbunyi. Itu menandakan bahwa kami siap dilepas dari suasana sekolah, dan kembali kepelukan orang tua masing masing. "Siinnn.... Bener ga ikut?" "Enggak Jack, pergilaa... Aku ada kerjaan. Assalamu'alaikum" "Wa'alaikumussalam warahmatullah" Percakapan itu berakhir dengan perginya aku dari hadapan mereka. Mungkin mereka berpikir aku ingin sekali pulang, tapi pada kenyataan nya... Saat aku dirumah ini, aku kembali kedalam kenyataan yang pahit. Tuhan, seberat inikah skenario darimu untukku? Aku selalu berharap suatu saat nanti Yang Maha Kuasa akan mengubah semua penderitaan ini menjadi kenangan, dan semua letih menjadi kasih.
Malam hari datang, keheningan malam membuat nyanyian jangkrik terdengar merdu ditelingaku, dengan nyanyian itu aku hanya berpendapat bahwa mereka sedang bersenang senang tanpa ada kesulitan hidup. Ah... Seandainya aku bisa bernyanyi sesenang itu, seandainya hidupku tak sesulit ini, pasti hidup ku menjadi lebih baik lagi. Berkahayal tanpa batas, membuat mataku mulai tertutup secara perlahan. Dengan diiringi nyanyian jangkrik, mataku terlalu berat untuk dibuka. Pada akhirnya, aku berlindung pada kasur yang menenangkan badan.Keesokan pagi, aku terbangun dari tidur lelapku. Seperti biasa... Aku selalu saja mendengar kegaduhan diluar kamarku. Dengan tenang aku berjalan untuk kekamar mandi, namun tiba tiba suara teriakan terdengar dekat denganku "Ini lagi, satu anak yang gak pernah bisa menyenangkan orang tua. Selalu merasa acuh kalau orang tua nya bertengkar. Masih pantas lagi kau disebut manusia?" Sebuah perkataan yang menusuk kedalam jantungku. Perih, sangat perih. Namun aku hanya bisa diam lalu pergi untuk bersiap ke sekolah.
Kali ini, aku agak terlambat datang kesekolah. Pukul 07.25 aku baru sampai, kukira aku datang terlambat namun nyatanya? Yang kudapat hanya Yohan yang berada dikelasku. "Oh iya aku lupa, tradisi mereka" senyum kecil yang keluar dari bibirku ketika mengingat tradisi itu. Benar adanya, pukul 07.35 mereka semua kembali datang seperti keadaan semalam. Tak satupun tertinggal dibelakang, aku sangat salut dengan pertemanan mereka. Tapi, secara tiba tiba segerombolan dari kelas lain datang kedepan kelas kami lalu berkata "Mana Yohan? Mana namanya Yohan?" Kami semua melihat kearah Yohan, lalu dengan tenang nya Yohan berdiri dari bangku nya, lalu mengikuti kemana mereka pergi. "Kenapa lagi dia?" Bisik salah satu temanku. "Mungkin, dia berulah lagi. Pembuat onar sialan. Tapi ganteng, aaahhhh... Sudahlah"
Oh iya, aku baru sadar bahwa Yohan juga tampan. Dengan tinggi nya yang semampai, alis mata yang tebal, bibir yang tipis, dan mata indah. Membuat dia menjadi idaman para wanita. Namun, kekurangan nya dia suka berkelahi. "Oh iya, apa yang terjadi pada Yohan? Sampai dia dipanggil seperti itu?" Aku bergumam sendiri. "Dia pasti buat onar lagi" Bisik Miya disampingku. Aku terkejut, namun aku tak habis pikir bagaimana bisa dia berbuat onar dan mengaitkan banyak orang seperti itu? Pertanyaan itu tak bisa kuhentikan dari pikiran ku... Dengan secara naluri, kakiku bergerak keluar kelas untuk mengikuti mereka yang tadi keluar. Aku mencari kesana kemari, hingga sampai dibelakang sekolah. Aku merasa seperti melihat pemandangan yang sangat mustahil.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Mazeltov (They Doesn't Know)
Teen FictionPengalaman hidup, bukan hanya didapat dari diri sendiri. Pengalaman hidup yang berarti kadang kita jumpai pada orang yang tak berarti bagi kita sekalipun. Tentang menghadapi ujian? Bukan dengan melarikan diri, tapi dengan menikmati proses yang terja...