Pagi ini dikediaman Ruangroj, tampak beberapa orang berkumpul di dalam kamar Tuan besar. Penyebab dari semua orang berkumpul disana karena Tuan Ruangroj tengah mengalami kondisi kesehatan yang buruk.
"Bagaimana kondisi suami saya Dok?" Salah seorang wanita langsung bertanya pada dokter begitu terlihat selesai memeriksa kondisi suaminya. Perempuan yang tak lain dari Nyonya Ruangroj ini tampak gelisah dan begitu khawatir akan kondisi sang suami yang tiba-tiba drop.
Dokter tersebut tersenyum lembut sebelum menjawab, "Untung saja kondisinya segera diketahui. Tapi sebenarnya, penyakit jantung kronis Tuan Ruangroj ini dapat kambuh sewaktu-waktu..."
"Maksud anda Dok?" Kali ini wanita paruh baya yang bertanya, beliau adalah ibu dari tuan Ruangroj yang tengah terbaring lemah.
"Saya tidak ada niat menakut-nakuti, tapi akan lebih baik jika Tuan Ruangroj lebih banyak beristirahat..." Pria paruh baya dengan seragam putih itu kembali menunjukkan senyum lembutnya sebelum melanjutkan, "Saya tau jika beliau tengah sibuk dengan bisnisnya yang tengah mengalami kemajuan pesat. Namun, bukankah kesehatan tetap lebih utama?"
"Ah, anda benar Dok..." Nyonya Ruangroj mengangguk membenarkan pendapat dokter itu, "Saya akan lebih memperhatikan suami saya. Semoga saja dia tidak apa - apa..." Nyonya Ruangroj menunjukkan senyumnya sekali lagi, menandakan jika kecemasan beliau sudah menurun atau mereda.
"Baik, kalau begitu saya permisi dulu..." Sang dokter pun berpamitan, membuat semua yang disana mengangguk mempersilahkan beliau untuk pamit.
"Terima kasih Dok..." Ujar Nyonya Ruangroj
"Mari dokter, saya antar hingga depan..." Ucap seorang lelaki bernama Choi, yang merupakan orang kepercayaan di keluarga Ruangroj.
Begitu Choi dan juga dokter pergi meninggalkan ruangan tersebut yang merupakan kamar dari tuan Ruangroj, sang ibu mengajak nyonya Ruangroj untuk berbicara. Keduanya berjalan sedikit lebih jauh dari tempat tidur tuan Ruangroj.
"Mae rasa, ini sudah saatnya..." Ujar ibu Ruangroj mengawali pembicaraan,
Nyonya Ruangroj menggelengkan kepalanya pelan, "Maaf Mae, tapi Singto masih terlalu muda untuk menikah sekarang. Biarkan Singto setidaknya menyelesaikan sekolahnya terlebih dahulu..."
"Tapi, perusahaan kita ini sudah memerlukan penerus. Semua ini pasti terjadi, dan sekaranglah saat yang tepat. Kamu tidak perlu terlalu cemas, lagipula Singto kan sudah tau jika amanah dari sang kakek tidak mungkin ia langgar." Ibu Tuan Ruangroj tersenyum sebelum kembali melanjutkan, "Sekarang, siapkan semua keperluan untuk melamar gadis itu, ya?"
"Baik, Mae..." Begitu mendengar jawaban dari sang menantu, ibu tuan Ruangroj langsung meninggalkan Nyonya Ruangroj yang masih tampak berpikir dengan rencana pernikahan putranya.
.
.Seorang pemuda tampak berjalan dengan cepat menyusuri lorong universitasnya, jam masih menunjukkan pukul 9 pagi, namun sepertinya ia sudah terlambat dengan kuliah pertamanya. Dengan kesalnya ia terus melangkahkan kaki jenjangnya menuju ruang kelas.
"Maaf---" Ujarnya berniat ingin menyapa rekan - rekan sekelasnya, namun kelas itu tampak kosong. Tak ada satu orang pun disana, termasuk dosen yang biasanya sudah ada sejak jam 9 kurang.
"Auw, kemana semua orang? Apa ini hari libur?" Keningnya tampak mengerut, menambah keimutan pada wajahnya.
"Singto! Singto! Singto!" Terdengar gemuruh suara para gadis tengah meneriakkan nama seseorang, membuat pemuda cantik itu memutar badan.
Pemuda dengan kemeja biru langsung menyeret kakinya yang malas itu kepada arah sumber suara dimana para gadis tengah berteriak, "Nama siapa yang mereka sebut? Apa seorang artis?".
Langkah pemuda itu berhenti ketika ia berhasil menemukan sumber suara, tak jauh dari sana tampak dua sahabatnya Tae dan juga Bass tengah berdiri mengamati para gadis yang berteriak menyebutkan nama Singto.
"Hey!! Apa yang kalian lakukan disini? Kenapa kelas kosong? lalu apa yang mereka lakukan? Siapa yang datang?" Pemuda cantik itu langsung memberikan rentetan pertanyaan pada dua sahabatnya begitu sudah berdiri di antara dua pemuda itu.
"Yakk!! Krist!" Teriak Bass pada pemuda cantik yang ternyata memiliki nama Krist tersebut.
"Auw! Berhenti berteriak!" Krist menutup kedua telinganya dengan tangan, "Tidak perlu berteriak! Aku tidak tuli!" Kesal Krist yang tanpa sadar sudah mempoutkan bibirnya tampak lebih menggemaskan.
"Kau dan rentetan pertanyaan itu sangat menyebalkan! Seperti seorang wartawan saja!" Keluh temannya yang lain, yaitu Tae
Krist melipat kedua tangan di depan dada, dua sahabatnya ini selalu saja menyebalkan, mengkroyok untuk menyalahkan dirinya
"Jadi, katakan siapa yang datang? Apakah artis?" Krist tampak sangat bersemangat dan penasaran, siapa sebenarnya yang membuat heboh satu kampusnya ini.
Bass melebarkan senyumnya, menunjuk arah tiga mobil hitam yang baru saja memasuki area parkir tak jauh dari mereka berdiri.
Beberapa lelaki berjas hitam turun, seolah membuat pengamanan untuk seseorang yang akan turun dari mobil kedua. Choi baru saja turun dari mobil kedua dan langsung membukakan pintu bagian belakang.
"Silahkan tuan..." Ujar Choi mempersilakan seorang pemuda tampan dengan garis tegasnya baru saja turun dari mobil.
Seluruh mahasiswa yang ada disana semakin histeris begitu pemuda itu turun dari mobil, menunjukkan ketampanannya. Mahasiswa yang di dominasi oleh para gadis itu langsung mendekat, mengerubuti pemuda tampan yang untungnya di bantu oleh para pengawal pribadinya untuk menepis para mahasiswa yang histeris itu.
Pemuda itu berjalan dengan cepat, melewati Krist dan teman-temannya, Krist yang awalnya penasaran hanya ber oh ria saat melihat jika yang datang adalah Singto. Ia tidak peduli dan tidak ingin peduli tentang pemuda itu.
Berbeda dengan Krist yang tidak peduli, dan Bass tampak menunjukkan minatnya pada pemuda itu.
.
.
.
.Nah, itu tuh masih season pengenalan yessss
KAMU SEDANG MEMBACA
Benci Bilang Cinta (SK) (END)
FanfictionKisah couple SK, cerita ini saya tulis berdasarkan permintaan seseorang yang ingin mengaplikasikan kisah sinetron Indo, Benci Bilang Cinta pada karakter kesayangannya, Peraya. Hanya sampai bagian 4 saya mengaplikasikan kisah sesuai sinetron, selebih...