14

6.7K 404 57
                                    

Krist berjalan menuju dapur untuk mengambil dua gelas air putih. Tapi sebelum kembali, ia duduk di salah satu kursi yang ada disana sembari memikirkan lagi apa yang sudah ia ucapkan. Bagaimana pun Krist juga merasa bersalah karena sudah marah tanpa mengatakan penyebabnya, Singto tidak akan mengerti kenapa Krist marah jika tidak di jelaskan. Seperti halnya Singto yang marah, Krist juga tidak akan tau jika tidak di beritahu apa yang membuat sang suami marah.

Berkutat dengan pikirannya selama 5 menit sedikit menjernihkan kegundahan hati yang ia rasakan.

Singto tengah menelfon seseorang saat Krist masuk dengan dua gelas air putih di tangan.

"Batalkan saja! Aku ingin istirahat." Ujar Singto dengan ponsel yang ada di dekat telinga, melirik Krist  yang berjalan mendekat.

"Tidak, aku tidak sakit. Aku hanya ingin istirahat." Ujar Singto lagi saat Krist menyodorkan segelas air putih pada dirinya yang tengah duduk di ujung tempat tidur.

"Oke. Kita bicarakan nanti siang. Aku akan ke kantor setelah makan siang." Jawab Singto sembari menerima gelas yang Krist sodorkan.

Krist berjalan menuju nakas di samping ranjang untuk meletakkan gelas minuman.

"Oke" Ujar Singto sebelum mematikan panggilan.

Singto menatap gelas yang ada di tangannya sebelum bergerak menoleh kebelakang dimana Krist berdiri disana.

"Ayo tidur!" Ujar Krist pelan.

Singto meminum air putih itu dalam sekali teguk sebelum memberikan gelas kosong kepada Krist.

Krist menerima gelas tersebut, meletakkannya di dekat gelas yang masih terisi.

Singto yang berbaring lebih dulu saat Krist masih beralih menutup semua korden kamar, dan mematikan lampu sehingga membuat kamar lebih gelap.

Krist menyusul tidur disamping Singto, bergerak mendekat dan menyusupkan wajahnya kedalam dada sang suami.

"Aku kesal karena phi mengatakan pulang terlambat tanpa penjelasan, phi tidak menerima panggilanku, tidak mengatakan alasannya dan jam berapa pulang. Aku menunggu phi hingga jam 1 di ruang tamu. Aku lelah menunggumu pulang. Aku menghubungi orang kantor siang kemarin karena phi tidak menerima panggilanku, orang itu bilang phi bertemu dengan seorang wanita di dalam ruanganmu." Jelas Krist panjang lebar yang sudah berada didalam pelukan Singto.

Singto memundurkan tubuhnya menatap Krist yang menatapnya balik, "Krist cemburu?"

Krist mengangguk pelan, membuat Singto tersenyum lebar.

"Phi bertemu Mook siang tadi, dia akan mengadakan lomba dengan sebuah lembaga dan ingin perusahaan ku menjadi sponsor. Phi tidak mungkin menolak dia, karena dia sudah datang jauh-jauh dari Amerika untuk program tersebut." Jelas Singto yang sudah kembali memeluk tubuh Krist.

"Maaf ya, phi benar-benar tidak tahu Krist menghubungi phi berkali-kali." Singto mengecup ujung kepala Krist, "Lain kali jika phi pulang terlambat, phi akan menjelaskan detailnya. Tidak akan langsung memasukkan ponsel ke dalam tas." Lanjutnya.

Singto melonggarkan pelukannya, mencium kening Krist dengan lembut.

"Krist..." Panggil Singto membuat Krist membuka mata menatap balik kepada sang suami.

"Aku mencintaimu..." Ujar Singto membuat Krist membeku menatapnya, kedua mata bening miliknya tampak bergerak mencari kebenaran dari kedua manik mata kelam milik sang suami.

"Phi mencintaimu..." Ucap Singto lagi dan membuat Krist menunduk menyembunyikan senyuman diwajahnya yang cantik, "Phi senang saat Krist mengiyakan jika tengah cemburu. Phi senang dengan Krist yang bisa bersikap dewasa dan sabar menghadapi phi, kemudian phi lebih senang lagi karena Krist betah berada dalam pelukan..." Rayuan yang diberikan Singto tentu saja membuat Krist menunduk lebih dalam.

Singto berdecak kesal, menarik dagu Krist supaya ia dapat menatap orang yang ada dihadapannya, "Kalau Krist terus menunduk, phi jadi tidak bisa melihat pipi  yang memerah ini." Singto mengecup pipi Krist cepat.

"Phi...." Rengek Krist disela-sela tawanya, Singto tengah menggoda dengan menusuk-nusuk rambutnya ke arah wajah Krist.

"Itu geli..." Krist mendorong tubuh Singto supaya menjauh namun pemuda itu masih kekeh untuk menggoda pemuda berwaras cantik tersebut.

Singto baru berhenti saat keduanya jatuh dalam tatapan yang sama dengan jarak sangat dekat. Dengan berhati-hati Singto mendekatkan wajah menepis jarak bibir antara keduanya, ia hanya menempelkan bibir sebelum mulai menyesap lembut bibir Krist.

Salah satu tangan Singto yang bebas mulai mengabsen bagian tubuh Krist, menyusup kebawah di bagian celana Krist.

"Phi..." Desah Krist begitu menggoda, membuat Singto semakin menginginkan lebih.

Singto bergerak ke atas tubuh Krist, membantunya untuk melepaskan celana. Terlihat semburat merah pada wajah Krist, melihat pemuda tersebut dari atas membuat Singto semakin cepat menggerakkan kedua tangan untuk melepaskan celana mereka dan juga pakaian. Detik berikutnya, Singto kembali membungkuk, memberikan kecupan pada setiap wajah Krist.

"Ini akan menyakitkan, mungkin?" Singto ragu dengan ucapannya.

Tangannya yang besar meraih junior miliknya dan Krist yang sudah menegang, menggenggamnya bersamaan sebelum bergerak naik turun dengan ringan. Krist terlihat memejamkan mata menerima kenikmatan yang ditawarkan oleh Singto, kedua tangannya meremas kuat di kedua sisi sprei.

"Phi.... Aaahhh...." Krist mendesah begitu Singto semakin menekan tangannya, membuat ia merasa seolah melayang.

Krist melengkungkan tubuhnya saat Singto semakin gencar menaik-turunkan tangan yang sudah menguasai junior Krist, bahkan juniornya sendiri sudah terlepas.

"Phi... Akh... Aku...." Krist menggelengkan kepalanya kuat ke kanan dan ke kiri sebelum ia mulai mendesah cukup kuat, "Akh!!!" Ia melakukan pelepasan setelahnya, Singto sangat pandai mengontrol irama gerakan tangan untuk membiarkan pasangannya mencapai titik kepuasan.

Singto menggunakan salah satu jarinya yang basah untuk bergerak ke pada lubang hole milik Krist. Menekannya dengan satu jari sebelum memasukkan jari itu. Ia juga memainkan sebentar milikinya, sebelum mulai menekan-nekan pada lubang Krist.

"Phi..." Panggil Krist membuat Singto melirik ke arahnya, "Masukkan saja..." Pinta Krist.

Singto tersenyum, ia membungkukkan tubuhnya untuk meraih bibir Krist dengan bibirnya. Memberikan ciuman lebih dalam dan di saat yang bersamaan ia mulai memasukkan miliknya kedalam tubuh Krist.

Krist sempat menegang sebelum Singto dengan perlahan mengalihkan rasa sakit itu dengan ciuman dalamnya, bahkan ia menyesap lebih kuat lidah Krist.

Singto mulai bergerak saat Krist sejenak menggerakkan pinggulnya, ia memaju-mundurkan junior yang menegang itu kedalam tubuh Krist. Menghujam Krist dengan lembut sebelum ia mempercepat temponya dan membuat pemuda menggemaskan dibawah itu melepaskan ciuman karena desahan yang igin terbebas.

Singto bergerak dengan tempo normal sebelum menghentakkan beberapa kali pinggang Krist, hingga juniornya mencapai titik terdalam.

"Phi... lebih cepat...." Singto yang sebelumnya sudah menegak kembali membungkuk, ia sempat berhenti  menghentak saat mencium bibir Krist yang menggoda.

Ia memundurkan tubuhnya, menghujam Krist lagi, menghentak cukup kuat dengan kedua mata menatap penuh pada lelaku yang tengah terpejam.

"Phi... Akh... Itu.... Akh... Disana... Iya... Aaaakkkhh...." Keduanya melakukan pelepasan bersama, Singto memuntahkan cairan itu didalam tubuh Krist, sebelum ia menjatuhkan tubuhnya ke atas tubuh Krist.

Memberikan kecupan kecil di wajah sang pujaan hati sebelum ia mulai memejamkan kedua matanya.

Krist mengecup kening Singto yang tengah terpejam di atas tubuhnya bak seorang bayi yang tengah kelelahan, "Aku benci untuk bilang cinta sebelumnya, tapi aku benar-benar mencintaimu, Phi Sing..."

End

Benci Bilang Cinta (SK) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang