4

3.3K 344 3
                                    

Sesaat setelah pintu terbuka, tampak beberapa lelaki dengan pakaian hitam yang menutupi tubuh kekarnya berdiri disana. Ayah Krist tentu saja terkejut melihat siapa yang datang, namun belum selesai keterkejutan semua keluarga Krist, para lelaki bertubuh besar yang merupakan penagih hutang itu memaksa Krist dan keluarganya untuk segera membayar hutang hari itu juga.

"Jika kalian tidak membayar hutang hari ini juga, aku akan mengambil semua barang-barang di rumah ini!" Ancam salah seorang penagih hutang.

Ibu Krist mencoba untuk tidak menunjukkan kecemasannya, "Saya minta waktu satu minggu lagi. Saya mohon..." Ujar Ibu Krist sembari memohon.

"Ambil semua barang di rumah ini!" Perintah lelaki yang sama kemana orang-orang yang berdiri di balik punggungnya.

"Tu-tunggu! Ini anak saya akan menikahi keluarga Ruangroj! Berikan kami waktu sedikit lagi...."

"Keluarga Ruangroj? Jangan bercanda!"

Baru saja  para penagih hutang tersebut mempora-porakan rumah Krist, datang lagi dua orang lelaki dengan mobil hitamnya.

"Kami dari kediaman Ruangroj, datang untuk menjemput Tuan Krist Perawat."  Ujar salah seorang lelaki dengan pakaian serba hitamnya membuat para penagih hutang menghentikan kegiatannya untuk mengeluarkan barang-barang. Setelah tau jika benar akan apa yang dikatakan oleb Ibu Krist mengenai putranya yang akan menikahi keluarga Ruangroj, para penagih hutang tersebut meminta maaf dan langsung mengembalikan semua barang yang sudah di keluarkan untuk kembali masuk. Mereka memberikan tambahan waktu pada keluarga Krist sedikit lagi untuk membayar hutang.

Disisi lain, Krist yang sudah ikut bersama pengawal keluarga Ruangroj tersebut sudah sampai. Sebuah rumah besar bak sebuah istana dengan beberapa pengawal pria serta maid berseragam tampak bertebaran di seluruh penjuru rumah. Krist yang baru saja melewati pintu utama tak henti-hentinya kagum dengan pemandangan didepannya, sangat elegan.

Choi meminta Krist untuk duduk di ruang tamu, saat ia tengah memanggil Ibu dari Singto. Ibu Singto yang baru saja keluar kamar setelah mendengar ketukan pintuk, langsung menuju ruang tamu sesaat setelah Choi menjelaskan jika Krist sudah sampai di rumah.

"Ehem..." Tegur Ibu Singto membuyarkan kegiatan Krist yang sibuk dengan memandangi kemewahan rumah dari Singto Prachaya.

Ibu Singto duduk disofa panjang yang sama dengan Krist. Beliau dengan tatapan merendahkan mulai menilai penampilan Krist dari ujung kaki, ke atas  hingga ujung kepala sebelum kembali lagi kebawah. Krist yang merasa di pandangi dengan tatapan menilai tersebut tentu saja merasa tidak nyaman, namun Ibu Singto tidak peduli akan ketidak nyamanan Krist.

"Siapa namamu nak?"

"Krist tante..."

"Pasti kau sudah tau kenapa dipangil kemari?" Ujar Ibu Singto, dari sini ia mulai memberikan pertanyaan mengenai alasan kenapa Krist mau menikahi Singto, sedangkan keduanya masih terbilang muda di usianya.

Entah Krist terlalu gugup atau ia yang memang terlalu polos, Krist menjelaskan semua hal dengan sejujurnya, bahkan mengenai pernikahannya yang dipaksa oleh sang Ibu supaya dapat membantu ekonomi keluarganya. Dirasa cukup dengan penuturan Krist, Ibu Singto mempersilahkan Krist untuk kembali pulang yang akan langsung diantar oleh sopir pribadinya.

Ibu Singto langsung menuturkan apa saja jawaban dari Krist kepada Nyonya besar Ruangroj, ia kurang setuju dengan pernikahan ini melihat bagaimana latar belakang serta alasan kenapa Krist menerima perjodohan ini. Namun, penilaian yang berbeda didapat dari Nyonya besar, beliau berpendapat bahwa Krist adalah anak yang jujur dan polos, dimana lagi ada seorang pemuda yang akan mengatakan apa adanya seperti Krist jika didalam posisinya. Kebanyakan anak muda sekarang aka  memilih menyembunyikan kenyataan yang ada, dan setelah menikah tiba - tiba menghabiskan harta pasangannya.

Disamping itu, Krist yang baru saja  keluar dari rumah sempat bertemu dengan Singto.

"Meskipun seratus tahun lagi, aku tetap tidak tidak akan mau menikah denganmu" ucap Singto.

Krist tersenyum miring meremehkan, "Kau kira aku sudi menikahimu? Muka pas-pasan, tampan juga tidak! Lebih baik aku tidak menikah daripada harus menikahimu. Jika bukan karena kakek, aku tidak sudi menikahimu" Ujar Krist.

Setelah melewati sedikit adu mulut karena saling menolak pernikahan, Krist langsung kembali ke kediamannya diantarkan oleh sopir. Lebih baik tidak berlama-lama didepan singto, karena itu akan membuat buruk moodnya.

Saat Singto memasuki rumah, ada Ibu dan Neneknya tengah berbincang.

"Sing, apa kau yakin menikahi Krist? Dia itu mau menikah denganmu karena  harta saja! Hutang dia banyak!" Ujar Ibu Singto yang masib kurang setuju dengan pernikahan putranya.

"Aku nurut apa kata kalian saja..."

"Menikahlah... ini adalah pesan kakekmu serta pernikahan ini dapat mempengaruhi perkembangan perusahaan..." ujar nyonya besar Ruangroj.

"Aku tau... aku terserah kalian saja... aku akan naik ke kamar dulu... permisi..." Setelah menunjukkan hormatnya, Singto langsung menuju kamarnya.
.
.
Setelah hari pertemuan mereka, tidak ada lagi pembicaraan atau kejadian yang penting hingga tiga minggu kemudian, hari dimana mereka melangsungkan pernikahan.

Pagi itu, disebuah altar dalam gereja yang telah ditentukan. Dihadapan seorang pastur dan semua saksi, Singto dan Krist mengucapkan sebuah janji suci, sebuah janji yang akan mengikat mereka.
.
.

.END.

Benci Bilang Cinta (SK) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang