5

3.5K 366 12
                                    

Pagi itu, disebuah altar dalam gereja yang telah ditentukan. Dihadapan seorang pastur dan semua saksi, Singto dan Krist mengucapkan sebuah janji suci, sebuah janji yang akan mengikat mereka.

Entah apa yang akan terjadinya, untuk hari sementara ini yang terpenting adalah keduanya yang sudah menikah.

Singto tengah duduk di sebuah sofa yang berada di ruang keluarganya, hari sudah larut saat mereka semua kembali ke kediaman Ruangroj pasca resepsi pernikahan yang yang tidak bisa dikatakan sederhana tersebut.

"Krist, kamu pasti lelah... Naiklah ke kamar untuk segera beristirahat...." Ujar nenek sebelum mengalihkan perhatiannya pada Singto, "Sing, temani Krist ke kamar... Kalian pasti lelah..." Lanjutnya.

Tanpa memberikan jawaban, Singto yang sudah lelah hanya berdiri dan berjalan melewati kedua orang yang tengah berdiri didekat tangga.

"Saya permisi nek..." Ujar Krist dengan sopan, berpamitan pada sang nenek setelah melihat suaminya sudah berjalan lebih dulu.

"Untuk malam ini, pinjamlah pakaian suamimu. Nanti jika pakaianmu sudah tiba, supaya langsung di antar ke kamar kalian..."

"Hmmm... Baiklah... Selamat malam nek..."

"Selamat malam Krist..."

Sesampainya dikamar, terlihat Singto tengah berbaring dengan pakaian yang sama, "Phi tidak ingin berganti pakaian?" Tanya Krist dengan nada kesalnya setelah berhasil mengunci pintu kamar.

"Nanti..."

"Spreinya akan kotor..."

"Berisik..."

"Yasudah. Terserah kau saja! Menyebalkan!" Gumam Krist sembari melepaskan jasnya, "Aku pinjam pakaian untuk tidurnya. Kata nenek begitu..." Ujar Krist yang sudah hendak membuka lemari.

Singto yang sudah lelah dengan malasnya mulai bergerak duduk, "Jangan yang hitam!" Peringat Singto membuat Krist mengurungkan niatnya mengambil kaos hitam yang ada disana.

Krist membalikkan tubuhnya, melipat kedua tangan didepan dada, "Phi menyuruhku tidak mengambil yang hitam, tapi di lemarimu hanya ada warna hitam!"

Singto terkekeh kecil melihat Krist yang sudah menunjukkan kekesalannya, dengan gerakan malas ia turun dari ranjang dan melangkah mendekati Krist yang masih berdiri didepan lemari, membuat Krist yang menyadari itu langsung mengerutkan keningnya, "Kenapa tertawa?"

"Tidak ada yang tertawa..." Elak Singto sembari memberikan kode pada Krist untuk menyingkir dari hadapan lemari dengan tangannya.

"Aneh!" Krist bergeser membiarkan Singto memilah pakaian yang akan ia gunakan.

Pada akhirnya, Singto hanya memberikan kaos hitam polos yang besar, sepertinya jika ia yang menggunakan juga kebesaran, lalu apa kabar pada Krist yang memiliki tubuh lebih kecil lagi?

"Phi, ini terlalu besar!"

"Adanya itu! Kalau tidak mau kembalikan!" Singto mengulurkan tangannya hendak mengambil kembali pakaiannya.

"Phi tidak punya piyama?"

"Ada, tapi aku tidak mau meminjamkannya padamu."

"Ah terserahlah, aku mau mandi dulu!" Krist berbalik menuju kamar mandi sembari bergumam yang tidak dapat didengar oleh Singto dengan jelas.

"Kau mengatakan sesuatu?"

"Tidak!"
.
.

Saat Singto sudah selesai mandi, ia melihat Krist telah terbaring di sudut ranjang. Ia berjalan mendekati seseorang yang telah menjadi pasangan hidupnya itu, "Sudah tertidur dengan pakaian seperti ini?" Sebuah senyum tipis tengah terukir, entah apa yang membuatnya mau menarikkan selimut untuk menutupi tubuh Krist hingga sampai dagu, padahal jika di pikir-pikir ia adalah orang pertama yang menentang pernikahannya ini.

Benci Bilang Cinta (SK) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang