Untuk memudahkan para pembaca dalam mendalami alur cerita ini, aku mengubah beberapa hal seperti tempat, sedikit scene dan sedikit alur. Jadi cerita ini tidak 100% sama dengan sinetron aslinya.
--------------------------------------------------------------------------------------......
Sejak kedatangan pemuda yang memiliki nama Singto tadi pagi, Bass terus membicarakan pemuda tersebut selama di ruang kelas mereka. Tae hanya mengangguk menanggapi bagaimana kehebohan yang di timbulkan oleh Bass karena terlalu bersemangat mengagung - agungkan pemuda tampan itu. Berbeda dengan Tae yang masih mau memberikan tanggapan, Krist memilih fokus dengan kesibukannya. Krist tengah membuat sesuatu dengan tanah liat, tangannya yang kotor dan beberapa coretan diwajahnya karena tanah liat tidak membuat ketampanan Krist berkurang.
"Aku dengar kabar, sudah tiga bulanan ini Phi Singto mengambil alih perusahaan ayahnya yang ada di Thailand. Perusahaannya itu merupakan perusahaan terbesar di negara kita, dia juga menjadi pemilik salah satu stasiun televisi terbaik disini." Bass dengan seribu pujiannya.
Tae hanya mengangguk sebelum bertanya, "Di usia yang terbilang masih muda, kenapa dia mengambil alih perusahaan ayahnya?"
Bass merasa senang saat Tae memberikan tanggapan, "Itu karena ayahnya harus pergi ke Amerika tiga bulan ini." Jawabnya dengan semangat.
Kehebohan Bass bertambah saat terlihat Singto dan dua sahabatnya tengah berdiri tak jauh dari ruangan dimana mereka berada.
"Sebaiknya kita segera pergi..." Ujar Singto yang tidak nyaman dengan teriakan beberapa gadis atau juga pemuda cantik lainnya seperti Bass.
Krist benar-benar tidak peduli, bahkan saat Singto melewati ruangan tersebut ia tidak mendongakkan kepala untuk sekedar melihat.
Setelah perjalannya melintasi ruangan dimana Krist, Bass serta Tae berada, Singto bersama kedua sahabatnya melewati sebuah ruang seni musik. Tampak seorang gadis cantik dengan rambut hitam itu memainkan biola. Permainannya cukup memukau, terlihat dari bagaimana beberapa mahasiswi yang ada disana fokus pada gadis cantik pemilik mata coklat tua itu.
Singto tampak tersenyum lembut memandang gadis yang pemilik nama Mook tersebut. Singto berpamitan pada kedua temannya ingin menuju perpustakaan, dimana ia sudah berjanji untuk menemui Mook disana. Singto menitipkan tasnya setelah mengambil sebuah buku dari dalamnya, lalu pergi meninggalkan dua sahabatnya yang sudah dipastikan akan menunjukkan senyuman menggoda Singto. Tentu saja kedua sahabat Singto ini tau betul kemana rekan kesayangannya ini pergi.
Singto berjalan melewati lorong utama sembari sesekali membuka buku yang ada di tangganya. Namun siapa sangka jika saat dalam perjalanannya menuju perpustakaan yang seharusnya berlangsung cepat dan damai, ia malah bertubrukan dengan Krist yang tengah membawa sebuah ember berisikan air kotor.
Singto menatap kesal pada pakaiannya yang sudah jelas kotor karena ketidaksengajaan barusan, sebelum mengalihkan pandangannya pada Krist yang masih terdiam. Krist sangat terkejut dengan Singto yang berdiri di hadapannya, bagaimana tidak? Ia baru saja melihat Singto didalam layar tv yang menunjukkan berita tentang kehadirannya di kampus, dan detik berikutnya Krist sempat menghujat Singto dengan sebutan anak manja sebelum ia menabraknya.
"Oh, maafkan aku..." Ujar Krist begitu menyadari kesalahannya setelah mendengar Singto yang menunjukkan kekesalannya, "Aku akan mencucinya, aku akan bertanggung jawab untuk itu..." lanjutnya sembari memohon maaf.
Singto menggelengkan kepalanya kesal sebelum melepas blazer navy serta pakaian berwarna putih yang ia kenakan, "Buang saja!" Ujar Singto sembari melemparkan blazer itu ke lantai sebelum melangkah meninggalkan Krist.
KAMU SEDANG MEMBACA
Benci Bilang Cinta (SK) (END)
FanfictionKisah couple SK, cerita ini saya tulis berdasarkan permintaan seseorang yang ingin mengaplikasikan kisah sinetron Indo, Benci Bilang Cinta pada karakter kesayangannya, Peraya. Hanya sampai bagian 4 saya mengaplikasikan kisah sesuai sinetron, selebih...