6

3.5K 360 8
                                    

Krist baru saja selesai dengan mandinya saat melihat Singto tengah membereskan pakaian dari dalam koper dipindahkan ke lemari miliknya. Ini masih pagi untuk keduanya berdebat, namun sedari mereka bangun sudah ada debat yang terjadi di dalam kamar ini.

"Sepertinya kita perlu membeli lemari pakaian untukmu..." Ujar Singto yang sudah menyadari Krist keluar dari kamar.

"Tidak perlu, biarkan saja di koper."

"Tidak mungkin selamanya di koper bukan?"

"Apa kita akan bersama selamanya?" Cukup ringan pertanyaan yang dilontarkan Krist, tapi mampu membuat Singto terdiam.

Tentu saja Krist menyadari perubahan wajah Singto yang langsung berubah, membuat ia merasa sudah salah bicara.

"Biarkan saja sebagian di koper. Nanti aku bereskan kedalam lemarimu pelan-pelan. Pakaianmu yang didalam lemari di tata dulu baru di isi dengan pakaianku..." Tambah Krist setelah melihat Singto hendak berdiri dari duduknya, ia hanya mengangguk sebelum melangkah meninggalkan kamar.

Krist menghela nafasnya panjang, "Dari awal juga pernikahan ini salah. Dari awal juga kita salah menuruti kakek yang sudah meninggal. Dan dari awal pula tidak ada cinta di antara kita. Jadi, buat apa bertahan lebih lama?" Gumam Krist dengan pikirannya sendiri.
.
.
.

Hari ini sudah tiga hari sejak pernikahan Singto dan Krist, tidak ada yang benar-benar terjadi selain perdebatan kecil di antara keduanya. Selain perdebatan kecil itu, terkadang ibu Singto akan ikut membela sang putra yang membuat Krist merasa lebih tidak nyaman. Namun, sisi baiknya adalah dia dan nenek yang semakin dekat, sehingga terkadang nenek akan membela dirinya jika sang ibu ikut campur.

Singto juga mulai bekerja mengurus perusahaan bersama sang ayah, Krist hanya akan sibuk dengan kuliahnya dan nenek di rumah. Tidak ada kegiatan lain yang dilakukan Krist selama tiga hari kebelakang hingga seseorang membuat semuanya berbeda.

Godt, sepupu  Singto yang baru saja tiba di Thailand datang berkunjung ke kediaman Ruangroj saat jam menunjukkan pukul 9 pagi, membuat sang nenek tampak bahagia karena kehadiran sang cucu. Disisi lain, ini adalah bumerang untuk ibu Singto yang khawatir jika posisi yang putra akan di ambil alih oleh Godt.

"Godt, bisakah nenek minta tolong? Ambilkan minuman di dapur?" Pinta nenek saat ia tengah duduk di belakang rumah sembari menikmati pemandangan taman.

"Tunggu nek, aku ambilkan dulu..." Godt berdiri, melangkahkan kakinya menuju dapur.

Di dalam dapur, Krist tengah membuat cokelat dingin kesukaannya dan untuk disajikan kepada Godt. Terbiasa dengan kehidupan sederhana menjadikan ia tidak bergantung pada para maid yang disana.

"Krist?" Sapa Godt yang melihat Krist tengah berkutat di depan meja dapur dan ada dua orang maid disampingnya.

Krist berbalik sebelum memberikan tanggapan, "Oh Phi Godt... Ada apa?"

"Nenek meminta air putih..." Ujar Godt sedikit menjelaskan penyebabnya berjalan menuju dapur.

"Oh iya, sudah aku siapkan... Ayo kembali ke taman!"

"Biar aku yang bawa" Godt merasa tidak enak hati sehingga menawarkan diri untuk mengambil nampan yang sudah ada dikedua tangan Krist.

"Tidak perlu, sungguh..." Krist sendiri juga tidak ingin merepotkan orang lain, ya meskipun itu adalah sepupu ipar.

"Tidak apa, aku ingin membantu. Aku kan bukan tamu asing juga..."

"Euh, baiklah..." Namun, akhirnya Krist menyerah dan membiarkan Godt mengambil alih nampannya.

Benci Bilang Cinta (SK) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang