Usai

48 8 1
                                    

"Pa, nanti saya kesini lagi untuk bawa motornya ya." ujar Azel pada tukang bengkel.
"Lapanam neng!"

Riko menggandeng tangan Azel dan menerobos derasnya hujan untuk masuk ke dalam mobil.
"Aku mau ajak kamu ke tempat pertama kali kita ketemu" ucap Riko
Azel tak menjawab, ia hanya mengangguk dan bertanya heran tentang apa yang ingin Riko bicarakan.

Setelah 20 menit perjalanan, hujan pun reda dan mereka tiba di Cafe Rooftop dimana Azel dibuat menunggu Riko. Kali ini Riko membawanya ke meja di bagian Rooftop.

Ya, disanalah awal pertemuan Riko dan Azel 2 tahun lalu. Saat itu Azel bersama Helen, teman baiknya. Riko datang bersama Rian, pacar Helen.

Setelah pertemuan itu, 3 hari kemudian Riko mulai intens 'mendekati' Azel. Azel bukalah wanita yang mudah ditaklukan, bukan wanita yang menyukai hal-hal manis 'biasa'. Bunga, coklat, barang-barang branded, bukan itu yang pada akhirnya membuat Azel jatuh cinta pada Riko.
Tapi kesungguhan Riko. Selama 6 bulan ia meyakinkan Azel. Dan Azel mempercayai Riko sebagai mentor dan teman tumbuh yang baik.

"Aku mau minta maaf karena belum bisa jadi yang terbaik buat kamu. Aku sering banget ngecewain kamu dan bikin kamu nangis."
"Terimakasih atas kesabaran kamu selama ini. Aku gak pantes buat kamu, zel. Kamu bisa dapetin yang lebih baik dari aku." Sambung Riko dengan penuh penyesalan.

Azel hanya diam terpaku, tak satupun kata keluar dari mulutnya. Ia tak bisa membohongi hatinya. 1,5 tahun adalah waktu yang cukup baginya untuk bisa menyayangi Riko tak peduli sebanyak apapun Riko membuatnya kecewa.

"Biiii" Panggil seorang wanita yang datang dari lantai bawah.
Panggilan yang mengagetkan Riko.
"Bii kamu janji mau jemput aku, lho. Aku susul kesini. Soalnya kamu lama banget sih." ucap wanita itu dengan nada kesal

Azel mengangguk paham dan tersenyum sinis.
"Permisi." Sembari bergegas pergi meninggalksn Riko dan wanita itu.
"Zel tunggu zel." Riko berusaha menahan Azel namun rasa sesak di hati Azel tak terbendung lagi.

Hujan turun lagi cukup deras bersamaan dengan air mata Azel yang mulai berjatuhan.
Azel berjalan secepat yang ia bisa. Meski kaki dan seluruh badan tak lagi cukup kuat untuk berpijak. Ia menahan semampu yang ia bisa untuk tetap berjalan.

Setelah memastikan bahwa Riko tak menyusulnya, ia berhenti di sebuah halte.
Azel duduk dan berusaha mengontrol tangisnya. Baju yang sudah basah kuyup membuatnya sedikit menggigil.

Tuhan telah memberi jawaban atas kesabaran Azel selama ini. Dengan membiarkan Riko pergi, adalah cara Tuhan menjaga hati Azel dari kekecewaan yang berkepanjangan.

"Sehancur itu aku pernah. Dibawah hujan yang mendatangkanmu padaku, dan kini membawamu pergi"- Salshabila Azalea Wilhelmina

The Everlasting EdelweisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang