Pulang

43 8 4
                                    

Di bawah hujan yang turun dari langit yang sama, Aji tiba di Indonesia.
Tanpa menunggu lama, ia mendapat taksi dan langsung menuju ke rumahnya.

Sepanjang perjalanan, tak sedetikpun matanya berpaling melihat keluar dari balik jendela.

Tiga tahun di New Zealand cukup membuatnya merindukan panas dan macetnya jakarta, makanannya, dan orang-orang terdekatnya.

"Mas, jalan utama ke alamat masnya banjir. Paling muter aja gimana mas?" Ucap supir taksi
"Oh udah musim hujan ya pak disini. Iya pa muter aja gapapa, yang penting sampai ke alamat saya, jangan ke rumah tetangga ya pa haha." Jawab Aji
"Aduh mas ini, siap mas."

Setelah satu jam perjalanan karena terjebak banjir, akhirnya Aji sampai di sebuah perumahan yang cukup mewah di Jakarta.
Ia sudah tak sabar untuk segera masuk dan bertemu keluarganya.

"Halo Mang Kumis !!" Sapa Aji
Mang Kumis adalah satpam rumah Aji, nama aslinya Mang Deden tapi Aji biasa memanggilnya Mang Kumis.
"Den Aji, waduhh mau pulang ko ga bilang-bilang den." Pak Satpam menyambut kedatangannya dan membawakan barang-barang Aji dari taksi
"Iya dong, kan biar supreme." Jawab Aji
"Surprise maksudnya den?" Tanya Pak Dadang
"Hahaha iya. udah pinter nih Mang sekarang." Aji tertawa geli

Aji membuka pintu rumah dan...apa yang terjadi?
Ia tak mendapati seorang pun di rumah selain Bi Nani (Asisten Rumah Tangga)
"Den Ajiii. Yaalloh gustii..kasep pisan atuh si aden teh sekarang mah. Siga bule" Sambut Bi Nani yang datang dari arah dapur
"ah Bi Nani mah suka lebay. Ibu mana bi?" Aji bertanya heran
"Emmm..anu den, Ibu lagi ke luar kota. Katanya baru pulang 2 hari lagi."
"Oh yaudah aku ke kamar dulu ya bi, cape banget ini abis terbang naik burung unta" Jawab aji sambil beranjak pergi menuju kamarnya

Rumah sepi adalah hal yang sudah biasa bagi Aji. Setelah kepergian nenek yang sangat disayanginya, ia dirundung kesedihan yang mendalam.
Satu tahun kemudian, menyusul kakeknya yang dipanggil sang Ilahi.
Inilah yang membuat Aji memutuskan untuk kuliah ke New Zealand 3 tahun lalu.
Ibunya terlalu sibuk bekerja hingga lupa bahwa Aji juga membutuhkannya.
Ia adalah anak satu-satunya.
Oh iya, Aji tak pernah bertemu ayahnya.
Ia hanya tahu bahwa ayahnya pergi meninggalkan Ibu dan Aji saat Aji masih kecil.

"Teruntuk seseorang yang sedang Tuhan persiapkan, aku hanya ingin menjadikanmu rumah, sebenar-benarnya tempat pulang dari dunia yang tak pernah berpihak padaku. Semoga kamu adalah rumah yang nyaman, see u when I see u."- Wisnu Aji Perwira

The Everlasting EdelweisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang