Aku tau

5 0 0
                                        

Pertemuan kali pertama itu membawa kesan tersendiri bagi Aji tentang Azel. Wanita yang menurut Dafa jutek itu telah mencuri perhatiannya.

Hari ini Aji diminta untuk mengantarkan ibunya ke rumah adiknya. Ya, itu berarti Aji memiliki om dan tante.

"Ajii, mama udah siap"
"Iya ma, aji turun sekarang" jawab Aji sembari bergegas menuruni tangga.

Mereka pun berangkat dari rumah dan selama perjalanan bisa berbincang-bincang satu sama lain. Akhirnya, hal yang jarang Aji dapatkan kini bisa ia rasakan.

Setelah sampai di rumah om dan tantenya, Aji menanyakan sepupunya yang bernama Helen.

"Heleenn!!! " panggil Aji sambil mengetuk pintu kamar Helen.
Helen yang saat itu sedang merapikan kamarnya pun kaget
"Kayanya itu bukan Rian deh. Dia kan lagi futsal hari ini" ia bertanya-tanya siapa yang datang.

Setelah membuka pintu, ia memperhatikan Aji dari ujung kaki sampai ujung kepala.
"Mas Ajiii. Kapan balik, ko aku ga tau. Masuk deh"
Aji pun masuk ke kamar Helen.
"Kamu lg ngapain si berantakan gini"
"Hehe ini lagi di beresin mas. Sambil aku nyari-nyari materi kuliah pas semester awal. Perlu banget nih"

Aji pun mengangguk paham.
Matanya tertuju pada satu sudut di dinding kamar Helen yang berisikan koleksi foto.
Aji memperhatikan satu per satu foto itu dan sesekali menanyakannya pada Helen.

Ada satu bingkai foto yang disimpan diatas meja belajar Helen.
Aji kaget, dan ingin memastikannya.
"Len, ini siapa?"
"Ohh itu temenku mas, cees kalo kata mas Aji mah"
"Azel?" tanya Aji memastikan
"Lah ko tau, mas kenal?"

Aji tak menjawab, ia hanya tersenyum tak menyangka bahwa wanita itu adalah sahabat dari sepupunya sendiri.
Helen heran dan mencoba memancing Aji.

"Dia baru putus mas, dicampakkin sama cowonya. Bukan Azel yang salah, tapi cowonya yang ga tau diri" Helen mencoba menjelaskan
"Aku ketemu dia pas awal masuk kampus. Orangnya jutek banget tapi setelah kenal deket, dia warm banget sih. Menurut aku dia terlalu baik, makanya cowonya seenaknya sama dia" sambung Helen

Aji hanya mendengarkan apa yang Helen katakan.
Saat pertemuan itu, Aji sama sekali tak melihat raut wajah putus asa dari seorang Azel. Nyatanya, ia hanya pandai menyembunyikan apa yang tengah dirasakannya.

"Mau aku kenalin?" tawar Helen
Aji terdiam sejenak lalu menjawab "nanti deh, aku pikir-pikir dulu"
"dihhh sombong amat sihh mas, udah jomblo lama juga" ledek Helen.

"Kapan-kapan aku kenalin pokonya. titik" Helen menegaskan.

Helen melanjutkan ceritanya tentang Azel.  Ia sudah bisa menangkap keinginan Aji untuk bisa lebih mengenal Azel.
Helen hanya berharap Aji bisa setidaknya untuk menghibur Azel dan membantunya melupakan Riko, si laki-laki pecundang itu.

The Everlasting EdelweisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang