Hampir Dimulai

1 0 0
                                    

Beberapa waktu ini Aji sudah mulai disibukkan dengan urusan kantor, mau tidak mau ia harus mulai terbiasa. Lagipula, dia adalah pewaris tunggal perusahaan ibunya.

Sore itu saat Aji baru pulang dari kantor, ia merebahkan badannya di sofa yang ada di balkon dekat kamarnya.
Ia memejamkan mata, membiarkan rasa lelah menguasai tubuhnya, angin sore dan gemericik hujan membersamainya saat itu.

(handphone Aji berdering, tanda bunyi notifikasi masuk)
Namun Aji tak menghiraukannya, ia masih nyaman dengan posisinya saat itu.

tidak lama kemudian, handphone Aji kembali berdering. Kali ini tanda telepon masuk.
Aji pun beranjak dari tempatnya.
"Halo, mas Ajii!!! "dengan suara cempreng yang sering ia dengar. Rupanya itu adalah Helen, sepupunya.
"Iya iya ada apa, len?" tanya Aji heran
"Aku tadi whatsapp kamu mas ko ngga dibales sih"
"Baru pulang ngantor len, cape banget belum ada mood buka handphone"
"Kalo ini tentang Azel, yakin tetep ga mood?"
"Azel? kenapa emang?" suara Aji sedikit berubah excited
"nah kann, uda deh mending ceet liat aku tadi kirim apa. Ga usah bilang makasih, kirimin aja aku es krim sama yg jualnya juga" pungkas Helen lalu menutup telponnya.

Setelah mengeceknya, Aji mendapati bahwa yang dikirim Helen tadi adalah kontak whatsapp Azel.
Rasa lelah yang tadi menguasainya seketika hilang.

Malam harinya, ia menelpon Azel untuk pertama kalinya.
"Halo"
"Halo, ini siapa ya?" Tanya Azel
"Hai zel, ini aku Aji"
"Oh iya, ada apa ya?"
"Lagi sibuk ngga zel?"
"E..engga kok" jawab Azel, ia sedikit gugup menerima telepon dari Aji
"save nomorku ya zel"

Percakapan mereka berlanjut membahas acara beberapa waktu lalu dan juga rencana Azel untuk Jatim Trip bersama rekan-rekan travellernya.
"Zel, boleh dong kapan-kapan aku dikenalin ke komunitas kamu."
"emm boleh boleh"

Azel merasa bahwa Aji bisa membuatnya untuk tidak canggung mengobrol dengan orang yang baru ia kenal. Pun sebaliknya, Aji pun merasa begitu.
Mereka mulai merasa nyambung untuk mengobrol, Aji menilai Azel adalah orang yang menyenangkan dan open minded.
Sedangkan Azel menilai Aji sebagai orang yang hangat dan juga sangat low profil.

Sejak saat itu, Aji dan Azel semakin intens berkomunikasi. Hampir setiap hari setelah masing-masing menjalani hari, mendengarkan cerita satu sama lain menjadi obat bagi lelah yang menguasai diri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 23, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Everlasting EdelweisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang