🌼1

30.6K 2.7K 330
                                    

Pemuda yang terduduk ditepi ranjang itu bernama Jeon Jungkook. Seorang pemuda berusia dua puluh tiga tahun yang mendadak merasa tak berguna tatkala kegelapan mampir ke dalam hidupnya satu minggu yang lalu.

Ia masih bisa mendengar dengan jelas suara-suara yang disiarkan melalui sound system pada televisinya. Ia juga bisa merasai bahwa angin di sore hari ini mulai menelusup masuk melalui jendela kamarnya yang terbuka dan menggigiti kulitnya dengan hawa dingin.

Sekarang adalah musim gugur. Tapi Jungkook tak lagi dapat melihat daun maple yang berubah warna menjadi kekuningan, tak lagi dapat menikmati indahnya langit biru dengan sedikit awan kapas yang berarak, ataupun mendaki pegunungan untuk menyaksikan betapa menakjubkannya pemandangan yang diciptakan oleh gugurnya dedaunan.

Sekarang pemuda itu hanya bisa menatap kosong pada kegelapan kendati kelopak matanya terbuka sempurna. Kecelakaan yang terjadi minggu lalu telah merenggut seluruh penglihatannya, serta nyawa Ayahnya dalam sekejap.

Ini benar-benar menyedihkan. Pemuda itu merasa seperti ia adalah sesosok manusia paling malang yang sedang hidup tertatih-tatih dan berusaha merangkak naik untuk menemukan cahaya.

Ia lantas menyunggingkan senyum getir. Terjebak dalam kegelapan dan mendadak tak bisa melakukan apa-apa benar-benar membuatnya frustasi. Ia belum terlalu mahir dalam menggunakan tongkat lipatnya, bahkan masih sering menabrak dinding dan meja.

Sama seperti ketika pintu kamarnya diketuk, tanpa bertanya lagi pemuda itu segera beranjak dari tepi ranjangnya. Ia berjalan sembari meraba sekitar dengan tongkatnya dan nyaris saja menabrak kursi belajarnya.

Sial sekali. Padahal dari tempat tidur ke arah pintu kamarnya hanya berjarak beberapa meter saja. Tapi ia seperti tengah melewati jalan berliku dengan banyak ranjau disekelilingnya.

Kemudian pintu itu dibukanya. Ia dapat mencium aroma parfum asing yang langsung menyeruak masuk ke dalam hidungnya. Sebuah wewangian yang tak pernah ia hirup sebelumnya. "Siapa?"

"P-perkenalkan aku--"

"Dia adalah Lalisa Hwang, Tuan Muda." tiba-tiba suara lembut bibi Lee mengudara. "Gadis ini akan menjadi asisten pribadimu selama kau belum mendapatkan donor mata. Dia akan membantumu dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Jika kau membutuhkan bantuannya, kau bisa memanggilnya setiap saat."

Jungkook hanya berkedip lambat dan pasrah. Ah, ternyata dirinya memang semenyedihkan itu ya sampai harus membutuhkan bantuan orang lain hanya untuk sekedar menjalani hari. "Ya, kalau begitu masuklah nona Hwang. Semoga kau tidak kerepotan mengurus pemuda tak berguna sepertiku."

Lisa bisa melihat bagaimana netra jelaga itu telah kehilangan asa dan cahaya. Pemuda itu memiliki segalanya disini. Rumah yang besar dan harta yang berlimpah. Namun tetap saja semua itu takkan begitu berarti untuknya yang kini hanya bisa terpaku didalam kamar sembari meratapi takdir.

Pintu kamar itu tertutup. Lisa mengedarkan pandangannya pada ruang kamar bernuansa Coastal Style yang sebagian besar diisi oleh warna abu-abu muda dan putih. Sepertinya Jungkook adalah seorang pemuda yang ceria dan penuh kelembutan sebelum tragedi kecelakaan itu terjadi. Iya, sebelum senyuman manis dengan eyecrinkle yang menghiasi wajahnya berubah menjadi muram semendung awan gelap.

Di dinding, terdapat foto keluarga Jungkook yang berisi potret Ayah, Ibu, Kakak, serta dirinya sendiri. Ada pula beberapa lukisan abstrak serta beberapa guci berukuran sedang yang berdiri kokoh disudut ruang.

"Dimana kau sekarang? Aku buta. Jadi tolong cepat kemari karena ada beberapa hal yang ingin kutanyakan."

Lisa terperanjat saat suara Jungkook tiba-tiba mengudara. Pemuda itu ternyata sudah sampai ditepi ranjang dan mendaratkan bokong dengan manis disana. "Y-ya.. Aku datang."

on one's own | lizkook✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang