🌼5

18.5K 2.3K 334
                                    

Hari ini terasa berbeda untuk Jungkook. Ruang kamarnya mendadak sepi. Telinganya hanya mendengarkan suara televisi yang tengah menyiarkan berita sore. Tidak ada suara tawa Lisa maupun celotehan gadis itu sejak pagi tadi.

Yah, tidak sepenuhnya, sih. Hanya saja, hari ini Lisa tidak terlalu aktif berbicara seperti hari-hari biasanya. Jungkook merasa bosan setengah mati. Pemuda itu lantas membuang napas kasar. Ia meraih tongkatnya dan beranjak dari tepi ranjang.

"Mau kemana?" tanya Lisa dari arah sofa.

"Mau mencari Lalisa Hwang. Sepertinya ia menghilang sejak pagi tadi. Kau lihat dia, tidak?"

Lisa memutar bola matanya. "Aku disini, Jung."

"Oh, kau disana. Kupikir aku hanya sendirian di kamar ini, sementara kau pergi mencari teman baru diluar sana." sarkas Jungkook. Raut wajahnya dibuat seperti berpura-pura tidak tahu--benar-benar polos dan tak berdosa.

Gadis itu menghembuskan napas pelan. Ia berjalan mendekati Jungkook dan memeluk tangan kekar si pemuda, "Maaf, aku tidak bermaksud untuk mengabaikanmu."

Hari ini Lisa memang lebih banyak berdiam diri. Ada banyak hal yang mengganggu pikirannya, termasuk ciuman mereka pada malam itu. Sekat yang membatasi mereka terlalu tebal. Status mereka berbeda. Jadi tidak sepatutnya Lisa membalas ciuman itu, bukan?

Jungkook tampak terdiam sejenak disana. Bukan karena ia ingin merajuk pada Lisa, melainkan karena merasakan bagaimana jantungnya berdegup kencang ketika bagian dada Lisa menyentuh lengannya. Itu terasa sekali, serius. Kenyal dan....

Oh, ya ampun! Tolong enyahkan pikiran kotor Jungkook! Pemuda itu mendadak menggeleng pelan ketika fantasi itu merambati isi kepalanya dalam sekejap. Seperti pikirannya seakan terlempar pada waktu kemarin malam saat ia berhasil menangkup wajah Lisa, menarik wajah gadis itu dan mempertemukan belah bibir mereka.

Sejujurnya, semua itu terjadi begitu saja. Saat itu kesadarannya seperti terenggut seperempatnya karena suasana yang mendukung, disertai rasa bahagia karena Lisa begitu mengkhawatirkannya. Iya, Jungkook sangat bahagia karena ternyata Lisa sangat memedulikan keadaannya. Dan untuk soal perasaan, Jungkook masih tidak bisa menebak apa yang terjadi didalam hatinya. Selama ini hanya kegelapan yang mengisi dunianya. Tapi Lisa seperti malaikat penyelamat untuknya--yang dapat menolongnya, namun tidak dapat ia lihat bagaimana wujudnya.

Jungkook sangat nyaman menjalani hari-harinya bersama Lisa. Ia membutuhkan gadis itu bukan hanya untuk membantunya melakukan banyak hal, tapi juga karena ia memang menginginkan gadis seperti Lisa. Seorang gadis yang hanya dengan tertawa renyah, dapat membuat Jungkook tersenyum. Seorang gadis yang hanya dengan berada disampingnya, mampu mengusir rasa sepi didalam relung hati si pemuda.

Lisa benar-benar berperan penting dalam hidupnya, dan ia sama sekali tak ingin kehilangan gadis itu.

Tapi ketika Lisa memposisikan diri dalam jarak yang sangat dekat, dengan suasana normal dan dalam keadaan seratus persen sadar seperti ini, Jungkook benar-benar diserang oleh kegugupan yang luar biasa.

Pemuda itu tertawa kaku. Ia menarik lengannya dengan perlahan, berusaha melepaskan diri. Kalau dibiarkan menempel begitu, isi kepalanya bisa berantakan karena bayang-bayang kotornya sendiri. "Y-ya, tidak apa-apa."

"Kau bosan?"

Jungkook mengangguk sebagai jawaban.

"Bagaimana kalau kita ke taman kota? Kita beli gula-gula kapas jumbo dan es krim yang enak."

Wajah Jungkook berbinar cerah bersama senyumnya yang merekah. "Boleh, boleh! Ayo kita pergi sekarang!"

Lisa terkekeh pelan melihat betapa antusiasnya Jungkook. Pemuda itu memang jarang sekali keluar rumah sejak kecelakaan itu terjadi. Mereka lebih sering menghabiskan waktu di dalam bangunan besar ini. "Iya.. Tapi kau harus ganti baju dulu.."







on one's own | lizkook✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang