Taehyung masih ingat betul ketika kedua tungkai kakinya menginjak rumah mewah kediaman keluarga Jeon ini--Jungkook menyambutnya dengan cengiran khas, dimana hidungnya mengerut lucu, ditambah dengan eyecrinkle dan juga dua gigi kelinci yang terlihat begitu manis dari sela-sela bibir kemerahan alaminya.
Jungkook sangat ramah dan bersahabat. Bocah lelaki yang dulu hanya setinggi dagunya itu membungkuk hormat, kemudian kembali menunjukkan wajah berbinarnya seraya berucap riang, 'Selamat datang, Hyung dan juga Ibu!'
Taehyung bisa mengingat dengan jelas bagaimana nada suara Jungkook saat itu. Bocah tersebut seperti diajarkan banyak tata krama dan sikap yang baik dalam memerlakukan orang lain. Jungkook tak pernah mengajukan protes kendati Taehyung selalu memandangnya dengan wajah datar. Jungkook juga tak pernah marah meskipun Taehyung nyaris selalu mengabaikannya. Yang Jungkook lakukan hanya terus berusaha dan mencari cara agar ia bisa menjadi sesosok adik yang baik untuk Taehyung.
Tapi bagaimana Taehyung bisa menerima Jungkook sebagai adiknya jika ketika melihat wajahnya saja, Taehyung selalu teringat akan penderitaannya dimasa lalu? Penderitaan yang terjadi karena Jungkook lahir ke dunia dan menyebabkan dirinya terbuang bersama sang Ibu.
Itu merupakan sisi egois Taehyung. Sisi terdalamnya yang selalu memancarkan kegelapan. Ia dibuat buta dan tuli oleh kebencian. Ia tak bisa melihat maupun mendengar seluruh kebaikan yang telah dilakukan Jungkook dan Nyonya Jeon untuknya serta sang Ibu.
Namun ketika Jungkook memanggil dan menginginkan dirinya, Lisa beserta sang Ibu untuk berkumpul di kamar tanpa mengetahui apa tujuannya--mengapa sesuatu seakan bergejolak tak terkendali didalam dadanya? Apalagi ketika si bungsu Jeon itu mengguratkan senyum tipis, kemudian berujar,
"Dimana suratnya?"
Entah terlalu terkejut atau bingung, disana Lisa mendadak tergagap ditempatnya. Ia menatap Jungkook, memandang pemuda yang sedang terduduk ditepi ranjang tersebut dengan pandangan bertanya. "S-surat apa, Jung?"
"Surat pemindahan kekuasaan atas seluruh perusahaan Ayah."
Lisa segera menoleh cepat pada Taehyung dan Nyonya Airin yang juga berada dikamar itu. Bagaimana Jungkook bisa tahu kalau mereka memiliki tujuan untuk memindahkan kekuasaan atas nama Jungkook menjadi milik Taehyung seutuhnya? Bagaimana bisa?
Agaknya, mereka semua tak pernah menyangka kalau ternyata Jungkook memang sudah mendengar semua pembicaraan Lisa dan Taehyung pada tempo hari. Sebuah kenyataan yang mampu memukul kepala Jungkook keras-keras untuk segera menyadari kalau ia memang sudah tidak memiliki siapa pun di bumi ini. Kemudian sebuah fakta yang mampu memperjelas tanda tanya besar didalam jiwanya, yaitu kenyataan bahwa ternyata Lisa memang tidak pernah mencintainya.
Sejak awal, Lisa memang milik Taehyung. Mereka pernah berpacaran dimasa lalu, kemudian kembali menjalin hubungan beberapa bulan silam. Jadi Jungkook memang tak seharusnya ada ditengah-tengah mereka, bukan? Bahkan mungkin seharusnya... Jungkook tak pernah lahir ke dunia ini.
"J-Jungkook.." lirih Lisa. Tatapannya menyorot sendu, memandangi seraut wajah pucat dihadapannya itu.
Jungkook berkedip lambat. Bola matanya masih memancarkan kekosongan dan kesepian yang mendalam. "Berikan saja suratnya padaku, dan tunjukkan dimana aku harus menandatanganinya."
Seharusnya mereka senang. Seharusnya mereka bahagia karena tak perlu terlalu bersusah payah untuk membuat Jungkook menandatangani surat itu. Tapi kenapa kini rasanya sungguh berbeda? Nyonya Airin bahkan tak bisa menahan bibirnya yang bergetar hingga setetes air mata mengalir dari pelupuk. Sesosok anak yang begitu dibencinya, kini malah ingin menyerahkan sisa benda dan kemewahan yang dimiliki untuk dirinya dan putranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
on one's own | lizkook✔
Fanfiction[M] Semesta Jeon Jungkook itu gelap gulita. Tapi Lalisa Hwang datang membawa cahaya, memasang banyak lampion kecil berwarna-warni, dan menyuguhkan secangkir kebahagiaan untuk pemuda itu. Started : 130220 Finish : 060520