🌼4

15K 2.2K 267
                                    

Seorang perempuan berusia setengah abad berjalan memasuki bangunan mewah kediaman Jeon. Tampilannya begitu elegan, dibalut dengan rok span pendek dan juga kemeja berwarna biru laut keluaran brand ternama--sementara tangan kanannya menjinjing sebuah tas hermes yang mungkin harganya setara dengan satu buah mobil.

Nyonya Jeon Airin terus melangkah, menaikkan pandangannya dengan angkuh--membawa tungkai kakinya menuju lantai dua dan berhasil mendapatkan banyak tundukan hormat dari para pelayan di rumah ini. Sudah terhitung empat minggu ia tidak menjejakkan kaki disini. Ada banyak urusan pekerjaan yang menyita sebagian besar waktunya.

"Dimana putra bungsuku?"

"Tuan Muda sedang berada dikamarnya, Nyonya. Ia bersama asisten pribadinya." jawab salah seorang pelayan.

Tanpa mengulur banyak waktu, perempuan itu segera mengarahkan kakinya menuju kamar Jungkook. Terakhir kali ia menemui pemuda itu adalah ketika putra bungsunya tersebut masih terbaring dirumah sakit akibat kecelakaan. Bagaimana kabarnya kini? Apa Jungkook kesulitan dengan kondisinya yang sekarang? Apa hal itu membuatnya sangat frustasi? Ada banyak pertanyaan yang berputar didalam kepala Airin.

Perempuan tersebut sudah menerima banyak laporan mengenai keadaan Jungkook. Para pelayan berkata kalau pemuda itu terlihat lebih cerah dan mau membuka diri sejak asisten pribadinya dipekerjakan.

Kemudian ia menekan gagang pintu, mendorongnya dan menampilkan dua orang muda-mudi yang sedang bersenda-gurau diatas sofa. Entah apa yang membuat tawa mereka begitu lepas dan merekah seperti itu.

"Ekhm.."

Deheman itu berhasil menghentikan aktifitas keduanya. Semenjak Jungkook kehilangan penglihatannya, ia menjadi lebih peka terhadap bebauan disekitarnya. Jadi tak perlu waktu lama untuk ia mengetahui siapa yang masuk ke dalam kamarnya kala aroma parfum perempuan itu menyeruak.

Senyuman Jungkook lantas terbit. Ia bangkit dari tempatnya dan mulai melangkah dengan bantuan tongkat ditangannya. "Ibu.. Kau 'kah itu?"

Airin tersenyum tipis. Ia berjalan menghampiri putranya dan memeluk tubuh itu erat-erat. "Ya, sayang.. Ini Ibu.."

Jungkook tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Bola matanya berbinar cerah. Ia balas memeluk sang Ibu tak kalah erat. "Aku merindukanmu, Bu.."

"Ibu juga merindukanmu, nak. Maafkan Ibu yang baru bisa menemuimu sekarang." Airin lantas melepas pelukan itu. Ia menyentuh pipi Jungkook, mengelusnya dengan lembut dan menatap bagaimana bola mata itu tak lagi bergulir dan bercahaya seperti dulu. "Bagaimana keadaanmu?"

"Aku baik-baik saja. Lisa selalu ada untukku. Dia banyak membantuku. Aku juga sudah bisa makan sendiri." kata Jungkook. Raut bahagia terlukis diwajahnya ketika nama Lisa disebutkan.

Airin lantas melirik pada presensi Lisa yang masih berdiri ditempatnya, tepatnya didekat sofa tanpa berniat untuk mendekat sama sekali. Perempuan itu lalu kembali beralih pada Jungkook, mengelus kedua lengan atas si pemuda layaknya seorang Ibu. "Syukurlah kalau begitu. Ibu senang kau bisa menjalani hari-harimu dengan baik."

"Tapi.. kapan aku bisa mendapatkan donor mata, Bu? Aku sudah tidak sabar ingin bisa melihat lagi." Jungkook tersenyum lebar, sementara bola matanya memancarkan banyak sekali pengharapan. Ia benar-benar ingin kembali pada kehidupannya yang dulu dan bisa melihat dunia beserta seisinya.

Airin tersenyum tipis. "Bersabarlah sebentar lagi, nak. Ibu akan mengusahakan yang terbaik untukmu."





°°





3 bulan kemudian....

"Aku ingin berenang."

Lisa mengangkat sebelah alisnya saat kalimat itu meluncur mulus dari belah bibir Jungkook. Gadis itu hanya merasa heran saja. Maaf, tapi untuk berjalan saja, terkadang Jungkook masih sering menabrak sesuatu yang ada disekitarnya. Lalu bagaimana nasibnya kalau pemuda itu berada di kolam renang? Lisa hanya mengkhawatirkan keadaannya. "Apa kau serius?"

on one's own | lizkook✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang