Lisa memasuki ruang apartemennya, dengan Jungkook yang mengekori di belakang. Tentunya, setelah pemuda itu memasukkan presensi adik sepupunya ke dalam taksi, yang langsung membawa gadis tersebut pulang ke kediamannya sendiri.
Jungkook bilang, ia masih ingin bertemu dengan Lisa. Ada banyak hal yang perlu mereka bicarakan satu sama lain, selain rasa rindu yang memuncak di dalam dada.
Tapi agaknya Lisa masih sedikit canggung. Ia lebih banyak menunduk dan membuang wajah ke arah lain untuk menyamarkan rona kemerahan dipipinya ketika Jungkook sama sekali tak mengalihkan pandang darinya.
Hari ini merupakan kali pertama Jungkook melihat wajah Lisa semenjak mereka saling mengenal. Pemuda itu tak henti-hentinya mengagumi pahatan wajah tersebut, merasa begitu beruntung karena nyatanya perempuan itu memang benar-benar seseorang yang ia cintai.
"K-kau duduk dulu disini. Aku akan membuatkanmu camilan." kata Lisa. Ia menyelipkan surainya ke belakang telinga dan segera berlalu menuju dapur.
Jungkook hanya terkekeh dibuatnya. Ada banyak sekali waktu yang telah mereka lalui tanpa satu sama lain. Itu membuatnya paham mengapa Lisa bisa bersikap gugup seperti itu. Apalagi, gadis tersebut pasti masih sangat terkejut dengan kehadirannya yang tiba-tiba.
Sebenarnya tidak mudah bagi Jungkook untuk menampakkan diri dihadapan Lisa. Setelah Nyonya Airin menjelaskan semuanya, termasuk apa tujuan Lisa dan mengapa gadis itu mau melakukannya--Jungkook terus berusaha untuk mencari keberadaan gadis tersebut setelah berduka akibat kematian Taehyung.
Ah, berbicara mengenai Taehyung, Jungkook jadi mendadak teringat kalimat apa saja yang diucapkan oleh kakaknya tersebut sebelum dia menghembuskan napas terakhir.
Pada jam-jam sebelum pemuda itu menutup mata untuk selamanya, ia terus mengusak puncak kepala Jungkook dengan sayang meski tangannya sedikit bergetar karena lemas. Tapi Jungkook tahu kalau saat itu Taehyung tetap tersenyum kendati dalam keadaan sekarat, dimana rasa sakit menggerogoti tubuhnya habis-habisan.
'Maafkan Hyung..'
'Hyung tidak pernah meresmikan jabatan tertinggi. Surat pemindahan kekuasaan itu sudah kubuang ke dalam kotak sampah..'
'Kau tahu 'kan kalau Hyung tidak pernah benar-benar membencimu?'
'Sampaikan salamku pada Lisa, ya..'
'Boleh aku titip Ibuku? Kurasa aku tidak mampu untuk menjaganya lagi..'
'Nanti kalau Hyung ingin beristirahat, kau harus menggunakan mata milik Hyung agar dapat melihat lagi.. Mengerti?'
Dan yang terakhir, Taehyung menatap sang adik dengan kuyu. Bola matanya memanas dan berair, sementara dadanya mulai terasa sangat sesak disertai rasa sakit yang begitu mencekik. Pemuda itu kemudian memberikan kurva senyum yang kelewat tipis. 'Jungkook.. Hyung sangat lelah.. Bolehkah Hyung beristirahat sekarang?'
Jungkook ingat sekali kalau saat itu, tangisnya pecah dan tak terbendung meski tak ada suara yang menggelegar. Ia menangis dalam diam, membiarkan lelehan air matanya mengalir deras menyusuri pipi sembari terus menggenggam tangan sang kakak yang perlahan berubah menjadi dingin.
Jungkook menjadi saksi bagaimana belah bibir Taehyung yang tak lagi mengucapkan sepatah kata pun, bagaimana deru napasnya menghilang bersama semilir angin yang menelusup masuk melalui jendela, dan bagaimana jantungnya telah berhenti berdetak seiringan dengan suara nyaring dari mesin pendeteksi diruangan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
on one's own | lizkook✔
Fanfiction[M] Semesta Jeon Jungkook itu gelap gulita. Tapi Lalisa Hwang datang membawa cahaya, memasang banyak lampion kecil berwarna-warni, dan menyuguhkan secangkir kebahagiaan untuk pemuda itu. Started : 130220 Finish : 060520