hello! aku nggak pengen ngomong ini (udah kutahan sejak awal tapi..)
jangan sider dong sayang nanti aku botakin loh 😚
👁👅👁🎶 liar - camila cabello
•••••
Dongpyo mengangguk setelah mendengar
penjelasan panjang lebar dari Minhee yang baru saja tercyduck berangkat bareng Yunseong, "Oh... jadi lu sama Yunseong itu tetanggaan terus berangkat bareng gitu?""Iya, Pyooo. Jangan salah paham lagi ya," kata Minhee akhirnya, sedikit lega saat Dongpyo percaya dengan perkataannya. Mereka berhenti di depan kelas Dongpyo dan melambaikan tangan ke satu sama lain sesaat sebelum yang lebih mungil masuk ke kelasnya.
Minhee menghela nafas panjang dan meletakkan tangan di dada— merasakan jantungnya yang berdetak nggak karuan. Hampir saja ketahuan. Masih mending kalau ketahuan Minkyu atau Jungmo, mereka nggak akan ember. Tapi kalau Dongpyo? Bisa panjang lagi ceritanya.
Minhee akhirnya bisa berjalan dengan tenang menuju kelasnya, dan berpikir apa yang akan ia katakan saat memberikan briefing singkat untuk Hyunjin nanti siang.
Dongpyo sendiri hanya memasuki kelasnya sambil bersenandung lagu Psycho nya Red Velvet yang kebetulan tadi pagi diputar di radio mobil ayahnya. Yunseong baru saja masuk ruangan itu tepat setelah Dongpyo.
"Pagi, Pyo," kata Yunseong kalem sambil menyapa Dongpyo yang masih menaruh tas ransel miliknya di meja.
Dongpyo tersenyum membalas sapaan ramah Yunseong, "Pagi juga, Yunseong!"
Setelah Yunseong duduk di kursinya dan terlihat mengobrol dengan Junho, sebuah senyuman miring muncul di wajah Dongpyo yang sebelumnya tersenyum lebar.
"Dia pikir gue segampang itu percaya," gumam Dongpyo pada dirinya sendiri, "Ha, bitch. You thought,"
••••••
Bel istirahat baru saja lima menit yang lalu berbunyi, tapi para siswa sudah terlihat ramai memenuhi kantin. Junho yang hari ini tidak dibawakan bekal karena sang ibu bangun kesiangan tadi pagi— terpaksa harus mengantri di salah satu kedai di kantin.
Junho mendengus, dia sudah jarang sekali pergi ke sini. Alasan utamanya adalah karena malas, dan yang kedua adalah karena ibunya selalu membawakan ia bekal yang enak, jadi untuk apa mengeluarkan uang lebih?
Junho hampir sampai di antrian paling depan saat seseorang di belakang menyenggolnya dengan cukup keras. Ia baru saja akan memarahi siapapun yang berani mendorongnya hingga ia nyaris hilang keseimbangan sebelum akhirnya melihat siapa orang itu.
"Loh, Chan?"
"Woah, hey Junho! Sorry if I— you know— nyenggol lu tadi," kata Chris sambil tertawa ringan. Ia langsung tahu itu Junho karena hanya pemuda itu yang memanggilnya Chan di sekolah ini.
Junho tersenyum tipis, "Nggak apa-apa, kok."
Pemuda blasteran Australia itu kembali tertawa lepas melihat Junho yang canggung, "I'll get you a drink!"
"Eh? Nggak usah! Ngerepotin aja," kata Junho menghalangi tangan Chris yang mengambil botol minuman dari mesin penjual otomatis, namun dengan cepat Chris menepis tangan Junho.
KAMU SEDANG MEMBACA
the place of broken things • hwangmini
Fanfiction"𝐘𝐨𝐮 𝐬𝐡𝐨𝐮𝐥𝐝'𝐯𝐞 𝐭𝐨𝐥𝐝 𝐦𝐞 𝐢𝐟 𝐲𝐨𝐮 𝐞𝐯𝐞𝐫 𝐜𝐚𝐫𝐞𝐝," [welcome to the place where maybe- no one's actually happy.] bahasa | semi-baku to non-baku | harsh words side - deulcha/junmini