Bagian 14

28 11 7
                                    

Pada waktu sholat maghrib tiba, aku diperintahkan untuk sholat berjamaah bersama di masjid sekolah. Setelah sholat maghrib  para santri wati dan santri wan tidak langsung kembali ke kamar, tapi menunggu ceramah dan kegiatan malam. Fyi, dipesantren ini semua diwajibkan memakai pakaian warna putih, mukena putih, dan wajib memakai sendal jepit. Tapi karna aku masih baru disini, jadi aku diperbolehkan memakai mukena pink dan pakaian berwarna,tapi hanya boleh sampai seminggu.

"Teh,teteh namanya siapa?" Tanya anak kecil lucu.

"Sita Desty." Jawabku.

"Teteh darimana?" Tanya anak kecil itu lagi.

"Dari Cileungsi." Jawabku singkat.

"Oh dari Cileungsi..perkenalkan nama aku Nesya." Ucap anak itu lagi.

"Aku Nia." Ucap anak kecil yang satunya.

"Halo..kamu santri baru ya? Namanya siapa?" Tanya seorang perempuan cantik yang tampaknya lebih tua dariku beberapa tahun.

"Iya,namaku Sita Desty dari Cileungsi." Jawabku ramah.

"Nama teteh,teh Reina. Ana pengurus di tempat yatim piatu." Ucap teh Reina memperkenalkan  diri. Fyi,disini berbicaranya harus dicampur dengan bahasa arab seperti ana artinya saya atau aku.

"Oh iya teh." Ucapku menanggapi.

Setelah itu kami semua para santri melakukan kegiatan malam sampai jam 21.00,dan juga materi pondok pesantren. Fyi,selain ada sekolahnya di pesantren ini juga ada panti asuhannya. Setelah selesai dengan semua kegiatan malam, para santri diperintahkan untuk langsung tidur.

Keesokan harinya atau bisa dibilang ini masih dini hari tepatnya jam 3,aku sudah dibangunkan untuk mandi dan persiapan tadarus ke masjid sampai waktu sholat subuh tiba. Aku mendapatkan giliran mandi jam 03.30,karna kamar mandinya hanya ada 4,6 keran air atau tempat wudhu dan harus berbagi dengan yang lain. Dan karna kamar mandi hanya ada 4 dan semuanya sok penguasa,jadinya dengan amat sangat terpaksa aku mandi menggunakan keran air atau tempat wudhu. Setelah selesai mandi,aku langsung bersiap menuju masjid. Pada saat aku turun ke lantai bawah,tiba - tiba terdengar teriakan menggunakan bahasa arab. Fyi, karna ini pesantren boarding school,jadi bahasanya digabung dengan arab dan jepang. Sebenarnya aku tidak terlalu menyukai bahasa jepang,tapi apa boleh buat aku harus tetap menjalaninya. Aku sangat menyukai bahasa korea dan budayanya yang disebut k-pop. Aku sebenarnya menyukai bahasa apapun itu,jadi sebenarnya tidak apa - apa juga kalau itu bahasa jepang.

"Sita,cepat ke masjidnya. Kalau perlu berlarilah!" Ucap pengurus santri wati yang bernama teh Cyntia.

"Baiklah teh." Ucapku. Aku langsung lari sekuat tenaga untuk sampai di masjid secepatnya. Setelah sampai di masjid,terdengar suara adzan dan kami semua sholat berjamaah. Setelah sholat,kami mendengarkan ceramah sampai jam 05.30. Kami semua langsung ke lapangan untuk pembagian tugas bersih - bersih pesantren. Aku kan disini ingin pintar kan, tapi kenapa aku malah disuruh menjadi pembantu? Ucapku dalam hati.

"Syur'ah,bersihkan semua sesuai tugasnya." Ucap teh Susan.

"Maaf teh,aku bersih - bersih dimana ya?" Tanyaku ke teh Susan.

"Ohiya Sita,sebentar ya. Erika!" Ucap teh Susan dan langsung memanggil teh Erika.

"Iya teh,ada apa?" Tanya teh Erika. Fyi,teh Erika itu kelas 12 yang baru aku kenal.

"Ini Sita bersih - bersih dimana?" Tanya teh Susan.

"Di rumah ibu,teh." Jawab teh Erika dan ditanggapi dengan anggukan.

"Erika mau pamit bersih - bersih lagi,teh." Ucap teh Erika.

"Iya." Ucap teh Susan.

"Sita,ikut teteh ke rumah ibu." Ucap teh Susan.

"Iya teh." Ucapku. Tak lama kemudian kemudian aku dan teh Susan sampai di rumah ibu atau yang punya pesantren.

"Sita,sekarang kamu ngepel ya." Ucap teh Susan dan hanya kutanggapi dengan anggukan.

Sebenarnya aku sangat malas dengan yang namanya ngepel dan nyapu atau segala pekerjaan rumah. Aku di rumah itu adalah tuan putri,jadi tidak pernah memegang pekerjaan rumah. Pernah sih...sesekali. Tapi mulai  sekarang semua pekerjaan rumah yang tidak pernah aku kerjakan sebelumnya,harus aku kerjakan sendiri.

Pada saat aku lagi mencuci alat pel,ada lelaki yang menghampiriku.

"Permisi,anak baru ya?" Tanya lelaki itu.

"Iya." Jawabku sambil lanjut mencuci alat pel.

"Aku Riko kelas 11,nama kamu siapa?" Ucapnya.

"Namaku Sita Desty." Ucapku sembari menormalkan degup jantungku. Sungguh,lelaki itu lumayan tampan,gayanya seperti seorang tentara,dan manis.

"Sita,ayo siap - siap." Ucap teh Erika tiba - tiba.

"Iya teh,sebentar lagi." Ucapku menanggapi.

"Kak,aku ke kamar ya." Ucapku pamit ke kak Riko.

"Oh iya,panggil Aa saja." Ucap kak Riko.

"Baiklah A." seraya pergi. Saat sampai di kamar,semua sudah berganti seragam sekolah.

"Sita! Cepat ganti seragam sekolah,sebentar lagi upacara dimulai." Ucap teh Susan.

"Iya teh." Ucapku dan langsung berganti seragam.

"Oh iya Sita,namaku Siska."

"Aku Anggi."

"Aku Intan."

"Aku Rosa."

"Aku Metta."

"Aku Dea,teh."

"Aku Rina,teh."

"Oh iya." Ucapku sambil tersenyum. Fyi,aku mencoba untuk berbaur dengan yang lain, sampai keesokan harinya aku sakit. Aku tak tau sakit apa! Yang pasti penyakit maag ku kambuh atau lebih tepatnya aku terkena stress. Aku sakit hampir setiap hari,aku juga tak tau kenapa. Karna sakit,setiap hari bagaikan neraka untukku! Mereka menjauhi dan memusuhiku tanpa alasan yang jelas,tak ada yang ingin menemaniku,semuanya mengataiku dengan kata - kata kasar dalam bahasa sunda. Bahkan yang lebih parahnya, barang - barangku dibuang ke tempat sampah dan got. Seluruh pesantren membenciku dan bahkan satu sekolah membenciku juga termasuk para guru. Aku pun tak tau apa alasannya mereka membenciku!

Aku di bully satu pesantren dan sekolah,membully batinku. Segala hinaan dan cacian selalu mereka semua lontarkan kepadaku. Aku bertanya kepada teh Reina,dan dia menjawab 'mereka memusuhimu karna kamu sakit terus dan orang tuamu selalu datang setiap minggunya'. Hanya karna itu mereka semua memusuhiku? Aku tau disini tak boleh selalu dijenguk orang tua,tapi yang namanya orang tua kan pasti kangen anaknya. Aku tau mereka iri denganku,tapi tidak dengan cara memusuhiku! Sangat tak jelas sekali mereka ini. Aku sudah stress karna mereka membully ku,aku juga dituduh bekerja sama dengan teh Susan yang kabur membawa uang pesantren sebesar 10 juta. Fyi, teh Susan katanya bawa kabur uang pesantren dan kabur ke Tasik. Teh Susan kabur selama satu minggu,setelah itu kembali lagi ke pesantren tetapi lewat pintu belakang. Aku disuruh teh Susan untuk mengambil pakaian dan peralatan di lemarinya,dan itu juga dibantu sama guru lelaki yang namanya pak Syaiful. Karna itu aku dituduh bekerja sama dengan teh Susan,tapi aku disuruh dan dipaksa oleh teh Susan dan pak Syaiful. Tas ransel kesayanganku menjadi korban karna membawa pakaian teh Susan.

Teh Susan dan pak Syaiful yang menyuruhku,malah aku yang menjadi korbannya. Aku tau aku salah mengikuti kemauan mereka,tapi karna aku sangat takut jadi aku menurut saja. Pak Syaiful bahkan tidak membelaku saat aku diinterogasi oleh pemilik pesantren,bahkan ia berkilah tak tau apa - apa. Sungguh,aku sangat kesal dan marah! Bisa - bisanya aku dijadikan kambing hitam oleh guruku sendiri! Aku sangat tak tahan berada disini.

'Ya allah,mengapa semua menjadi seperti ini? Apa salahku sampai aku dimusuhi,dicaci maki,dan dituduh?' ucapku dalam hati.


Sungguh,kejadian tersebut sangat menyesakkan dada. Aku mengingat kejadian tersebut diluar kepala,dan itu membuatku ingin menangis lagi. Aku bahkan sangat membenci mengingatnya,tapi karna aku ingin menulis kisah ku ini jadi aku membuka luka lama yang menyakitkan. Luka yang menganga dan sakit,tapi tak berdarah sedikit pun.

Annyeong! Bagaimana menurut kalian tentang chapter ini? Sudah emosi belum? Maaf kalau masih banyak typo! Aku tunggu votemennya ya😉😉
Borahae💗💗💗💗💗💗

Salam cinta dari istrinya Choi Siwon😍😘

It's My Life (END)✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang