《18》

44 5 0
                                    

Paginya kina berangkat 1 jam lebih awal dari biasanya. Karena tadi malam ia tak sempat untuk belajar. " Adduuhhh piye ki?, matematika...." keluh kina didalam kelas sendirian. Penampilannya masih acak acakan.

" tumben lo rajin" ucap Zio yang menghampiri Kina dikelasnya. " biasanya juga gue rajin kali.lo aja yang yang tau!" Sanggahnya. Zio tertawa ringan. " Masa?" Ledeknya. Makin cemberut tuh muka. Bukannya bantuin malah ngeledekin.

" Yo gue mau nanya sama lo. Tapi lo harus jawab jujur. Lo mau nggak jadi..." ucapan Kina terpotong. Ia merasa gengsi untuk melanjutkan perkataannya.

" Hahh..jadi?, jadi pacar maksudnya. Astaga!!!. Duhh jantung gue..." batin Zio. Keringat dinginnya mulai bermunculan menunggu lanjutan perkataan Kina.

" Gue harus jawab apa nih?, terima atau enggak?. Terima engga terima enggak!!" Batin Zio.

" Lo mau nggak jadi guru les matematika buat gue?. Gue, gue tau ini konyol dan ngerusak image gue, tapi ini buat kebaikan gue juga. Gue tau lo jago matematika. Gue akui itu. Mau ya?, pliiss" sambung Kina.

Ambyarrrr

" Kirain lo mau nembak gue" batin Zio kecewa.

" Yo!. Kok diem aja sih?. Mau nggak?. Mau ya?" Ucap kina. " Ok" jawabnya singkat dengan ekspresi datar.

Mereka mulai belajar bersama sampai tak sadar kalau kelas mereka sudah penuh dengan siswa siswa lain.
" Lo ngapain disini?. Inikan bukan kelas lo!" Ucap Gibran.

Zio tak menggubris pertanyaan Gibran dan terus fokus pada Matematika. " Ei gue ngomong ama lu bang!" Ucap Gibran sambil menepuk pundak Zio.

Merasa terganggu dengan sikap Gibran, Zio angkat suara. Ia menoleh dengan tatapan dinginnya. " Lo brisik. Ganggu aja!" Ucap Zio.

" Wah songong banget lu. Mau pdkt sama putri gue lo ya?" Tuduh Gibran sambil berkacak pinggang.

" Putri?" Kina angkat suara. " Iya, masa lo lupa si put" jawab Gibran. " siput?" Ucap kina bingung. " mendingan lo pergi dari sini!, gue sama Kina mau lanjut belajar!" Ucap Zio.

" Sok pinter banget lu mau ngajarin tuan putri gue!" Ledek Gibran. " gue cuma mau bantu dia buat belajar" ucap Zio membela diri.

" mendingan lo belajar ama gue aja Kin. Dijamin rumus rumus gue mantul semua. Secara kan gue keturunannya Albert Einstein!" Ucap Gibran menyombongkan diri.

Zio menahan tawanya. " Eh.. rumus rumus tu udah diciptain sejak jaman bahulak kali.  Lagian gue juga nggak percaya kalo lo keturuanan Albert Einstein " ucap Kina.

" Kita tu harus saling percaya kan put?" Ucap Gibran.  " What?" Beo Kina. " Udahlah gue balik kekelas aja. Empet gue ndengerin siput ngomong, nggak selesai selesai. " ucap Zio lalu pergi meninggalkan kelas kina.

" Nah pergi lu sono!" Gibran langsung duduk disamping Kina. " Eh minggir lu!! Gue mau duduk!!" Usir Rosa. Dengan wajah masam, Gibran beranjak pergi. Entah, kalau dengan Rosa, Gibran selalu mengalah. Kayaknya ini cinta yang sebenarnya. Ya nggak?.

Cinta adalah menyayangi dan memberi, saling mengalah, mendoakan dengan hati

Azzzekk. Lanjutin deh nyanyinya. Bell ujian sudah berbunyi, saatnya buat fighting with mathematics. Semangaaattt ganbate. " Astataaaa soalnya mirip banget ama yang gue pelajari barusan" gumam kina sumringah." Gas poll!!". Baru satu jam berlalu, kina sudah menyelesaikan semua soal. Baru kali ini, Ia merasa seyakin ini :D

Teman temannya pada melongo melihat kina berjalan kemeja pengawas untuk menyerahkan hasil pekerjaannya lalu keluar kelas.

Ia pergi kekantin untuk mengisi perut dan harus melanjutkan pertarungan dengan Ips. Wuaaahh..
" Eh ada WA, Aisyah ngirimin gue lagu" gumamnya.

I Found a Love for me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang