“Bila aku tak berujung denganmu.. Biarkan kisah ini kukenang selamanya.. Tuhan tolong buang rasa cintaku jika tak kau izinkan aku bersamanya.”
Memiliki, sahabat seperti jeon jungkook cukup sulit bagi gadis Chou,bukan sekadar hanya perkenalan biasa, sebelum-sebelumnya ini Jungkook di cap sebagai seorang bad boy yang nyaris akan dikeluarkan dari sekolahnya.Tapi sejak pertemuannya dengan tzuyu, membuat hidupnya berubah, hidupnya kini lebih berwarna sejak kehadiran tzuyu.
Sore ini tzuyu sedang menikmati hujan dibalik kaca milik sebuah cafe dekat dengan sekolahnya, gadis itu terlihat memandangi layar monitor benda persegi panjangnya itu.
Senyumnya seketika menghilang saat dia mulai menggeser layarnya ke bawah,dan menemukan pesan bahwa pria itu akan terlambat lagi.
"Lagi-lagi."lalu dia memegang pucuk sedotan, lalu memutar seisi yang ada di dalam gelasnya.
Suara bel terdengar dari arah pintu kafe, kini membuat gadis itu menganga.
Di balik jaket kulit berwarna hitam, terlihat sosok yang basah kuyup, rambut hitam dengan campuran merah nya basah membuatnya terlihat semakin gagah.
Jeon Jungkook namanya, lagi-lagi pasti kali ini dia akan kena marah oleh tzuyu, dan itu sudah ku pastikan walau Jungkook meminta maaf sekalipun.
Pria itu melangkah, sembari duduk dihadapan gadis itu, memperlihatkan senyumnya pada gadis yang ada dihadapannya itu.
"Maaf chewy pasti kau akan marah padaku, karena lagi-lagi aku terlambat."ucapnya sembari menangkup gelas di depannya, lalu meminumnya.
"Hei,itu minumku!jika kau ingin beli lah sendiri." Tzuyu mulai mengemas barangnya.
"Kau akan pulang?maaf kan aku." Jungkook memegang tangan gadis itu,mengeratkan ya dengan kencang.
"Lepas." Jungkook terpaksa melepaskannya,mau bagaimana lagi,dia tidak mau sampai tzuyu nya lebih marah lagi padanya.
Bodoh kau Chou tzuyu!!!bodohnya tapi Ini semua bukan salahku, seharusnya tadi dia mengejar ku,bukan malah diam saja, pikir tzuyu di dalam benaknya.
Rumahnya terasa gelap, karena melihat hujan deras yang masih saja turun, sudah dipastikan saat tzuyu berada di kafe pasti rumahnya sedang mengalami mati lampu.
"Seharusnya dari tadi aku menelepon Jungkook saja." Tangannya meraih benda persegi panjang itu,lalu mendekatkannya ke telinga.
Telepon hanya berdering saja,ada apa dengan Jungkook? Mengapa dari tadi sore di terlihat begitu mengecewakan pikirnya.
Dering kedua, pria itu pun akhirnya menjawab.
"Maafkan aku chewy-ah aku benar-benar tidak mendengarkan telepon karena sedang mandi."
"Apa kau bisa kesini Jung, rumahku mati lampu,dan petir sangat keras sekali."
"Baiklah, tunggu aku chewy-ah aku akan segera kesana."
Mereka menutup teleponnya, gadis itu kini bernapas lega, dia duduk sambil menunggu pria itu tiba dan dia berharap akan mendapatkan pelukan hangat dari Jungkook.
Sudah 30 menit berlalu,ketukan pintu terarah pada kabin kamar tzuyu, gadis itu buru-buru membuka pintunya, lalu dilihatnya seseorang yang hanya di selimuti kegelapan.
"Chewy-ah aku merindukanmu,kau tidak marah padaku kan?" Jungkook kini mengeratkan pelukannya pada tzuyu, gadis itu menepuk punggungnya karena oksigen yang menipis.
"Disini masih mati lampu saja Jung,aku takut maka dari itu aku mengundangmu, apalagi petir yang sangat keras." Ucap gadis itu,lalu Jungkook mengelus pucuk rambut gadis itu.
"Setidaknya dengan datangnya diriku akan membuatmu merasa nyaman." Gadis itu tersenyum,lalu mengajak Jungkook untuk duduk di ranjang kamarnya.
"Syukurlah sudah menyala." Miris sekali jika kalian menjadi tzuyu, tinggal dirumah mewah yang besar tanpa orang tua,orang tuanya berada di London, karena itu tzuyu harus belajar mandiri.
Jungkook terus menatap gadis dihadapannya ini.
"Ada yang salah denganku?"
"Tidak."
"Lalu mengapa kau menatapku?"
"Kamu cantik,tapi aku belum bisa membuat mu jatuh cinta padaku."
"Ngomong apasih,pasti kebanyakan nonton film bucin kan."
Jungkook tertawa saat melihat gadis itu terkekeh geli, yang benar saja. Gadis ini memang benar bahwa kebiasaan Jungkook dari dulu tidak pernah berubah.
08 Februari 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Silence (On Going)
Fanfictionterkadang hidup tidak memberi apa yang kita mau,bukan karena kita tak pantas untuk menerimanya,tetapi karena kita pantas menerima yang lebih dari itu. Start : 8 February 2020