Ibu selalu bertengkar dengan ayah, kadang dipicu oleh hal-hal yang tak penting. Egois. Aku heran bagaimana mereka bisa menikah dulu, hingga aku dan adikku lahir ke dunia. Aku baru saja tamat SMA, namaku Vida Annisa dan baru saja menyandang status sebagai mahasiswa di salah satu PTN di kota ini. Aku mengambil jurusan S1 Ilmu Akuntansi yang kuharapkan bisa membuatku sibuk dan lupa perihal perang di rumah.
Malam itu, sekembali dari kampus aku langsung masuk dan merebahkan tubuh ku ke atas kasur. Di luar seperti biasa ayah dan ibu berdebat tentang hal-hal aneh menurutku. Sampai beberapa saat percekcokan terdengar mulai serius, hingga satu kalimat terdengar sampai ke gendang telingaku.
"Kita memang udah ga bisa hidup sama-sama lagi."
"Bagus, kalau itu juga yang menjadi keinginanmu, secepatnya kita daftarkan perceraian ke pengadilan agama." Timpal ibu dengan nada agak meninggi.
Tak lama semua terdengar hening. Air mataku menetes dengan begitu banyak pikiran di dalam kepala. Andai saja aku jadi ayah, mungkin sudah kupeluk ibu dengan penuh kasih sayang dan maaf yang tulus. Andai saja aku jadi ibu, mungkin akan ku lawan ego dan aroganku demi keluarga ini. Tapi aku yakin semua ga semudah itu sampai mereka harus memilih jalan ini.
Memikir-mikirkan itu sampai aku tertidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJA DI LANGIT HINDIA
Historical FictionHidup disini ku kira akan mengobati hatiku. Ternyata aku juga tak punya kuasa atas diriku sendiri. Tahu apa mereka tentang perasaan? ~ Gendhis Sasmaya Historical Romantic (Cerita ini fiksi dan hanya berdasarkan imajinasi penulis) Background Picture...