Mas Eka, ternyata dia adalah kakakku, namanya Eka Sasmoyo. Aku senang merasa punya teman disini. Pasti ada temanku bicara bertukar cerita dan bercanda. Selama hampir dua pekan ini sudah cukup ku rasa aku bosan, tak ada tv, tak ada handphone, pikiranku sudah ngawur. Ku datangi Mas Eka Ke kamarnya, hanya sampai di depan daun pintu aku berhenti, melongok ke dalam, ku lihat dia merapikan barang-barang yang baru dibawanya tadi.
"Ono opo?" tanyanya tanpa menoleh ke arahku, seperti dia sudah tau kebiasaan adiknya
"ndak ada mas. Kamu tadi dari mana?"
"dari mana piye? Ya dari rumah pemondokanku. Seperti biasa aku memang pulang selagi ada libur barang dua atau tiga hari setiap bulan toh?"
"memangnya kamu ngapain?"
"lah aku kan sekolah ndhis, aku ini kan murid AMS, harusnya kamu bangga masmu yang paling ganteng se-rumah ini adalah seorang murid AMS yang terhormat, temannya orang-orang eropa pula."
AMS adalah akronim dari salah satu sekolah menengah atas pada jaman kolonial, kalau sekarang setingkat SMA, hanya saja aku lupa kepanjangannya, tapi yang kutahu yang bisa bersekolah disini hanya orang Belanda, Eropa, Tionghoa dan rakyat Pribumi terpandang.
"kamu sekolah mas?" lanjutku dengan berbagai pertanyaan
"kowe sakit ora?, lupa ingatan kamu karena ditinggal mas mu sebegitu lama ya?." Dia meledekku sambil tertawa
Memang belum ada yang tau bahwa aku sebenarnya Gendhis dari dimensi waktu yang berbeda. Aku hanya bisa tersenyum mengingat itu. Kadang juga takut kalau-kalau mereka tau aku bukan Gendhis yang sebenarnya, apa aku akan dihukum? hukuman macam apa yang kira-kira akan ku terima, dihukum gantung, dipancung, dipasung, ah membayangkannya sudah membuatku bergidik.
Mas Eka, seperti yang dia bilang, parasnya rupawan. Harus diakui dia memang ganteng dengan postur tubuhnya yang bagus, juga ditambah dia pintar, mungkin juga dia pintar merayu perempuan. Aku yakin perempuan-perempuan di luar sana pasti klepek-klepek melihatnya. Sewaktu di rumah kulihat Romo juga sering berbincang dengan mas Eka, membicarakan sekolah, pekerjaan-pekerjaan Romo di kantoor Gouverneur, wong londho-londho yang mereka temui dan banyak lainnya, sepertinya mereka akur pikirku.
"Le, piye menurutmu anake pak Sastro? (Nak, gimana menurutmu anaknya pak Sastro?)" Tanya Romo kepada Mas Eka
"Sing endi Romo? (Yang mana Romo?) Eka ndak tau"
"Sing wingi kuwi kita temui ning jamuan makan malem ning omahe pak Sastro. Ayu tah le? (Yang kemarin malam kita temui di jamuan makan malam di kediamannya pak Sastro. Cantik kan nak?) "
"Ah Romo, Eka masih pengen belajar, masih pengen sekolah, Eka belum biso membuktikan ke Romo dan Biung kalo Eka berhasil dan menjadi Bupati nanti." Jawab mas Eka Serius
*Biung : panggilan untuk ibu"Hahahahahahaha yo wis yo wis ndak popo (yasudah tidak apa apa)." Romo terbahak sambil menepuk-nepuk pelan bahu mas Eka
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJA DI LANGIT HINDIA
Ficción históricaHidup disini ku kira akan mengobati hatiku. Ternyata aku juga tak punya kuasa atas diriku sendiri. Tahu apa mereka tentang perasaan? ~ Gendhis Sasmaya Historical Romantic (Cerita ini fiksi dan hanya berdasarkan imajinasi penulis) Background Picture...