Mas Eka memang cuma sebentar di rumah, setelah beberapa hari dia kembali ke kota tempatnya bersekolah. Dirumah kuhabiskan waktu dengan ibu, kadang juga membantunya, membaca buku, merawat bunga-bunga kesukaanku, ke pasar dan seperti itu-itu saja. Pernah kutanyakan kepada ibu "kenapa aku tidak sekolah seperti Mas Eka bu?"
Ibu malah menjawab dengan heran "untuk apa?" selebihnya pertanyaan ibu tak kujawab.
Pagi itu selesai mandi, aku duduk di teras dengan secangkir teh yang sedari tadi ku seruputi. "Ndiiiiss" ku dengar suara perempuan setengah berteriak.
"aku ndak melihatmu beberapa hari ini, kamu kemana toh?" ceplas ceplos dengan logat jawa yang pas
"aku dirumah saja" jawabku datar bingung
"sakitkah?"
"iya seperti itu"
Tiba-tiba suara mbok Karsih dari belakang menawarkan sesuatu. "Non Sumarni mau mbok buatin teh?"
"boleh mbok" jawab Sumarni
Sumarni ternyata adalah temanku disini. Aku tersenyum bebas saat tau aku punya teman, setelah sekian hari seperti orang bodoh.
"Ndhis jangan lemes ngono toh, malem nanti katanya ada pertunjukan wayang dan ludhruk di lapangan dekat balai desa, aku niatan ngajak kamu, piye?" Sumarni bertanya sambil menatap serius ke arahku.
*ludhruk : pertunjukkan teater diatas panggung diringi dengan gamelan."iya, aku mau. Tapi aku harus izin dulu ke Romo dan Biungku nggih."
"lah yo iyo, kalau kamu ndak izin bisa-bisa aku digorok nanti"
Kami tertawa cekikikan kecil berdua. Ternyata temanku ini adalah orang yang lucu pikirku.
***
Sore sebelumnya aku sudah meminta izin ke Ibuku, dan ia bilang izin itu cuma ada dari Romo saja. Baru kali ini aku bicara dengan ayah yang ku panggil Romo itu, detak jantungku jelas menggambarkan aku gugup dan takut.
"Romo"
"Mmm" Romo hanya menjawab dengan suara dehem yang artinya dia merespon panggilanku
"anu Romo, Gendhis mau minta izin melihat pertunjukan wayang di dekat balai desa"
"piye?" jawab Romo dengan suara agak tegas sambil tangannya membolak-balik buku yang dibacanya.
"Gendhis minta izin melihat pertunjukan Wayang di dekat balai desa nanti malem"
"dari mana kamu tau ada pertunjukan wayang disana?" suaranya kali ini terdengar agak lembut
"Sumarni" jawabku singkat
"mau pergi dengan siapa?"
"'dengan Sumarni Romo"
"Yasudah pergilah, bawa serta Sarip bersama kalian. Dan pulang jangan terlalu larut."
Jadi maksud Romo kami jadi pergi bertiga, Aku, Sumarni dan Kang Sarip, iya dia tukang kebun dan pengendara bendi di rumah kami. Setidaknya walaupun begitu aku tidak hanya berdiam diri dirumah sepanjang hari dengan penuh kebosanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJA DI LANGIT HINDIA
Historical FictionHidup disini ku kira akan mengobati hatiku. Ternyata aku juga tak punya kuasa atas diriku sendiri. Tahu apa mereka tentang perasaan? ~ Gendhis Sasmaya Historical Romantic (Cerita ini fiksi dan hanya berdasarkan imajinasi penulis) Background Picture...