24

13.6K 529 142
                                    

Sementara itu kini David tengah berada diruang kerjanya, ia sudah kembali berkutat dengan berkas-berkas kantor. Tiba-tiba ada yang membuka pintu ruangannya.

"Apa kau tidak tahu sopan santun sampai tidak ketuk pintu dahulu" tegas David tanpa mengalihkan tatapannya dari berkas ditangannya.

"Whoa bro apa aku harus ketuk pintu dulu untuk menemuimu?" kata orang itu yang membuat David membulatkan matanya kaget.

Orang itu yang lebih tepatnya seorang laki-laki berjalan menghampiri meja kerja David sambil tersenyum, David berdiri dari kursi kebesarannya dan memeluk pria itu.

"Ternyata lo" kata David setelah melepas pelukan mereka.

David menghela orang itu untuk duduk di sofa yang berada diruangannya. "Jadi gimana Amerika Yan? Apa lo begitu betah disana sampai baru sekarang bisa kembali." tanya David.

Ya sosok laki-laki itu adalah Ryan Mahatma, sahabat dari David yang baru saja pulang dari mengurus perusahaannya yang berada di Amerika.

"Ya begitulah Vid, masalahnya terlalu rumit jadi gue baru bisa pulang sekarang. Tapi syukurlah sekarang sudah agak mendingan makanya gue bisa balik kesini, gue lebih suka Indonesia walaupun cewek bule disana seksi-seksi" jawab Ryan sambil terkekeh karena ucapan terakhirnya.

David hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan sahabatnya yang tidak berubah itu.

"Oh ya lo udah punya anak kan? Kenalin ke gue dong." ungkap Ryan.

"Iya namanya Naura nanti gue kenalin ke lo."

"Owh anak lo cewek, boleh kali buat gue yang masih sendiri ini." kata Ryan sambil tertawa yang membuat David melotot. "Yaelah canda kali mas bro, nggak usah tengang gitu." Makin keras saja tawa Ryan karena melihat ekspresi David.

"Eh tapi cariin gue cewek dong Vid, masak lo udah punya buntut tapi gue masih sendiri aja" lanjut Ryan.

"Kenapa lo nggak cari di Amerika aja, kata lo ceweknya seksi-seksi" sarkas David.

"Iya sih seksi tapi gue lebih suka cewek Indo bro lebih mantep."

Tak terasa mereka sudah terlalu lama mengobrol, hingga Ryan memutuskan untuk pulang.

Tinggalah David diruangannya sendiri, hingga ada sebuah ketukan pintu terdengar.

"Masuk" suruh David. Seseorang itu pun memasuku ruangan itu dan melangkah mendekati David.

David belum menyadari siapa yang datang, hingga sebuah suara mengalihkannya dari berkas yang sedang ia baca.

"Ehm Mas" lirih suara itu.

"Ngapain kamu kesini" ketus David saat mengetahui ternyata yang datang adalah Kirana.

"Aku cuman mau bawain kamu makan siang."

"Untuk apa, aku bisa makan siang di restoran depan. Kamu tidak perlu repot-repot seperti ini. Dan lagi dimana Naura kenapa kamu sendiri bukannya seharusnya kamu menjaga Naura, ingat ucapan aku tadi pagi."

"Ehm maaf Mas, aku disuruh Mama buat ngenterin makan siang buat kamu, dan Naura bersama Mama kok jadi Insya Allah aman" kata Naura dengan lirih karena takut dengan ucapan David barusan.

"Lebih baik kamu pulang sekarang dan bawa kembali makanan itu" ucap David dan mulai berkutat kembali dengan berkas-berkas.

Kirana masih berdiri ditempatnya menatap David, David yang merasa diperhatikan pun kembali menatap kearah Kirana.

"Kenapa masih disini, apa kurang jelas ucapan aku barusan." kata David dengan nada dingin.

"Ehm bukan begitu Mas, tapi Mas harus makan. Nanti Mama bisa marah kalo makanan ini dibawa pulang kembali."

"Kamu bisa kasihkan makanan itu kesiapapun dan bilang saja bahwa makanan itu aku makan beres kan, sekarang pulang" titah David.

"Ehm tapi Mas.."

"Nggak ada tapi-tapian, kamu pulang sekarang juga!" ucap David lagi yang kini menaikkan nada bicaranya dalan artian membentak Kirana.

Kirana yang takut dengan bentakan David pun akhirnya menuruti David, saat berbalik dari hadapan David meneteslah air mata Kirana.

**************

Taman, tempat yang sekarang tengah dikunjungi Kirana dalam kesedihannya karena David. Beruntung taman itu cukup sepi untuk saat ini jadi kemungkinan tidak ada yang melihat Kirana tengah menangis sekarang.

Kirana meratapi nasibnya saat ini, ia merasa telah gegabah dalam mengambil keputusan dengan menikah dengan David, Kirana pikir masalahnya tidak akan serumit ini, Kirana pikir ia bisa mudah membuat David paling tidak sedikit melupakan mendiang istrinya, tapi semua yang dipikirkannya tidak sesuai dengan apa yang saat ini terjadi.

Kirana merasa tidak sanggup lagi menghadapi sikap David yang begitu menolak kehadirannya, tapi saat mengingat ada Naura yang sudah bergantung padanya dan juga Ibu mertuanya yang berharap banyak padanya ia jadi berpikir kembali untuk menyerah saat ini.

Saat Kirana tengah menangis, tiba-tiba ada sebuah saputangan yang terulur kepadanya, Kirana mendongakkan kepalanya untuk melihat siapa pemilik saputangan tersebut.

"Tidak baik wanita secantik kamu menangis, ambilah" kata orang yang menyodorkan saputangan itu.

Kirana menerima saputangan itu dan menyeka air matanya, "Ehm terima kasih Mas."

**************

Gimana sama part ini? Kira-kira siapa ya yang ngasih Kirana saputangan, buat yang penasaran komen yang banyak ya biar semangat buat nulis.

Komen juga kalo ada typo.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 08, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bukan Istri PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang