Dua Puluh Delapan

16 3 0
                                    

Sudah cukup lama Marsya berdiri di halte bis tersebut, menunggu kehadiran kakaknya. Marsya merasa kejadian waktu itu akan terjadi lagi, karna kakaknya tak pernah telat dalam hal apa pun apalagi menjemput adik tersayangnya.

"Duh, ini mah kak Angga pasti gak jadi jemput. Mana hp mati lagi. " ucap Marsya terus melihat jam tangannya

"Belum pulang?"

"Menurut lo. " ketus Marsya

"Selow dong mba nya. "

"Udah deh Ka, sana pergi aja. " usir Marsya

"Udah, lo pulang bareng gua aja. " ucap Danka langsung memakaikan helm kepada Marsya

"Sumpah, nih cowok punya kepribadian ganda kali ya. Kadang juteknya minta ampun, kadang bisa sweet juga. " batin Marsya menatap Danka

"Gak usah natap gua berlebihan gitu, gua tau lo terpesona kan sama gua. " ucap Danka

"Ihhh, kata siapa gua terpesona sama lo. " ucap Marsya

"Dah sekarang naik. " perintah Danka

"Emangnya gua udah bilang ya mau pulang bareng lo. Ogah banget sih gua. " ucap Marsya

"Hhhmmm, lo lupa kalau kita pulang telat gara gara nyiapin buat pensi. Bentar lagi malam, biasanya ya malam malam disekolah suka didatangin sama penunggunya, apalagi kalau lagi sendiri. " ucap Danka menakut nakuti Marsya

"Apaan sih, gak usah sok takut takutin gua deh. " kesal Marsya

"Siapa juga yang takut takutin lo, terserah lo aja sih. Kalau gak mau ya gua gak maksa, duluan ya. Hati hati aja lo. " ucap Danka bersiap menjalankan motornya

Marsya yang sedikit percaya dengan ucapan Danka dengan cepat menaiki motor Danka dan memeluk pinggang Danka dengan sangat erat.

"Katanya gak mau pulang bareng. " ucap Danka

"Suruh siapa udah pasang helm duluan, kan gak lucu kalau cuma pake helm aja tapi gak naik motor. " ucap Marsya

"Bisa ae ngeles lo." ucap Danka

"Udah cepetan jalan. " ucap Marsya

"Lo kenapa Sya, takut??" tanya Danka

"Kagak, siapa juga yang takut. Gua cuma agak gak enak badan aja." jawab Marsya

"Siniin tas lo. " pinta Danka

"Mau ngapain lo, gak usah kepo. " ucap Marsya memberikan tas nya kepada Danka

Setelah mendapatkan tas Marsya, Danka turun dari motornya. Marsya semakin bingung dengan sikap Danka yang aneh, bukannya menjalankan motornya malah turun dari motornya.

"Lo kok turun lagi sih Ka, udah ayo jalan. Nanti kemaleman." ucap Marsya

Danka sama sekali tak merespon ucapan Marsya, dia malah melepaskan jaketnya lalu memakaikannya ke tubuh Marsya.

"Biar gak kedinginan lagi. " ucap Danka

"Terus lo? "

"Lo gak liat gua udah pake hodie. " ucap Danka

"Ih aneh aneh aja, make dobble dobble segala. " ucap Marsya tertawa meledek

"Biarin aja, yang penting anget. " ucap Danka

"Gua pinjem dulu ya jaketnya. " ucap Marsya

"Pake aja."

Ditemani senja, Danka dan Marsya menikmati angin sore yang bertiup.

"Jadi tadi lo percaya sama yang gua ucapin. " tanya Danka

"Menurut lo. "

"Gua cuma bercanda kali Sya, mana ada coba penunggu halte. Hahahaha, ternyata lo orangnya penakut juga. " ledek Marsya

Flavored ( Will All End Happily) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang