Chapter 1

115 15 9
                                    


"Arum, yang baik, cantik, murah hati dan tidak sombong. Ayolah" Virli terus menerus merengek pada Arum

"Shutt, kamu gak liat aku lagi baca buku?" jawab Arum tanpa sedikitpun mengalihkan pandangan dari buku kimia nya

"Justru itu waktu yang tepat, lu baca buku, dan gue nyalin pr lu"

"Aku capek-capek mikir. Dikira fisika itu gampang? Gak gak gak, kamu liat rumus aja di buku. Nanti kalo ada yang susah, kamu minta tolong sama aku"

"Aruuuum, ayolah, lu gak liat bentar lagi Bu Fatin masuk? Nanti kalo gue dihukum gimana? Lu rela sahabat lu dijemur kek ikan asin siang bolong gini?" Ucap Virli tanpa patah semangat

Arum menutup buku yang sedang dibaca nya, lalu menatap sahabatnya itu

"Vir, kita udah mau kelas 11 lho, masa kamu ngandelin aku terus buat tugas kamu? Coba sedikit aja usaha buat bisa" Arum menatap dengan pandangan yang sedikit kesal

"Hhhhh, tapi kan.."

"Nggak ada tapi tapian. Sekarang kamu kerjain dulu. Nanti kalo ada  yang susah baru kamu nanya" final Arum

Akhirnya, dengan sangat sangat terpaksa. Virli pun mulai mengerjakan tugas nya. Catat. Terpaksa

"Nih, coba lu periksa, bener kagak?" tanya Virli setelah 30 menit ia mengerjakan

Arum pun mulai memeriksa buku tugas Virli

"Nah, ini kamu bisa. Tuh kan kata aku juga apa" Arum menampilkan senyum manis nya

Virli menyengir "hehe, iya iya. Gue pikir kan susah"

"Lain kali, kamu harus kerjain pr tepat waktu, dan kerjain di rumah. Bukan di sekolah" nasihat Arum

"Siap bu bos!!" Virli menghormat ke pada Arum

Arum pun hanya terkekeh melihat kelakuan sahabatnya

                                       ***

"Lima puluh satu, lima puluh tiga, lima puluh lima ribu bos" ucap anak laki laki kepada pria setengah paruh baya

"Wah, makin hari pendapatan lu makin banyak aja ki" Pria itu menepuk pundak salah satu anak

"Ah, biasa aja bang" lelaki yang ditepuk itu tersenyum tipis

"Oke dah, karena lu lu pada berhasil setor banyak, nanti gua pesenin makanan paling enak buat kita semua" semua anak di situ bersorak gembira

"Ah ya, khusus untuk lu ki, lu boleh ikut abang makan. Sepuasnya!" ujarnya pada anak yang bernama Rizki itu

"Kagak ah bang, Kiki makan disini aja sama teman-teman"

"Yakin lu? Gak nyesel?" Rizki mengangguk mantap

"Yaudah, kalo gitu kalian semua istirahat dulu. Nanti abang pulang bawa makanan" lelaki itu pergi bersama dua anak buahnya

"Ki, napa lu gak ikut makan aja disono? Mayan tau makan sepuasnya, jarang jarang si abang mau neraktir" ucap salah satu temannya

"Kagak ah Ga. Gua mending makan disini aja" Rizki menjawab

"Gua cabut dulu" Rizki hendak pergi

"Kemana?" tanya Dirga

"Cari angin" jawab Rizki singkat

"Angin mah, kagak usah dicari juga udah banyak" sahut Oscar

Yang lain pun terkekeh

Rizki pun keluar dari rumah para pengamen itu, dan berjalan di pinggir jalan sembari membawa gitar kecil nya

"Dari pada nungguin, mending gua ngamen lagi aja dah" Rizki pun menengok jalanan yang terdapat banyak kendaraan

Hingga tiba-tiba ia melihat angkot yang penuh, ia pun meminta sang supir agar mengizinkannya mengamen

Rizki duduk di depan para penumpang, dan mulai bernyanyi

"Ingat kah, semua kata yang kau ucap dulu, kau berjanji untuk setiaa" Rizki menyanyi sambil memetikkan gitar nya

"Kini ku tanya kemana, janji itu kau buang"

"Pernah sakit, tapi tak pernah sesakit ini.. Karena" Rizki tak meneruskan nyanyiannya

"Karena pernah cinta, tapi tak pernah sedalam ini" seorang gadis melanjutkan lirik yang sempat terhenti

Ia pun memberi uang dua ribu rupiah sambil tersenyum kepada Rizki

"Kiri mang" gadis itu berucap

Angkot itu berhenti, Rizki pun ikut turun

Setelah gadis itu membayar ongkos, sebuah tangan mencekalnya

"Ada apa?" tanya gadis itu dengan ekspreksi heran

"Nama?" tanya Rizki

"Hah?" gadis itu membeo

"Ck, nama lu siapa?" tanya Rizki

"Oh, namaku Arum Pramesta. Panggil saja Arum" jawab gadis itu sambil menampilkan senyumnya

'Nama yang bagus' ujar Rizki dalam hati

"Ah, maaf ya aku harus buru buru pulang. Mungkin kita bisa bertemu di lain waktu. Daah" Arum pergi sambil melambaikan tangan nya ke arah Rizki

Setelah bertemu dengan Arum, Rizki merasa sangat bahagia. Entah apa yang membuat Rizki bahagia, apakah karena bertemu Arum?

'Yah, semoga semesta mempertemukan kita kembali' batin Rizki

Sambil tersenyum, Rizki berjalan menelusuri jalanan, ia heran mengapa bisa ia merasa sangat bahagia karena baru saja bertemu dengan gadis itu

"Apa yang lu lakuin sama gua? Sampai gua ngerasa sebahagia ini?" gumam Rizki

                                       ***

Arum membuka pintu utama rumahnya, pemandangan indah yang seharusnya dilihat anak sepulang sekolah biasanya sambutan hangat dari Ayah dan Ibunya, atau aroma masakan dari dapur yang sedang dimasak oleh sang bunda. Tetapi? Pemandangan orang tuanya yang sedang bertengkar lah yang menyambut Arum

"Kamu pikir aku mau nikah sama kamu?! Nggak! Kita menikah hanya karena perjanjian orang tua kita! Jika saja Ibuku tak membuat janji dengan Ibumu, pasti aku akan hidup dengan lelaki yang aku cintai dan yang memberikan aku perhatian! Bukan seperti dirimu yang hanya mementingkan kerja, kerja dan kerja!" sahut wanita setengah paruh baya itu

"Kamu pikir aku juga mau nikah sama kamu?! Aku juga tidak Anita! Aku hanya melakukan apa yang Ibuku minta!"

"Banyak sekali alasanmu Ferry!"

"SUDAH CUKUP!!" Suara Arum membuat Anita dan Ferry menoleh ke arahnya

Arum memandang orang tuanya dengan perasaan sedih

"Ma, Pa, bisa nggak sehari aja gak usah bertengkar? Arum capek! Capek karena pemandangan yang Arum lihat setiap hari itu adalah Mama dan Papa yang sedang bertengkar" Anita dan Ferry terdiam

Setelah beberapa saat keadaan hening, Arum memutuskan untuk masuk ke kamarnya dan mengunci pintu nya

"Ini semua salahmu!" Anita menunjuk Ferry lalu pergi

Sementara itu, di dalam kamar, Arum menangis sambil menekuk lututnya.

"Ke-kenapa? Kenapa Mama sama Papa gak bisa damai sehari aja? Kenapa harus bertengkar tiap hari? Aku gak suka kalo Mama Papa bertengkar" lirih Arum

Karena lelah, Arum pun tertidur di lantai dengan pakaian yang belum diganti

                                        ***

Gimana? Gimana? Suka gak? :v

EUPHORIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang