Chapter 16

14 2 5
                                    

"Oma!" panggil Arum antusias saat mengetahui Oma nya sedang ada di ruang tamu bersama orang tuanya

"Eh, cucu oma sudah pulang" balas Audi sambil tersenyum dan memberi isyarat agar Arum menghampirinya

Arum pun tanpa ragu memeluk Oma nya yang sangat ia rindukan

"Aku kangen banget sama Oma, Oma baru pulang?" Audi mengangguk membenarkan

"Cucu Oma gimana di sekolah? Baik baik aja kan?" Arum mengangguk

"Iya Oma. Aku baik baik aja kok di sekolah, teman teman nya juga pada baik" jawab Arum jujur

Audi tersenyum, lalu melepas pelukan nya

"Sekarang Arum ke kamar terus mandi dan sholat ashar ya. Oma mau ngomong sama Mama Papa kamu" Arum melirik ke arah orang tuanya

"Iya Oma, Arum ke atas dulu. Ma, Pa, Arum ke atas dulu ya" Anita dan Ferry mengangguk

"Sampai dimana kita tadi?" raut wajah Audi berubah begitu ia sudah memastikan Arum naik ke lantai dua

"Oh ya, jadi gimana? Kalian gak ada niat mau menjelaskan ke Ibu soal ini?" tanya Audi sambil mengangkat surat perceraian itu

"Ibu, sudah aku katakan. Aku memang berniat menceraikan Anita, aku tidak pernah mencintainya!" kesabaran Ferry hampir habis

Audi menghela napas, ia melirik menantunya, Anita tetap tenang dan tampak biasa saja

"Anita? Kamu sendiri bagaimana? Kamu mau menerima jika Ferry menceraikan kamu?"

"Jika itu yang Mas Ferry inginkan. Aku bersedia" jawabnya tanpa ragu

"Baiklah. Semua keputusan sudah ada di tangan kalian, tapi Ibu mohon jangan beritahu Arum dulu. Ibu takut belajarnya akan terganggu karena hal ini" Anita mengangguk

"Ibu tenang aja, Arum sudah besar, ia sudah pasti mengerti dengan kondisi kami saat ini" sahut Ferry

Audi mengangguk

Anita tetap tenang dalam diamnya. Tanpa diketahui mertua dan suaminya, hatinya sudah menangis menjerit sedari tadi, tapi ia mampu menahannya dan bersikap seolah olah ia memang tenang

Dan tanpa mereka sadari, Arum mendengar percakapan mereka. Ia sengaja berpura-pura sudah mengunci pintu kamar, tapi nyatanya ia menguping di tangga.

Arum menyekap mulutnya, agar tangisannya tak terdengar, ia pun bangkit dan berjalan menuju kamarnya dengan hati-hati. Tas peach- nya ia simpan di kursi meja belajar, lalu ia duduk di ranjang nya dengan air mata yang sudah jatuh sejak tadi

Hatinya perih, seperih digores pisau sedikit demi sedikit. Ternyata Mama Papa nya itu jadi untuk berpisah. Dan itu sangat menyakitkan baginya

                                           ***

Pak Jun membuka pintu mobil dan mempersilahkan tuan muda nya untuk turun

"Asalamu'alaikum" ucap Rizki saat membuka pintu utama

Dan sontak para maid datang untuk melayani

"Tuan muda sudah pulang? Mari saya simpan tas nya" ucap salah satu pelayan

"Gak usah, saya bisa sendiri" tolak Rizki

"Tuan muda lapar? Para koki sudah menyiapkan makanan di meja makan" sahut pelayan lainnya

"Nanti saya makan kalau udah lapar" para pelayan di hadapannya mengangguk

"Papa mana?" tanya Rizki

EUPHORIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang