Aku harus bisa keluar dari sini. Aku harus menghubungi sungjae oppa. Aku tak mau jika harus menggurkannya. Dia bayiku. 'sooyoung bermonolog dengan dirinya sendiri, melihat sekelilingnya dilihatnya sang menejer tengah berbaring di sofa sambil memainkan ponselnya'.
"Oppa, bisakah kau membelikanku satu set pakaian dalam. Kau tahu kan aku tak membawanya". Sooyoung mulai mencari alasan.
"Biar, hyunhee yang akan membawakannya, nanti dia akan kesini".
"ok kalau begutu, hmm aku ingin makan geryanppang bisakah oppa membelikanku? ". Ia tak menyerah.
"Kau kan sebentar lagi akan operasi, manabisa sooyoungah".
"Ayolah oppa, ini permintaanku yang terakhir, anggap saja aku sedang mengidam. Apa kau tak kasihan pada bayi yang tak berumur panjang ini? ".
"Ne ne baiklah, kau tunggulah disini akan aku belikan". Yess akhirnya 'batin sooyoung'.****
Sooyoung segera mencabut selang infus yang menancap di punggung tangannya. Segera ia memakai jaket dan sepatunya. Tak sempat untuk berganti baju. Ia harus dengan cepat keluar dari tempat ini.
Hosh hosh hosh
"Akhirnya". Segera ia memberhentikan taxi yang lewat.
"Ahjussi kita ke alamat ini". Sooyoung menunjukkan alamat yang tertera diponselnya.
Dalam perjalanan ia sangat gugup dan dipenuhi pikiran-pikiran yang melayang di otaknya. Ini sudah hampir satu bulan semenjak pernikahan yook sungjae, dan ia tak pernah sama sekali berhubungan apalagi bertemu semenjak kejadian itu. Dan ia akan menemuinya dengan memberi kabar kejutan seperti ini. Apa yang akan terjadi nantinya? Apa sungjae oppa akan bahagia atau... Apa yang harus aku lakukan? 'Batinnya'.
****
Sooyoung segera turun dan memasuki gedung apartement itu. Untung ia tadi meminta bantuan supir taksi untuk membelikannya masker di minimarket. Dengan segera ia menuju kamar apartement sungjae.
Ting tong ting tong'Ceklek'
Mata keduanya bertemu. Mata hitam tajam itu menatap manik mata kecoklatan didepannya. Keduanya saling mematung, ada perasaan rindu yang membuncah di hati masing-masing, tapi bingung dengan situasi yang mereka hadapi saat ini.
"op..oppa". Sooyoung membuka suara. Dengan segera ia membuka maskernya. Sungjae mengecek keadaan sekitar.
"Kau, sendirian? ". Sooyoung mengangguk. Mata sungjae tak lepas dari sooyoung.
"kau, kau sakit?". Sungjae menyadari kondisi sooyoung yang memakai baju rumah sakit. Wajahnya terlihat pucat.
Sooyoung tak menjawab, tangannya bergerak membelai pipi tirus sungjae.
"Kenapa kau jadi kurus seperti ini oppa". Belaian tangan sooyoung membuat tubuh sungjae menegang. Ia sangat rindu akan sentuhan ini."Masuklah".
"Ta tapi..apa boleh..". Sooyoung ragu, padahal dulunya ia bebas keluar masuk tempat ini sesuka hati.
"Tak apa masuklah, kita bicara didalam". Sooyoung segera masuk, ia mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan mencoba mencari keberadaan orang lain yang tinggal di apartement ini. Sungjae memperhatikan sooyoung seolah tahu apa yang dicari gadis itu.
"Tak ada siapapun disini, aku sendirian". Suara sungjae seakan menjawab apa yang dilakukan sooyoung saat ini.
"Duduklah, aku akan membuatkanmu minum".
"oppa, tidak usah. Aku..aku hanya ingin mengatakan sesuatu padamu". Sooyoung sangat gugup saat ini. Tak sadar ia menautkan jari-jarinya bergerak tak berhenti sejak tadi.
Sungjae hanya menatap gadis itu. Masih menelisik setiap inchi wajahnya. Gadis yang sangat ia rindukan tapi sekaligus membuatnya kecewa. Maka dari itu ia bingung harus menyambut kehadiran sooyoung seperti apa.
"oppa, aku..aku.. ".
"Katakan saja". Singkat dan dingin. Itulah nada bicara sungjae saat ini, sangat berbeda dengan sungjae yang dulu yang selalu lembut hangat dan manja padanya.
"Apa aku mengganggumu? ". Malah sebuah pertanyaan yang keluar dari bibir gadis itu. Melihat reaksi sungjae saat ini sepertinya ia takkan senang dengan kabar yang akan disampaikannya. 'batin sooyoung'.
"Cepat katakan, ini sudah malam. Menejermu akan mencarimu".
"Maaf, jika aku mengganggumu. Aku akan pergi kalau begitu". Mata sooyoung mulai berkaca-kaca, tak berani menatap sungjae ia segera berdiri dari duduknya beranjak pergi.
Sungjae yang melihatnya hanya menghela nafas berat. Meredam segala yang ada. Ia tak bisa berbuat banyak. Mengingat statusnya sekarang yang tak ada ikatan hubungan apapun dengan gadis ini.
"Baiklah jika tak ada yang kau katakan, aku tak akan memaksamu". Mendengar perkataan sungjae yang terkesan tak peduli membuat sooyoung semakin sedih. Ia tak mampu lagi menahan genangan dipelupuk matanya.
tes tes tes
Bahunya bergetar, tangannya membungkam bibirnya agar tak mengeluarkan suara. Ia ingin pergi tapi kakinya terasa lemas, terasa sangat berat. Ia tak mau menanggung ini semua sendirian. Ia butuh sungjae.
"Apa kau mau kuantar pulang? Tapi aku tak memak... ". Nada bicaranya masih sama. Dingin."Tidak, terimakasih. Aku bisa pulang sendiri".
Brak!
Sooyoung menutup pintu dengan cukup keras. Meninggalkan kekosongan yang kembali hinggap di hati lelaki itu."Argh! Kau sungguh tak berguna yook sungjae! ". Lelaki itu mengusap kasar wajahnya menyesali kelakuannya sendiri. Dengan segera ia berlari dan menyusul sooyoung. Menaiki lift turun ke loby, Tapi tak ada tanda-tanda keberadaan sooyoung. Kenapa cepat sekali? 'Batinnya'.
"Tuan, ada seorang gadis pingsan di dalam lift. Bisakah anda.. ". Belum selesai mendengar perkataan wanita tua itu ia segera berlari menuju ke arah lift.
"Sooyoungah, bangun park sooyoung. Ada apa denganmu". Dengan segera ia membopong tubuh sooyoung, memencet lift ke lantai dimana kamarnya berada.
****
"Dokter lee apa yang terjadi? Apakah keadaannya baik-baik saja? ". Sungjae terlihat khawatir begitu dr. Lee selesai memeriksa sooyoung."Dia hamil sungjae-ah".
"Apa? Ha hamil? ". Sungjae sangat terkejut mendengar perkataan dr. Lee. Segera ia menghampiri sooyoung yang berbaring lemah di kasurnya. Menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan. Meraih telapak tangannya, menggenggamnya erat dan menciuminya. Air mata mengalir dari kedua matanya.
"Maafkan aku". Dengan suara yang parau ia menangis menenggelamkan wajahnya di telapak tangan sooyoung.
Dr. Lee yang melihatnya hanya bisa menepuk bahu lelaki itu."Kau harus menjaganya, Dia harus minum vitamin, dan banyak makan, kondisinya sangat lemah. untuk lebih detailnya kau harus membawanya ke dr. Kandungan".
"dr. Lee aku minta tolong kau merahasiakan ini dari semuanya". Dr. Lee mengangguk dan ia berpamitan untuk undur diri, memberi ruang untuk sungjae.
~ See you ~