Joy terbangun saat mendengar suara Sungjae yang kembali muntah di dalam kamar mandi. tubuhnya terasa pegal, Sungjae sungguh membuat dirinya kelelahan semalam.
"Oppa" ia menghampiri Sungjae ke kamar mandi, dilihatnya pria itu tengah menundukkan wajahnya di closet. "Akan kubuatkan teh jahe untuk mengurangi mual mu" Joy segera menuju dapur untuk membuatkan Sungjae teh.
"Ini minumlah" Sungjae yang sudah berbaring ditempat tidur segera mendudukkan tubuhnya.
"Sebaiknya Oppa tak usah ke kantor hari ini" diusapnya pelan pipi pria itu lembut.
"Sooyoung-ah" dengan suara seraknya ia meraih tubuh Joy ke pelukannya.
"Kenapa? Apa oppa membutuhkan sesuatu?" Sungjae menggelengkan kepalanya dalam pelukan Joy. "Oppa hanya membutuhkanmu, kau jangan pernah pergi dariku. Apapun yang terjadi kita harus menghadapinya bersama" dikecupnya tengkuk Joy lalu semakin mengeratkan pelukannya pada gadis itu.
"Kenapa kau tak menjawab ku?" Protesnya saat Joy hanya diam saja dalam pelukannya.
"Menurut Oppa apakah kita bisa selalu bersama seperti ini?" Sungjae melepaskan pelukannya. "Apa maksudmu sooyoung-ah? Tentu saja kita akan terus bersama seperti ini" keduanya saling bertatapan. Joy sungguh bingung dengan keadaannya saat ini. Ia bahkan meninggalkan agensinya begitu saja tanpa ada diskusi dengan member dan managernya, ia bahkan belum menghubungi keluarganya. Dan mengenai berita-berita tentangnya ia sudah melihat banyak berbagai macam rumor yang beredar tentangnya. Sudah hampir 2 bulan ia lari dari masalah pelik ini.
Sungjae menghela nafas kasar melihat Joy yang terlihat memikirkan sesuatu "Ayo kita selesaikan masalah ini" Joy mengerutkan dahinya tak paham dengan apa maksud Sungjae.
"Pertama kita harus menemui orang tuamu kita jelaskan ini semua, lalu ke agensimu, hm kau bisa keluar dari sana, dan aku akan menceraikan Yuna lalu kita menikah dan mengumumkannya pada publik" kali ini Joy yang menghela nafas kasar.
"Ini semua tak semuda apa yang kau pikirkan Oppa"
"Memang tak mudah tapi kita tetap harus bertindak"
"Lalu kakekmu? Keluargamu? Keluarga Yuna? Apa mereka akan terima?"
"Kalau begitu kau berikan aku solusi. Kau pikir aku suka kau selalu memikirkan masalah ini terus menerus?" Sungjae mulai tersulut emosi.
"Apa me-memang sebaiknya kita mengalah saja pada takdir" Joy berbicara dengan pelan.
"Apa maksudmu?"
"Kita menjalankan hidup se--" dengan menundukkan wajah Joy menjawab tak berani menatap Sungjae saat ini.
"Jangan bicara omong kosong park Sooyoung! Apapun yang terjadi jangan pernah ucapkan kata perpisahan!" Sungjae segera beranjak dari kasur meninggalkan Sooyoung yang masih terdiam ditempatnya.
"Oppa..mianhae" Joy menghampiri sungjae yang tengah duduk di kursi meja makan, perlahan ia mengalungkan lengannya ke leher pria itu dari belakang, disandarkannya dagunya pada pundak Sungjae.
"Bersiaplah, kita akan ke suatu tempat" Sungjae beranjak dari kursinya, memeluk Joy dengan erat dan menghirup aroma yang ada pada gadis itu.
"Kita akan kemana?"
"Rahasia, nanti kau juga akan tahu. Cepatlah bersiap"
"Tapi.."
"Tak ada penolakan, ku mohon" diciumnya kening Joy lalu memberikan tatapan memohon pada gadis itu.
******
"Sial, dasar gadis jalang! Tak akan kubiarkan mereka bersatu! Kau lihat saja nanti Yook Sungjae! Kau sudah bermain-main dengan orang yang salah"