Kehidupan joy dan sungjae semakin membaik, Sungjae membuka sebuah restauran di dekat pantai di Pohang, ia memutuskan untuk tinggal disana bersama Sooyoung, menjauhi keramaian dan menghindari dari publik. Dan kebetulan tak banyak restauran di dekat pantai di sana sehingga membuat usaha rumah makan itu ramai dikunjungi pengunjung pantai ataupun warga setempat, restauran Sungjae lumayan terkenal karena menunya yang mengusung tema makanan tradisional Korea dengan bahan organik tapi harga yang disuguhkan juga murah, karena kebetulan bahan-bahannya ia beli secara langsung pada pengelolah nya. Jiwa bisnis pria itu yang menurun dari keluarganya membuatnya meraih kesuksesan dengan cepat.
Kini keduanya Mengisi hari-hari mereka dengan senyum serta tawa bahagia. Mencoba melupakan semua kenangan pahit yang mereka alami. Siapa sangka jika selama hamil, sooyoung tidak pernah lepas dari pengawasan Sungjae. Tak sekalipun Sungjae biarkan istrinya itu lepas dari pangawasannya yang sangat ketat.
Memandang jenuh layar televisi setelah seharian tidak keluar dari rumah semakin merusak mood Sooyoung. Dia sempat menelpon sungjae, meminta izin keluar rumah untuk sekedar mencari udara segar dan bertemu Ahjumma tetangganya, karena di daerah yang ia tinggali sekaramg memanglah kebanyakan orang-orang usia lanjut, ada beberapa yang masih muda tapi mereka semua sibuk bekerja disiang hari.
Dan seperti biasanya sungjae tetap tidak mengizinkan. Pria itu beralasan diluar sana banyak hal tidak terduga yang bisa saja membahayakan istri serta anaknya itu. Kandungan Sooyoung sudah menginjak usia 8 bulan membuatnya sedikit kesulitan menjalani aktifitasnya, tapi hari ini Sooyoung benar-benar merasa bosan, Ia ingin menghirup udara pedesaan yang segar. Biasanya Sooyoung akan berkunjung kerumah tetangganya yang kebanyakan adalah para Ahjumma ataupun para halmeonie. Dan biasanya sungjae lebih memilih mengundang para Ahjumma tetangganya itu untuk menemani Sooyoung dirumahnya, daripada istrinya yang keluar rumah.
“Aku bosan!!!” Teriaknya kencang. Bersandar pada sofa dengan mata terpejam. Lelah dengan segala peraturan ketat yang sungjae berlakukan selama ia hamil.
“Sekarang aku yakin bosanmu hilang.” Suara pria pembuat aturan ketat itu terdengar. Seulas senyum ramah terukir diwajah tampannya. Pria ini baru pulang kerja, segera pulang ke rumah untuk bertemu dengan istri yang sangat ia cintai.
“Oppa, kenapa pulang secepat ini?” Sooyoung melirik jam dinding yang baru menunjukkan pukul 4 sore.
Sungjae melangkah, mendekati Sooyoung. “Aku sengaja pulang lebih cepat karena ingin bertemu dengan istiku yang cantik ini.” Sungjae menyahut. Mendudukkan tubuhnya di samping Sooyoung. Merangkul wanita itu dengan mesra.
Sooyoung membalas, melingkarkan tangannya di pinggang Sungjae, menyandarkan kepalanya di dada Pria itu. “Aku ingin pizza dan chicken.” Rengek Sooyoung.
“Pizza? Chicken? Kenapa tidak bilang saat kau menelponku tadi?” Tanya Sungjae, sedikit terdengar memprotes keinginan sooyoung yang tiba-tiba.
Sooyoung melepas pelukannya, menjauh dari Sungjae lalu melipat kedua tangan didada dengan wajah tertekuk. Kesal. Oke sekarang Sungjae harus mengalah, melihat perubahan sikap wanita yang sedang hamil memanglah memerlukan kesabaran ekstra. Sungjae melepas kancing paling atas kemejanya yang mencekik lehernya, menarik nafas lalu kembali mendekati Sooyoung.
“Baiklah, akan ku pesan sekarang. Jangan marah seperti itu, sayang.” Sungjae merayu. Dia tidak ingin Sooyoung bersikap dingin padanya. Dia sangat merindukan wanita ini.
“Benarkah?” Sooyoung menoleh dengan mata berbinar. “Terima kasih, Oppa.” Lanjutnya yang kemudian mengecup pipi kanan Sungjae. Tersenyum sumringah karena apa yang diinginkannya terpenuhi.
“Kurang disini.” Sungjae menunjuk bibirnya. “Bayaran untuk pizza spesial.” Mata mengerliang nakal seolah meminta sesuatu yang lebih dari Sooyoung.