Part 13

674 45 8
                                    

Perlahan mata gadis itu terbuka, mengerjap menyesuaikan dengan cahaya lampu. Terasa genggaman erat di pergelangan tangannya. Dilihatnya wajah tampan itu sedang tertidur lelap disampingnya.

Merasa ada pergerakan disampingnya lelaki itu segera membuka mata. Tatapan mata mereka bertemu, menatap dalam ke manik mata masing-masing, tak tahu harus memulai pembicaraan darimana. Pertemuan kali ini terasa berbeda. Banyak hal yang terjadi yang membuat keduanya sulit untuk membuka sebuah obrolan.

Hanya saling menatap, itulah yang mereka lakukan setelah 10 menit waktu berlalu. Berbagai hal terlintas dipikiran keduanya, tapi begitu sulit untuk membuka mulut.

Kring kring

Hingga keduanya dikejutkan oleh suara ponsel. Segera Sungjae bangun dan meraih ponselnya yang berbunyi. Terlihat tulisan 'eomma' dilayarnya. Segera ia mengangkatnya.

"Eo, ne eomma". Sahutnya begitu ia mengangkatnya.

"...".

"Hari ini aku tak akan pulang kerumah, ada sesuatu yang harus aku selesaikan". Suaranya mendadak berubah dingin.

"...".

"Jika sudah selesai kututup telponnya". Tut dengan kasar ia meletakkan ponselnya di atas nakas. Ia mendengus kesal begitu wanita yang kini menyandang status sebagai istrinya itu yang menelponnya dengan ponsel ibunya. Lalu Pandangannya kembali ke arah gadis itu yang kini sudah terduduk bersandar di dashboard tempat tidur.
Jantung gadis itu berdetak tak normal begitu pria itu kembali beralih menatapnya. Ia begitu bingung harus melakukan apa. Bibirnya pun terasa kaku hanya untuk sekedar memanggil namanya.

"Apa kau baik-baik saja? Apa ada yang sakit?". Sungjae akhirnya membuka obrolan. Menanyakan keadaan gadis itu. Ia sangat khawatir apalagi setelah mendengar perkataan dr. Lee tadi.

"Maaf, kedatanganku hanya merepotkanmu". Ia merasa cukup bersalah sudah mengganggu Sungjae dengan kehadirannya yang secara tiba-tiba.

"Apa yang kau bicarakan. Aku...aku senang kau masih berfikir untuk menemui ku". Diraihnya jemari tangan Sooyoung. Saling menautkan jari-jarinya disela-sela jemari Sooyoung. Tatapan Sooyoung beralih ke arah jemari yang saling bertautan itu, matanya mulai berkaca-kaca. Menghadapi kenyataan pahit yang terjadi diantara keduanya bahwa mereka sudah berakhir. Ingin rasanya ia memutar waktu. Sekarang ia sudah tak berhak atas diri Sungjae. Tapi ia menyadari sesuatu, bahwa ada satu nyawa di dalam tubuhnya saat ini yang berhak atas diri lelaki tampan dihadapannya ini.

"Kau istirahatlah, aku akan membuatkan makanan untukmu".

"Tidak, aku harus segera pergi!". Sahut Sooyoung cepat. tapi dalam lubuk hatinya sebenarnya ia tak mau pergi dari sini. Disamping ia takut dan tak tahu harus pergi kemana ia juga sangat membutuhkan perlindungan dari lelaki itu saat ini.

"Kau tak akan kemana-mana Park sooyoung. Kondisimu sedang tak baik saat ini". Dengan tatapannya yang lembut ia memegang pundak Sooyoung dan mendorongnya untuk kembali duduk di kasur.

"Tapi, aku..aku tidak bisa berlama-lama disini, aku..".

"Ini sudah malam, sebaiknya kau disini saja dulu. Lagipula aku lelah jika harus mengantarmu pulang". Kalimat itu hanya alasan ia hanya tak mau jika Sooyoung kembali pergi meninggalkannya.

"Tidak apa-apa aku akan pulang sendiri. Oppa tidak perlu mengantarku". Sifat keras kepala seorang Park Sooyoung muncul, membuat Sungjae mengela nafas pendek.

"Sekarang pukul 1 malam, tidak ada kendaraan. Apa kau akan pulang dengan berjalan kaki?". Sooyoung bungkam, benar sudah tak ada lagi kendaraan di jam-jam seperti ini.

Only One For MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang