"Jihyo-ya, kau punya pacar? Sejak kapan?" tanya Jeongyeon. Kok aku belum tahu? batinnya.
Jihyo mendesah. "Jangan dengarkan istrimu." katanya sambil membuang muka.
"Kenapa? Aku benar kan, setiap pria single di dunia ini bisa disebut calon suami bagi para wanita single? Dan Jihyo sekarang single. Jadi kalau dia ke mana-mana bakalan ketemu calon suaminya, dong." kata Nayeon. Jihyo hanya geleng-geleng kepala mendengar omongannya sementara itu Jeongyeon tertawa.
"Jadi? Kalian ke Cheongju mau ngapain sebenarnya?" Jeongyeon yakin ada alasan sebenarnya yang lebih kuat.
"Mau ketemu sama pemilik hotel yang mau jual hotelnya. Jihyo berencana membelinya." jawab Nayeon.
"Hotel?" ulang Jeongyeon. Lalu dia memandang Jihyo dengan tampang terkejut. "Sampai hari ini kau masih simpan keinginanmu itu?"
Jihyo mengangguk. "Hotel itu prospeknya bagus. Potensial."
Nayeon mencubit gemas dagu lancipnya Jeongyeon. "Mau ikut ke Cheongju, Sayang?"
Jeongyeon menarik tangan Nayeon yang barusan digunakan untuk mencubit dagunya. Lalu dikecupnya punggung tangan Nayeon. "Aigo, maaf, Sayang. Pagi ini aku harus ke kantor."
"Baiklah. Tapi jemput aku saat aku pulang nanti, ya."
Jeongyeon mengangguk. "Oh ya, aku pinjam wadah buat kopi ini. Kopinya mau kuminum sambil jalan ke kantor."
"Ya udah, sini kopinya."
Nayeon menuangkan kopi yang belum diminum Jeongyeon ke dalam mug thermos stainless yang diambilnya dari dalam lemari kabinet dapur.
"Jangan lupa nanti jemput aku." kata Nayeon, memberikan mug termos stainless itu kepada Jeongyeon.
"Telepon aku begitu kamu sampai." Jeongyeon mengecup singkat bibir Nayeon lalu pergi dari penthouse. "Bye."
"Jeongyeon nggak bakal cerita soal ini ke Tzuyu, kan? Aku belum siap hadapi putraku sendiri." kata Jihyo agak khawatir. Jeongyeon dekat dengan Tzuyu masalahnya.
"Jeongi nggak bakal sembarangan cerita. Meski dekat dengan putramu dan memperlakukannya seperti anak sendiri, dia tahu apa yang harus dibagikan dan tidak dibagikan kepada putramu. Dia juga selalu diskusi denganku dulu kalau itu menyangkut kalian."
Jihyo mendesah lega. "Makasih."
Nayeon mengangguk. "Ayo siap-siap."
***
Tzuyu memandang jam tangan Ronde Solo de Cartier-nya. Sudah pukul enam malam ternyata. Pantas ia merasa lapar.
Selagi membayangkan apa yang akan ia makan malam ini, ia tak sengaja melihat pantulan dirinya melalui kaca spion tengah dalam taksi yang ditumpanginya.
Beberapa menit lalu rambutnya baru saja dipotong model Korean middle part undercut di salon langganannya Jihyo.
Dan, ada hal lucu tadi di salon; para hairstylist meminta untuk foto selfie bersamanya. Selain mereka, ada juga seorang pelanggan VIP yang minta foto bersama karena terpukau oleh visual yang dimilikinya.
Usai berfoto bersama, pelanggan VIP tersebut mengatakan jika Tzuyu menjadi seorang idol, kemungkinan besar akan memiliki banyak sekali penggemar.
Sayangnya, Tzuyu tidak berkeinginan menjadi pusat perhatian banyak orang apalagi menjadi orang yang dielu-elukan penggemar. Ia sadar diri juga tidak memiliki suara yang bagus apalagi pandai menari. Ia lebih seperti Su Yu dibandingkan dengan Jihyo yang punya suara bagus ketika bernyanyi.
Karena itu, Tzuyu hanya tersenyum saja menanggapi perkataan pelanggan VIP tersebut dan mengucapkan terima kasih atas penilaiannya.
Beberapa menit kemudian, Tzuyu tiba di penthouse dan hidungnya mencium wangi masakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Romance Began With Them [Remastered]
Hayran Kurgu[PERINGATAN: Ini merupakan versi remastered. Akan ada beberapa adegan dan dialog yang dihapus maupun diubah demi meningkatkan kualitas cerita. Dan untuk komentar-komentar yang terkait dengan adegan atau dialog, sebisa mungkin tidak akan dihapus Auth...