Jadi Dia....

80 14 0
                                    

Sore di awal musim hujan itu Lian dan Dhaka berjalan beriringan di koridor sekolah setelah bel berbunyi. Melangkah bersama beberapa siswa lain yang juga hendak pulang setelah seharian tadi berkutat dengan beratnya kehidupan sekolah.

"Kita mau bawa apaan nih? Bunga apa buah?" tanya Lian sembari mengikat ulang rambut cokelat yang ikatannya sudah melonggar.

"Ngapain bawa bunga? Ga bisa dimakan." Tubuh tinggi Dhaka refleks merapat ke arah Lian demi memberi tempat pada mereka yang berjalan melewati keduanya.

"Bawa makanan juga gakan nafsu si Alfa makan. Orang lagi sakit gitu." Lian kini merapikan poni ratanya dengan jemari.

"Ya udah ntar kita aja yang makan kalo dia engga mau."

Lian langsung mendelik, namun detik selanjutnya langsung tersenyum lebar.

"Hehe... Pintar kamu."

Sore sepulang sekolah ini keduanya memang berencana menjenguk Alfa yang sudah dua hari absen karena sakit.

Sebagai sahabat yang -KATANYA- baik, Berlian dan Gavin Andhaka tentu akan datang menjenguk sekedar untuk memastikan bahwa Alfa Ganendra -si manusia sok dingin yang mereka paksa jadikan teman sejak tiga tahun lalu itu- masih hidup atau tidak.

"Lagian sok manis amat sih lu pake bawain bunga segala?" kata Dhaka nyinyir saat mereka sampai di samping mobilnya yang memang diparkir tak jauh dari koridor utama sekolah.

"Kenapa? Kamu mau juga aku beliin bunga? Kamu tuh begituan aja cemburu," sahut Lian, menanggapi Dhaka dengan sikap centilnya yang biasa.

"Upil lo." Dhaka mendengus sebelum masuk dan menempatkan diri di kursi kemudi sebelum di detik selanjutnya Lian masuk menyusul.

Sejujurnya ini adalah kali pertama mereka berkunjung ke rumah Alfa yang alamatnya saja bahkan mereka dapat dari guru TU.

Karena sejak dulu Alfa Ganendra jelas tak ingin ketentraman hidupnya di rumah juga dihancurkan oleh dua makhluk berisik macam Berlian dan Gavin Andhaka. Cukup di sekolah saja, pikirnya.

Terbukti dari balasan pesannya saat Lian memberitahu bahwa dia dan Dhaka akan datang berkunjung.

Ngapain?????

GA USAH!

Gue udah sembuh, nanti malah sakit lagi.

Ga usah dateng. Besok gue masuk.

JANGAN DATENG!!!!!!!

Balasan yang jelas membuat Lian malah makin ingin datang mengingat bagaimana sifat bebalnya selama ini.

Hehe.

Dan sambutan Alfa Ganendra di depan pintu benar-benar seperti yang mereka ekspektasikan.

"Ngapain sih tetep dateng? Kan gue bilang ga usah." Alfa yang biasanya memasang wajah datar nan dingin, kini memajukan bibir. Merengut karena perintahnya tak didengar sama sekali.

"Deuh, diperhatiin malah ga mau..." kata Lian langsung duduk di kursi kayu yang ada di teras tanpa disuruh, "Beruntung loh kamu tuh dijenguk sama cewek cantik, pasti langsung sembuh."

"EKHEM." Dhakan berdehem penuh kode. Membuat Lian buru-buru meralat kalimatnya, "Beruntung loh kamu tuh dijenguk sama cewek cantik dan cowok yang lumayan ganteng, pasti langsung sembuh."

"Gue udah sembuh." Alfa menyahut dengan tampang datar yang terlihat menyerah. Ya bagaimana, diusir pun pasti tidak akan bisa. Lian dan Dhaka mana mau dengar.

Matanya yang masih agak sayu kemudian terarah pada berkantong-kantong makanan yang Dhaka letakkan di atas meja.

"Ini ngapain bawa makanan sebanyak ini???" tanyanya agak shock, "Mana jajanan ga sehat gini lagi. Niat ga sih jenguk orang sakit?" lanjutnya jadi mengomel.

Spring & FallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang