Damian Ardana di masa SMA...
Siapa yang tak kenal dengan sosok Damian Ardana yang namanya hampir setiap hari disebut oleh seluruh murid dan guru itu? Rayap sekolah saja sepertinya tahu siapa pemuda bertubuh tinggi nan tegap layaknya perwira negara itu.
Bukan, Damian Ardana bukan sosok bad boy pembuat onar yang berkuasa di sekolah namun dipuja-puja perempuan layaknya karakter dalam novel picisan yang memuakkan tiap kali sinopsisnya baru saja dibaca.
Damian Ardana justru adalah sosok impian semua gadis di dunia nyata namun tak dihiraukan dalam dunia fiksi yang diceritakan banyak penulis.
Dia adalah sosok panutan yang sangat patut dijadikan contoh. Si ketua OSIS yang bukan hanya luar biasa dalam bidang akademik ataupun non-akademik, namun juga memiliki kepribadian yang berhasil membuat orang-orang di sekitarnya merasa kagum. Meskipun sejujurnya dia dianggap menyeramkan oleh mereka yang baru kali pertama melihat wajahnya, terlebih jika ia tak memamerkan senyum ramah yang biasanya ia tunjukkan.
Sejak duduk di bangku sekolah dasar hingga di masa terakhir masa putih abunya sekarang, nama Damian Ardana selalu menjadi langganan untuk dipanggil maju ke depan tiap kali upacara bendera hari Senin, dengan disusul kalimat kemenangan akan berbagai prestasi yang berhasil ia raih.
Damian Ardana adalah si sempurna.
Begitu menurut orang-orang.
Namun... Kalimat klasik bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini memang benar adanya.
Tidak ada yang sempurna.
Atau sesuatu memang dianggap sempurna saat sesuatu itu sudah memenuhi standar kesempurnaan yang dimiliki manusia hingga dia -si sesuatu itu- akhirnya mereka sebut sempurna?
Pagi di jam ke dua kegiatan belajar mengajar itu beberapa murid yang merupakan anggota OSIS mendapat dispensasi untuk absen dari kelas demi menyiapkan kegiatan festival yang sebentar lagi akan diadakan.
Damian yang sudah memasuki masa akhir jabatannya sebagai ketua OSIS, kini juga menjadi ketua panitia dari semua seksi yang akan mensukseskan acara. Dirinya bukan hanya mengerahkan anggota, namun juga ikut turun tangan untuk membantu apapun yang ia bisa.
Namun, hari ini dia diam-diam menyelinap, melarikan diri dari ramainya para anggota OSIS dan kesibukan mereka. Membawa kakinya ke satu bangunan lama di belakang sekolah yang hampir tak pernah didatangi siapapun.
Hanya untuk mengeluarkan sebatang rokok yang ia sembunyikan di balik saku seragamnya yang tertutup jaket denim.
Dia memilih untuk berdiri bersandar di dinding yang catnya sudah memudar dan mengelupas dengan satu kaki di tekuk ke belakang, yang juga ia bebankan pada dinding tersebut.
Kepalanya menunduk, menatap benda berbahan nikotin yang kini jemarinya mainkan. Menimbang apakah ia harus menyalakannya atau tidak mengingat bahwa ini adalah kali pertamanya ia untuk menghisap batang rokok.
Mengingat bagaimana amat menurutnya seorang Damian Ardana pada semua peraturan yang ada, hal yang orang-orang anggap pelanggaran wajar untuk remaja ini jelas adalah sebuah dosa besar untuknya. Bukan karena takut akan mendapat hukuman, namun takut bahwa dia akan menghancurkan kesempurnaan yang sudah orang-orang sematkan padanya.
Karena Damian Ardana sudah biasa dipandang sempurna hingga ia tak boleh melakukan kesalahan sekecil apapun.
Dia harus tetap menjadi di penurut dan si sempurna.
Keharusan yang justru malah membuatnya menjadi tertekan hingga memilih menyelinap dengan sebatang rokok seperti sekarang.
Untuk beberapa saat Damian masih berpikir. Hingga pada akhirnya ia memutuskan untuk menyelipkan batang rokok tadi di sela kedua bibirnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/182580376-288-k680652.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Spring & Fall
RomanceWhy is it so easy to kill our happiness but so hard to kill our sadness?