2.💔

23.5K 1.2K 24
                                    

Bruakkk

Raihan membuka pintu dengan brutal, menimbulkan suara yang cukup nyaring membuat seorang gadis bercadar yang sedang mencuci pakaian terlonjak kaget.

Tanpa babibu Raihan langsung menuju ke ruang kerjanya, ia mencari dokumen yang akan ia gunakan untuk meeting dengan klien 20 menit lagi, seingatnya ia menaruh dokumen itu di meja dengan dokumen yang lain, meneliti mejanya dengan seksama, dokumen dokumen yang tadinya berantakan kini telah tersusun rapi.

Raihan sudah mencari di tumpukan dokumen, laci, di dalam tas dokumen tetapi hasilnya nihil, ia langsung teringat dengan pembantu barunya.

"SYIFA..." teriak Raihan sekuat tenaga, Asyifa yang memang sedang berjalan ke ajah ruang kerja suaminya langsung buru buru masuk.

"iya mas."

"Lu yang beresin meja?" Tanya Raihan menatap garang kearah Asyifa.

"I_iya mas."

"Siapa yang suruh? Udah berani ya lu sekarang nyentuh barang gue tanpa izin, baru jadi istri sehari aja udah blagu, sok sok beresin meja buat apa ha? sekarang dimana dokumen gue?" Tangan Raihan sudah bertengger di tengkuk dan menarik hijab beserta rambut Syifa dengan kencang membuat sang empunya mendongak.

"Auhhhh ma_maaf mas, auhhhh."

"Lu pikir dengan maaf bisa ngembaliin dokumen gue HAH?" Teriak Raihan diakhir kata tepat di hadapan Asyifa.

"Do_dokumennya di me_meja masssshhhh" Asyifa terus saja merintih.

"Kalo ada di meja nggak mungkin gue nanya lu Bitch." Raihan geram.

"Mu_mungkin auhhhh terselip ma_mas."

"Ngejawab terus ya..." Tersenyum menyeringai, menarik rambut Asyifa yang terbalut jilbab mengikuti langkahnya dan tangannya yang bebas mengambil gesper di balik pintu.

CETARRR....

"Aisssshhh...." ringis Asyifa merasakan badannya nyeri. "Am_pun mas... Syifa minta maaf."

Raihan tersenyum puas melihat istrinya yang ia anggap sebagai pembantu itu menderita meski ada rasa kasihan tapi ia tepis saat mengingat tentang perjodohan sialan itu, saat ia akan melayangkan cambukan kedua kalinya tertahan oleh panggilan telepon, di layar terpampang nama Wildan sekretarisnya, Raihan langsung membekap mulut Asyifa yang tertutup cadar, tidak perduli Asyifa akan sesak nafas.

"Ya?"

"Assalamualaikum." Ucap Wildan disebrang sana.

"Waalaikumsalam ada apa?"

"Maaf pak, rapat dimulai 5 menit lagi, anda dimana?"

"Saya dirumah mengambil dokumen untuk rapat nanti." Raihan melirik jam.

" Bukannya dokumen itu sudah ada di saya, anda yang memberikannya tadi pagi."

Otak Raihan berputar mengingat kejadian tadi pagi, oh sekarang ia ingat telah memberikan dokumen itu ke Wildan. "Astaga... ya sudah saya segera kembali." Langsung menutup telponnya sepihak.

Raihan melepaskan bekapannya, ia melihat Asyifa terengah engah menghirup udara dengan rakus, Raihan baru sadar, tidak ada air mata di muka Asyifa, ia tersenyum sinis, kita tunggu berapa lama gadis ini kuat menghadapi siksaan yang akan di terimanya, Raihan mendorong Syifa dan berlalu meninggalkannya.

Jangan tanya bagaimana keadaan Syifa, hancur tapi ia tidak akan melepaskan rumah tangganya, ia yakin kelak suaminya akan berubah, ini adalah awal penderitaannya jika diawal saja ia sudah rapuh bagaimana kedepannya? Ia berjanji akan selalu ada untuk suaminya dan menerima semua perlakuan suami, mungkin dengan inilah jalannya menuju surga, ia akan menerimanya dengan lapang.

Sekuat tenaga Asyifa bangkit, ia harus kuat! kalimat istighfar selalu dilantunkannya, Tidak ada gunanya ia nangis, air matanya tidak akan merubah apapun, lebih baik ia berdoa meminta kepada sang pencipta untuk kebaikan suaminya, cukup sekali ia memperlihatkan air mata kesedihannya di hadapan suaminya, ia tidak mau di anggap lemah, ia kuat.







Asyifa (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang