Pagi ini Asyifa di sibukkan dengan alat alat rumah tangga seperti sapu, pel, kemoceng, mesin cuci, baju kotor, panci, wajan beserta kawan kawannya, Asyifa memulai kegiatan dari habis subuh dan sekarang sudah pukul 8 pagi.
Berbagai hidangan sudah tersusun rapi di meja makan, debu yang menutupi beberapa sudut sudah tergusur, baju baju basah pun sudah menggantung rapi di bawah terik matahari tinggal menunggu sang kepala rumah tangga yang kini sedang di perjalanan kemari.
Ting tong
Asyifa yang memang tengah menunggu di ruang tamu langsung berdiri membukakan pintu.
"Assalamualaikum..."
"Waalaikumsalam..." Asyifa menyalami tangan suami dan kedua mertuanya.
"Masuk mas, ayah, bunda, langsung sarapan apa mau istirahat dulu?" Tanya Asyifa."Sarapan aja nak, habis sarapan baru istirahat." Ucap bunda yang di angguki ayah sedangkan Raihan hanya diam dengan muka malasnya.
Dentingan alat makan beradu menghilangkan suasana sepi di meja makan, mereka semua tak terkecuali Raihan menikmati makanan dengan khusyuk dan juga lahap, tidak bisa di pungkiri kau Raihan rindu dengan masak Asyifa, entah mengapa kebiasaan kebiasaan kecil yang di lakukan Asyifa membuat Raihan mulai membuka pikirannya dan membolak balikkan hatinya, semenjak masuk rumah sakit ia seakan memiliki ikatan kuat dengan istri yang tidak ia akui itu.
"Ayah ngga mau di sini lama lama." Kata ayah tiba tiba.
"Kenapa yah?" Raihan mengernyitkan dahinya.
"Gendut lama lama di sini makanannya enak enak." Sambil mengelus perutnya.
"Ouhhhh jadi makanan bunda ngga enak?" Menatap ke suaminya.
"Bukan begitu bunda sayang... makanan bunda enak kok sama lah kaya menantu kita, tadi kan ayah bilang ngga mau di sini lama lama berarti ayah di rumah terus, ngga kerja, ngga keluar jadinya gendut, kalo di rumah ayah juga bisa gendut kalo ngga kerja ngga keluar." Mengambil dan mengelus tangan istrinya.
"Oke bunda punya misi baru." Dengan senyum yang memiliki sejuta arti.
"Apa?"
"Buat ayah gendut hihihi.." di akhiri dengan kekehan.
"Berati ayah juga punya misi."
"Apa?"
"Buat bunda jadi ikut gendut, makmum harus mengikuti imam, imam gendut makmum juga gendut." Dengan enteng.
"Eh ngga ngga jadi kalau gitu." Balas bunda dengan cepat, Asyifa dan Raihan sebagai penonton setia terkekeh geli.
"Oh iya Raihan, seminggu ini ayah yang akan menghendel pekerjaan mu, kamu istirahat biar bener bener pulih."
"Ngga perlu sampai seminggu yah, 3 hari sudah cukup buat mulihin tenaga Raihan." Bisa bisa mati bosan ia seminggu diam di rumah apa lagi dengan Asyifa.
"Yaudah 5 hari."
"3 hari ayah.."
"5 hari atau seminggu?" Tegas ayah.
"Iya 5 hari." Raihan pasrah.
"Ya udah sekarang istirahat, Asyifa temani Raihan ya biar bunda yang beresin meja." Ucap bunda, tangannya mulai menggayuh piring piring kosong di meja.
Asyifa bingung di tempat, ia tidak mungkin membiarkan bunda mengerjakan ini semua sendiri, ia juga tidak mungkin membiarkan Raihan menaiki tangga ke kamar mereka sendiri.
"Asyifa... nak... gih ke atas." Oh oke, Asyifa mau mengantar suaminya terlebih dahulu.
"Iya Yah." Asyifa bangkit dari tempat duduk di ikuti Raihan, Asyifa diam sejenak membiarkan suaminya mengambil langkah terlebih dahulu.
Asyifa setia berada di belakang suaminya berjaga jaga seandainya Raihan kehilangan keseimbangan.
Raihan mengambil nafas panjang, matanya menelusuri setiap sudut kamar yang dua minggu ini ia tinggal.
"Saat gw ngga ada lo tidur di mana?" Menatap Asyifa tajam.
"Ka_karpet mas." Menunduk takut.
"Apa jaminannya?" Tanya Raihan menyelidik.
"Asyifa benar tidur di karpet mas, tapi kalo mas kurang percaya sama Asyifa ngga papa, mas tenang aja Asyifa udah ganti seprei sama sarung bantalnya."
"Bagus deh." Raihan mulai mendudukkan dirinya di ranjang sedangkan Asyifa menyiapkan obat buat suaminya itu.
"Mas, Asyifa ke bawah dulu, mau bantu bunda." Izin Asyifa.
"Hem... bawa HP lo, kalo gw telpon cepet kesini." Raihan mulai merebahkan tubuhnya.
"Iya mas."
Asyifa menghampiri ibu mertuanya yang sedang mencuci piring.
"Bun... biar Asyifa yang lanjutin bunda istirahat aja."
"Eh... Ngga papa bunda aja, kamu itu butuh istirahat, jangan capek capek."
"Ngga capek kok bun, bunda juga harus istirahat, semaleman kan bunda di rumah sakit."
"Ya udah, bunda nyusul ayah di kamar tamu, inget jangan sampai kecapekan." Mengelus lengan menantu satu satunya itu.
"Iya bunda." Asyifa mengambil alih pencucian.
Setelah mencuci piring Asyifa mengambil obatnya yang ia simpan di laci dapur, yang harus kalian tau Asyifa itu ngga bisa nelan obat langsung jadi semua obatnya berbentuk kapsul.
Asyifa mengambil sendok makan, membuka kapsul dan menuangkan serbuknya ke sendok setelah itu di tambah sedikit air hingga merata lalu meminumnya jangan lupa air madu untuk menghilangkan rasa pahit dari obat itu.
Kring... kring... kring...
Asyifa melihat nama suaminya di layar HPnya dengan cepat Asyifa menuju kamar.
"Ada apa mas?" Tanya Asyifa.
"Ambilin remote." Menunjuk remote di sofa.
Dengan cepat Asyifa mengambilkannya.
"Ini mas.""Ya udah sana kerja lagi." Ucap Raihan setelah remote itu di tangannya.
Asyifa berjalan meninggalkan kamar tanpa mengeluarkan satu katapun menuju dapur untuk membersihkan bekas obatnya.
Itu adalah panggil pertama Raihan, panggilan ke dua saat Asyifa sedang melaksanakan shalat Duha.
Dengan masih menggunakan mukena Asyifa menghampiri Raihan, ternyata suaminya menyuruhnya untuk mengambilkan minum, tanpa babibu Asyifa mengambilkannya.
Panggilan ke tiga saat Asyifa menyetrika pakaian, kali ini Raihan memintanya untuk mengambil map biru di ruang kerjanya.
Saat panggilan ke empat Asyifa masih menyetrika pakaian yang memang sudah menumpuk dari dua minggu, Raihan menyuruhnya mengembalikan remote karena ia mau fokus pada berkasnya.
Pada panggilan ke lima Asyifa sedang mengolah berbagai macam bahan menjadi hidangan untuk mereka makan siang, Raihan menyuruhnya untuk mengecilkan AC dan panggilan selanjutnya ia menyuruh Asyifa membesar AC.
Dan masih banyak lagi panggilan panggilan absurd Raihan selama 5 har ini.
Ingat Raihan tidak lumpuh hingga ia tidak bisa bergerak sedikitpun, sungguh Raihan benar benar sengaja mempermainkan Asyifa.
Sedangkan Asyifa selalu saja menurutinya, karena taat suami adalah kunci surganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asyifa (Terbit)
Romance"Kenapa lu ngerjain pekerjaan lu yang hina itu dirumah gue?" Badai besar menghantam Asyifa, seorang gadis sholiha yang amat menjaga kehormatannya, Syifa sebelumnya tak pernah mendapatkan badai sebesar ini yang ada hanyalah gerimis hujan, badai itu...