"صَدَقَ اللهُ اْلعَظِيْمُ...."
Asyifa mulai merapikan mukena beserta sajadah setelah menutup aplikasi Al-Quran di Hpnya.
"Mas Raihan sudah sholat?" Tanya Asyifa berjalan mendekati Ranjang.
"Sudah." Singkat, padat dan jelas.
"Mas mau ganti baju?" Tanya Asyifa hati hati.
"Ya." Sekali lagi singkat, padat dan jelas.
Raihan merasakan tubuhnya lengket padahal hanya diam di ranjang, ia membutuhkan kesegaran.
Asyifa mengambil baskom yang telah di isi air tak lupa lap dan baju ganti suaminya, dengan perlahan menuntun Raihan agar duduk, setelah terduduk sempurna Asyifa membuka satu persatu kancing dan mulai mengelap tubuh atas Raihan kecuali yang luka.
Dari punggung beralih ke tangan kanan menuju ke dada dan perut berlanjut ke tangan kiri, pandangan Raihan tak lepas menatap Asyifa.
"Maaf mas." Meminta ijin mengelap leher Raihan lalu mengambil lap lagi untuk wajah dan rambut, dengan telaten Asyifa memakai baju Raihan, sedangkan Raihan tidak merespon sama sekali hanya pandangannya terfokus ke Asyifa.
Setelah badan atas bersih Asyifa menaikan selimut yang di pakai Raihan hingga menampakkan Bokser yang digunakan suaminya itu, dengan gugup Asyifa mulai mengelap paha Raihan yang tidak tertutup bokser hingga ke ujung kaki di akhiri dengan memijat kaki suaminya.
"Terimakasih." Ucap Raihan setelah melihat Asyifa menutup kembali selimutnya.
"Sama sama mas." Melipat baju kotor Raihan dan menyimpannya ke kantong plastik bersama baju kotor yang lain.
"Asyifa ke kamar mandi dulu." Membawa baskom ke kamar mandi.
Otak Raihan sedang berfikir keras, ia melihat ketulusan di mata Asyifa, ada sedikit penyesalan mengingat apa yang diperbuatnya selama ini, tapi rasa gengsi dan egonya kembali menepis penyesalan itu.
Pintu kamar mandi terbuka bersamaan dengan ketukan pintu, Asyifa langsung mengambil langkah mendekati pintu.
"Permisi..." Ucap pria berjas putih.
"Silahkan Dokter." Memberi jalan kepada Dokter Andi yang menangani Suaminya.
"Gimana keadaannya tuan Raihan? Ada masalah?"
"Saya merasa semakin membaik Dok."
"Saya cek terlebih dahulu." Dokter Andi mulai memeriksa kondisi Raihan, disisi lain Asyifa berdoa agar kabar baik yang mereka dapat pagi ini.
"Alhamdulillah Ginjalnya sudah bekerja dengan normal jadi nanti tidak perduli melakukan cuci darah, kita tinggal menunggu pemulihan saja mungkin lusa sudah bisa pulang." Membuat Raihan dan Asyifa lega."Alhamdulillah..." Ucap syukur Asyifa.
"Makasih dok.""Sama sama, nyonya jangan terlalu kelelahan." Ucap dokter yang dihadiahi tatapan bingung Raihan, ada hubungan apa hingga dokter Andi perhatian kepada istrinya.
"Bukan apa apa tuan Raihan takutnya nyonya ikut drop dan tidak bisa merawat dan menemani tuan, saya permisi." Menyadari tatapan Raihan lalu beranjak Pamit."Apakah salah satu pelanggan mu? Hebat sekali hingga dokter tertarik kepada mu." Tersenyum sinis.
Lagi lagi Raihan berprasangka buruk terhadapnya, sumpah demi Allah Asyifa tidak pernah melakukan zina seperti itu, Asyifa hanya bisa bersabar meminta ampun untuknya dan suaminya kepada allah, gadis itu hanya menundukkan kepalanya sampai terdengar suara pintu terbuka.
"Assalamualaikum..."
"Waalaikumsalam bunda ayah." Asyifa langsung menghampiri mertuanya.
"Wah udah seger aja anak bunda, menantu bunda pinter ngerawatnya." Melihat Raihan.
"Bunda pagi pagi udah sampai sini aja." Raihan membuka suara.
"Ayah mu minta sarapan bersama di sini."
"Gimana keadaanmu nak?" Tanya ayah.
"Alhamdulillah yah ginjalnya sudah berjalan normal jadi tidak perlu cuci darah lagi, Raihan ingin tau siapa pemilik ginjal yang sekarang ada di tubuh Raihan yah." Terang Raihan.
"Ayah sama bunda sudah bilang kalo orangnya tidak mau identitasnya engkau ketahui."
"Tapi Raihan berhak tau yah." Desak Raihan.
"Tapi tidak sekarang son."
"Sudah sudah ayo kita makan dulu bunda udah masak makanan spesial." Mulai menata makanan makanan yang telah di bawanya.
"Ayo Asyifa makan." Ajak ayah.
"Iya ayah sama bunda dulu." Membiarkan agar mertuanya mengambil terlebih dahulu.
"Mas mau bubur apa nasi?"
"Bubur aja di tambah lauk bunda." Dengan telaten Asyifa mengambilkan sesuai keinginan suaminya.
"Silahkan mas." Memberikannya kepada Raihan lalu mengambilkan minum dan tisu untuk suaminya itu."Terimakasih." Di balas anggukan oleh Asyifa
Dirasa kebutuhan suaminya sudah terpenuhi Asyifa melangkah ke sofa mengambil makanan untuk dirinya.
"Bunda bener bener bersyukur memiliki menantu sepertimu nak."
"Asyifa juga bersyukur bisa menjadi bagian dari keluarga bunda."
"Sudah ayo kita makan melow melownya di tunda dulu ayah sudah lapar, jangan lupa doa." Ucap ayah memperingatkan.
Mereka pun mulai melahap makanan mereka masing masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asyifa (Terbit)
Romance"Kenapa lu ngerjain pekerjaan lu yang hina itu dirumah gue?" Badai besar menghantam Asyifa, seorang gadis sholiha yang amat menjaga kehormatannya, Syifa sebelumnya tak pernah mendapatkan badai sebesar ini yang ada hanyalah gerimis hujan, badai itu...