Raihan memijat pelipisnya yang terasa berdenyut, matanya terpejam pikirannya melayang entah ke mana, apa yang ia lakukan... ia tidak menyangka perkataannya selama ini adalah kenyataan, Raihan selama ini hanya main main dengan ucapnya tapi sekarang ia telah melihatnya, laki laki di rumah ini hanya dia, barang barang siapa itu... apakah barang pria hidung belang? Astaga... membayangkannya saja membuat ia muak.
TIN...
Bunyi klakson mobil membuat Raihan membuka matanya, ia menarik dan menghembuskan nafas lelah.
"Assalamualaikum..." suara seseorang yang familiar dari depan pintu.
"Waalaikumsalam... " sang pemilik rumah bangkit dari sofa bergegas membukakan pintu, Raihan mematung sekejap melihat siapa tamu yang mengunjungi istananya.
"Masuk yah, bun." Menyalami orang tuanya lalu mempersilahkan masuk."Astagfirullah... Kenapa bisa pecah?" Tanya bunda melihat vas bunga yang lumayan besar pacah di ruang keluarga rumah anaknya.
"Emm itu bun... tadi ngga sengaja kesenggol." Jawab Rangga bohong.
"La menantu ayah mana?" Sekarang giliran ayah yang bertanya.
"Oh itu yah, Asyifa itu... pergi, iya Asyifa pergi belanja kebutuhan dapur." Alibi Raihan, sekarang mereka sudah duduk di ruang keluarga.
"Kenapa ngga kamu tenenin? Malah nambah kerjaan istri mecahin vas, ck... bunda bener bener beruntung punya menantu kaya istrimu, mandiri, bisa ngurusin kamu, sholeha, pinter masak, berpendidikan... wah pokoknya best lah." Raihan tersenyum kecut mendengar pujian sang bunda untuk istrinya.
"Oh iya ayah juga pengen denger menantu ngomong pakai bahasa Arab, pasti lancar kaya orang orang asli Arah." Raihan mengeryitkan dahi.
"Sejauh ini Raihan malah belom pernah denger Syifa ngomong Arab yah, emang bisa?"
"Loh loh loh, kamu ngga tau kalo istrimu lulusan Arab?" Raihan menggeleng menjawab pertanyaan bunda.
"Asyifa itu lulusan Universitas Raja Abdul Aziz di bidang Sastra dan Humaniora S2 loh Han.. Payah masa istrinya sendiri ngga tau, waktu dulu aja Syifa tanya tanya tanya tentang kamu, pokoknya menantu bunda emang paket lengkap." Jelas bunda, Raihan tercengang mendengarnya, woww...
"Han... alasan ayah menjodohkanmu dengan Asyifa itu karna balas budi, balas budi ayah kepada keluarga mertua kamu, dulu bundamu hampir kehilangan nyawa saat akan melahirkanmu, waktu itu ayah hanya mampu membawa bunda ke klinik tapi klinik itu ngga sanggup menangani bunda karna uterus_nya robek, ayah benar benar bingung waktu itu dan minta bantuan sahabat ayah tak lain tak bukan adalah mertua kamu, alhamdulillah akhirnya bunda dan kamu selamat setelah itu mertuamu minta ayah bekerjasama di perusahaannya sampai akhirnya ayah bisa bangun perusahaan sendiri, ayah percaya kamu bisa bahagiain Syifa, bisa jaga Syifa, ayah fikir dengan kamu bisa menjaga salah satu berlian mereka bisa membalas kebaikan mereka."
Robekan uterus adalah salah satu komplikasi persalinan yang paling langka namun paling rumit. Jika tak ditangani segera, maka dapat mengakibatkan perdarahan hebat pada ibu dan kemungkinan bayi tercekik.
Raihan baru mengetahui alasan ia di jodohkan, dulu ayahnya hanya menyuruh tanpa memberi alasan.
Satu persatu rahasia terungkap, ayah menarik nafas panjang dan menghembuskannya sebelum melanjutkan ucapnya."lagi dan lagi kita berhutang budi kepada mereka, dengan senang hati Syifa memberikan ginjalnya untukmu, sungguh mulia keluarga sahabat ayah itu, sampai ngga tau caranya membalas kebaikan mereka, ayah sangat sangat berterimakasih kepada mereka." Pandangan ayah lurus kedepan menerawang kejadian di masalalu, seberapa susahnya hidup mereka hingga sukses berkat abi Asyifa.
"Tu_tunggu jadi ginjal yang ada di Raihan ginjal Syifa?" Lutut Raihan seketika lemas, iya tidak percaya dengan kenyataan ini.
Ayah langsung tersadar dari ucapnya, ia kelepasan tidak sengaja mengatakan soal ginjal.
"Eh iya mana nak Azzam?" Tanya bunda mengalihkan pembicaraan sambil menghapus air matanya yang entah sejak kapan menetes.
"Bang Azzam?" Dahi Raihan kembali mengernyit.
"Iya bang Azzam, kata jeng Aini hari ini dia pulang makanya bunda sama ayah mampir."
Azzam? Kesini? Jangan jangan Jas, jam, dasi, ikat pinggang... Badan Raihan benar benar lemas sekarang, apa yang ia lakukan... tanpa mendengar penjelasan ia telah merusak segalanya, apa yang ia lakukan... bodoh! Raihan bodoh!
"Assalamualaikum..." Ucap seseorang memasuki rumah.
"Waalaikumsalam... eh nak Azzam, dari mana?" Tanya ayah.
"Om, tante, Raihan." Menyalami Ayah, bunda juga Raihan.
"Ini dari beli makan om, badan Humaira panas tadi jadi Azzam ngga ngebolehin masak, oh iya Humaira mana tan? Tadi Azzam suruh istirahat di sini.""Loh kata Raihan, Syifa lagi belanja... yang bener yang mana?"
"Arghhh..." erang Raihan kemudian lari mengambil kunci mobil, dompet dan Hp langsung pergi dengan mobilnya.
Ayah, bunda dan Azzam menatap kepergiannya dengan bingung.
"Kita kejar." Interupsi ayah.
"Pakai mobil Azzam aja om." Mereka bergegas memasuki mobil mengikuti mobil yang di gunakan Raihan.
Di mobil Raihan tak henti hentinya memaki diri sendiri, ia benar benar merasa seseorang yang paling bodoh, seseorang yang paling brengsek di dunia ini, suami yang paling tidak tau dari, bila terjadi sesuatu pada Asyifa ia tidak akan memaafkan dirinya sendiri.
"Maafkan mas Syifa..." lirih Raihan.
Fokus Raihan terpecah pecah, ia mengendarai mobil seperti orang kesetanan, matanya beralih ke Hp yang di genggamnya, ia berusaha untuk menghubungi Wildan menanyakan keberadaan istrinya, ia sulit mencari kontak Wildan karena pandangannya blur matanya tertutup air mata, hingga ia tidak mengetahui ada seekor kucing yang melintas di hadapannya, Raihan kaget hingga membanting setir ke kanan menabrak truk yang diam terparkir di bahu jalan.
BRUAKKK...
"Maafkan mas..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Asyifa (Terbit)
Romance"Kenapa lu ngerjain pekerjaan lu yang hina itu dirumah gue?" Badai besar menghantam Asyifa, seorang gadis sholiha yang amat menjaga kehormatannya, Syifa sebelumnya tak pernah mendapatkan badai sebesar ini yang ada hanyalah gerimis hujan, badai itu...