2: MATA

1K 161 64
                                    

"Tak ada yang memaksamu untuk harus melihat, tentang semua yang mampu kau lihat. Seperti tak perlu untuk memikirkan banyak hal, meski kapasitas otakmu bisa melakukan itu. Hidup tak sepenuhnya hanya tentang soal PENASARAN. Tetapi terkadang, KEPEDULIAN itu diperlukan."

~Mata Tertutup~

Kasful dan Wahyuni setengah berlari di sepanjang lorong rumah sakit itu, sementara Lintang Kamila tampak menyusul di belakangnya sambil membawa coklat dan boneka. Namun ketika melihat Julian di tikungan, ketiganya mendadak berhenti.

"Kenapa operasi Matahari mendadak, Yan? Hei, kalian menutupi apa sebenarnya? Papa bilang itu donor mata dari terpidana mati? Julian, kalian sudah sinting apa ya? Itu mata dari seorang pembunuh! Mana Rinyani? Yaniii..." cerocos Wahyuni, sambil menarik-narik lengan iparnya itu.

"Lha, Yun. Isin tho...iki rumah sakit," kata Kasful, seraya menenangkan adiknya.

Julian cuma diam. Dia malah mundur dan bersandar di dinding. Tampak tak berminat melayani pertengkaran dengan kembaran istrinya itu. Karakter Yuni dan Yani memang sedikit berbeda, meski sama-sama keras juga. Tapi memang Yuni terkesan lebih galak dan jutek ketimbang Yani.

Tetapi untuk keberuntungan, Yuni sedikit lebih beruntung. Selama lima belas tahun pernikahan, dia dan suaminya bisa memiliki Lintang Kamila. Gadis itu kini sudah SMA, sangat sayang pada Matahari, meski mereka tak sedarah.

"Inget kowe, Yan? Aku ini yang bawa Matahari ke kalian. Karena kalian bilang pengen punya anak. Aku yang janji sama almarhumah ibune tuh bocah, Si Arashi, bahwa aku akan memberikan anaknya ke orang yang bener. Nah, sekarang kalian benernya di mana? Mata pembunuh ditempel di mata anak yatim piatu itu? Nggak sekalian mata kucing ditaroh di situ?" Teriak Yuni lagi, sambil terus menatap tajam Julian.

"Wahyuniii..." Kasful mulai gemas dengan emosi adiknya, dia berusaha keras untuk mendorongnya menjauh dari Julian.

"Matahari sudah bisa melihat, Om?" Tanya Lintang Kamila, berusaha mendamaikan suasana.

Julian mengangguk,"Mata sedang sama Tante Yani sekarang"

Lintang Kamila tersenyum, dia lalu berlari menuju ruangan yang ditunjuk Julian. Boneka dan coklat ditangannya dia goyang-goyangkan dengan ceria. Sementara di sudut lain, Wahyuni masih tampak bertengkar dengan  Kasful. Hal itu membuat Julian berusaha untuk terus melangkah menjauh, demi menenangkan pikirannya. Dia sudah cukup stres dengan proses operasi transplantasi kornea matanya Matahari. Bahkan sejak awal, jangankan Si Yuni, bahkan istrinya saja sempat menolak dengan keras.


"Mas, apa tidak punya cara lain? Itu mata seorang pembunuh! Manusia sadis! Bahkan konon sebenarnya dia membunuh ratusan orang. Nanti bagaimana nasib anak kita?" Tanya Yani histeris.

"Terus, kita tetap tega membiarkan Matahari buta selamanya? Kau tidak memikirkan masa depannya apa?! Kita tak punya pilihan," sahut Julian.

Sebenarnya, dia juga ragu dengan keputusan awalnya. Namun Harsono Muhdi, mertuanya yang mantan Kapolda itu meyakinkannya.

"Kalau urusan Yani, itu kamu nanti yang atur. Bapak cuma bisa melakukan ini untuk kalian. Mau beli kornea mata dan operasi di luar negeri, Bapak duit dari mana? Sekarang cuma jenderal pensiunan yang kena stroke. Harta dan usaha tak banyak, itu juga dikelola anak-anak istri pertama. Ibunya Yuni kan sudah Bapak modali usaha salon, butik, apalagi itu... tapi nggak berkembang. Ya, dia Bapak nikahi waktu masih kelas satu SMA. Yo, ngerti opo soal kembangin usaha?"

Mata TertutupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang