12: Kampus

679 101 77
                                    

Proses pemakaman ulang itu, baru berakhir. Julian, User Ali, Mozes Raditya dan Dokter Ardy, perlahan mundur. Saat Nura Kultsum dan kedua orangtuanya mulai meraung dan menangis, di atas tanah yang baru ditimbun tersebut.

"Boreeen.... Boreeen..." panggil mereka.

Julian sudah mengumpulkan foto-foto terakhir Boren Sores di sejumlah media, untuk dicetak dan diberikan pada Nura, demi meyakinkan bahwa memang itu Boren yang sama. Meski foto-foto terbaiklah yang dia berikan, agar Nura tidak tahu kasus Boren sebenarnya. Khawatir jiwa wanita itu makin terguncang.

"Semoga setelah proses penguburan secara layak ini, kondisi Matahari akan kembali normal. Percaya nggak percaya soal beginian, tapi dunia medis saja sulit menganalisa kasus ini. Ketika kornea bisa merubah kepribadian seseorang, rasanya memang seperti tidak wajar" kata Dokter Ardy, yang menyempatkan diri untuk hadir.

"Semoga, Dok. Jangan sampai ada banyak masalah lagi. Keluarga kami sedang runyam sekarang. Mama Mertua masuk rumah sakit, keponakan lagi diteror mantan pacarnya. Masalah Matahari saja kita belum beres...." kata Julian sambil geleng-geleng kepala"

"Mertuanya sakit apa?"

"Cuma kelelahan, Dok" sahut User Ali cepat, sambil tersenyum.

"Semoga cepat sembuh, ya"

"Amin, terima kasih Dok!"

"Lalu, soal keponakan yang diteror itu apa sudah lapor polisi?"

"Pastinya sudah, sekarang dia lagi di rumah Mas Julian. Bareng Matahari..." kali ini, Mozes Raditya yang tersenyum sambil menjawab.

"Kenapa diteror?"

"Biasa, karena diputusin"

Dokter Ardy mengangguk-angguk,"Entahlah bagaimana perilaku anak muda zaman sekarang. Baru diputusin pacar, sudah ngamuk. Bagaimana kalau diputusin nyawa sama Malaikat Izroil?"

User dan Mozes langsung tersenyum, sementara Julian malah sibuk menerima telpon.

"Halo, Yan? Apaan sih teriak-teriak? Aku baru selesai ngurus pemakaman Boren, lho. Nanti telpon lagi, ya. Ya? Halo? Apa?! Matahari nembak Kevin!!!!"

#####

Icha Karenina, baru saja menggelar acara tujuh bulanan semalam. Semua berjalan meriah, maklum, dia sedang mengandung cucu pertama dari Presiden. Sebagai menantu yang paling bersinar, dia sudah seperti ratu yang diagungkan.

Tapi siang itu, jantungnya seakan mau lepas. Berita di media mendadak gempar, karena kasus penembakan seorang penyanyi dan pemain sinetron. Dan anehnya, Si Penembak tersebut adalah seorang anak perempuan berusia sebelas tahun. Dia bernama Matahari, anak adopsi pasangan Julian Alexandre, cucu Jatmiko, pengusaha fashion ternama Alexandre Gotti, dengan Yani Harsono.

"Itu... itu anak Ara, Mas. Anaknya Arashi!" teriak Icha, pada Sulaiman, suaminya.

Anak sulung presiden itu, cepat mematikan tivi dan memeluk istrinya.

"Jangan pikirkan apapun, sayang. Kau sedang mengandung"

"Anak adopsi Julian Alexandre itu, Matahari, anak Arashi sahabatku. Aku tahu kapan mereka mengadopsi anak itu. Aku tahu semua, Mas! Sebab aku yang membuatnya diadopsi orang. Tetapi kenapa dia sekarang jadi pembunuh? Kenapa? Siapa yang mengajari anak sekecil itu menggunakan pistol?"

Sulaiman membelai rambut Icha dengan lembut,"Tenanglah. Itu bukan salahmu"

"Salahku, Mas! Mestinya aku sendiri yang mengadopsi anak itu. Karena... karena Ara sebenarnya menitipkannya padaku, Mas..."

"Sayaang..."

"Arashinta Higurashi, salah besar bertemu Chaddric malam itu. Kalau saja ... kalau saja dia tidak menemaniku malam itu, mereka pasti tak bakal saling kenal dan membuat Ara sampai hamil..."

Mata TertutupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang