1

360 15 10
                                    

Kringgg... kringgg... kringgg...
Nada alarm yang terdengar begitu nyaring tak cukup untuk menyadarkan Naira dari mimpi indahnya. Disusul dengan teriakan Melati sang ibu, hingga menggemparkan seisi Rumah
"Nai!!"
"Nairaaa ayo bangun!"
Samar-samar Naira terusik oleh teriakan ibunya namun tak ia hiraukan titah sang ibu untuk menyudahi mimpinya.

"Haduh bu pagi-pagi kok sudah teriak-teriak begitu. Malu atuh sama tetangga." Ucap Ramli Bapak Naira berjalan keluar kamar sambil membetulkan letak kopeahnya, kemudian duduk di meja makan.
"Ya habis  anak gadismu itu lho pak, paling susah dia bangun. Alarm aja dibunyikan kenceng gitu tetep gakeganggu dia." Jawab melati sambil berjalan menghampiri sang suami sembari meletakan segelas teh hangat di depannya.
"Kalo gitu samperin aja dia ke kamarnya, bangunin yang bener bu."

Melati pun berjalan menuju ke kamar Naira, ia sangat heran pada putrinya ini jika sedang dalam keadaan yang namanya TIDUR tak akan ada yang bisa mengganggunya udah kaya kebo aja deh kalo tidur tuh gadis.

"Astagfirullah Nairaa!! Ayo bangun dari tadi ibu panggil tetep aja tidur."
Dengan suara berat khas bangun tidur Naira menjawab "Hm iya bu bentar lagi"
"Bentar lagi gimana ini udah mau siang cepet sholat subuh dulu keburu matahari nongol tuh" titah sang ibu.
Naira hanya menjawab dengan deheman dan mata masih menutup rapat "Heemm bu"
Melihat anaknya itu Melati kemudian menarik sebelah kuping Naira hingga ia mengaduh kesakitan "alalalah buu sakit! Sakit! Sakit!" Saat Naira terduduk barulah ibunya melepaskan jewerannya.

"Ibu ini kasar pisan sama anak sendiri ih" tegas Naira dengan kesal.
"Ibu tuh bukan kasar, tapi kamu tuh kalo ga gitu ya gabakal bangun. Udah cepet sholat subuh dulu!" Jawab ibunya
"Iyaa iyaa" Naira pun menurut takut kupingnya yang sebelah lagi menjadi korban selanjutnya jika ia tetap berdiam diri.

Selepas sholat dan memanjatkan doa-doanya, Naira merebahkan tubuhnya di atas sadjadah "Hmmm begini saja nyaman" gumamnya apalagi tubuhnya terasa hangat karna masih dibalut dengan mukena miliknya. Dalam hitungan detik pun ia sudah melayang kembali ke alam mimpi.

                              ***

Cahaya matahari menelisik merasuki retinanya, Naira menggeliat kemudian menatap jam di dindingnya sudah pukul 7 pagi berarti sudah 2 jam ia tertidur kembali
"Astagfirullah!! Alamat disindir ibu ratu ini mah" Naira berbicara sendiri kemudian cepat-cepat membereskan sadjadah dan mukenanya kemudian pergi mencuci muka.

Di ruang makan sudah terdengar suara bapak, ibu, dan Fadlan adiknya berkumpul siap untuk menyantap sarapannya. Naira pun datang menghampiri kemudian menarik kursi disebelah adiknya dan duduk.
"Aduh enak si enon mah bangun tidur langsung makan" sindir sang ibu.
Naira hanya membalas dengan cengiran kudanya karna sudah biasa seperti itu. Ia pun heran dengan matanya yang sulit sekali terbuka kala sang fajar datang. Sejak ia lulus sekola SMA beberapa bulan lalu, ia sering seperti ini bangun siang bahkan pernah lebih siang dari hari ini. Naira tak melanjutkan pendidikannya tahun ini, rencananya ia ingin rehat dulu satu tahun. Sekarang ia ingin menikmati dulu masa-masa bebas tanpa beban tugas sekolah yang menumpuk, ulangan-ulangan, dan pelajaran yang sudah banyak melintas di kepalanya. Ya hanya melintas tidak untuk menetap. Hehe memang kan ya pada hal yang diharuskan itu sulit untuk diingat, kecuali tentang dia tanpa diperintah pun otak senantiasa mengenangnya.  Cieelah kok jadi ngawur.

"Kamu baru bangun Nai? Enggak sholat tadi?" ucap Bapak menyadarkan lamunanku.
"Hehe iya pak, tapi Nai sholat kok tadi kan ibu bangunin terus habis sholat ketiduran lagi" jawab Naira tersenyum malu sambil mengambil makanannya.
"Halah ketiduran apa sengaja tidur lagi tuh" timpal adikku Fadlan
"Ih apaan sih lan rese!"
"Ya emang benerkan teteh mah parah ih kalo tidur bener-bener kaya kebo! Hahaha"
Karna kesal aku injak saja kaki fadlan sekerasnya
"Awwww teteh ih! Ibu tah si teteh!"ucap fadlan
"Ngadu deh ngadu dasar bocah!" Jawabku
"Sudah-sudah kok jadi ribut ayo cepat sarapannya." Ucap ibu melerai kami, sarapan pun berlanjut.

"Pak, bu Fadlan udah selesai. Sekarang Fadlan berangkat dulu ya."  Kemudian Fadlan beranjak dan mencium tangan bapak dan ibu, saat aku menyodorkan tanganku eh dia hanya lewat begitu saja mengabaikanku.
"Heh kamu ga salim sama teteh?" Tanyaku
"Gamau ah! Gaada faedahnya salim sama teteh mah. Wleee" fadlan memelet lidah kemudian berlari keluar dan mengucap salam.
"Ehh bocah awas ya kamu!" Teriakku pada adik tengik itu.

Selesai sarapan, aku membereskan bekas makanan kemudian mencuci piringnya. Dilanjut membereskan kamar dan juga rumah. Begitu saja rutinitas pagiku setiap hari.

Semuanya sudah beres, aku sedang duduk di depan tv mencari acara yang menarik tapi takku temukan. "Hmmm, ngapain lagi yaa bosen banget nih" gumamku sendiri. Kemudian aku melihat bapak hendak keluar.
"Eh pak mau ke perkebunan ya?" Tanyaku
"Iya, kenapa?" Jawab bapak
"Aku boleh ikut ya pak."
"Tumben, ya hayu wae mau ikut mah tapi jangan minta jajan ya!"
"Ih bapak cuman seblak boleh dong.wkwk" balasku dengan wajah memelas
"Haha dasar hayu cepet atuh"
"Iya bentar ganti baju dulu."
   
                           

                                         ***

                                   




















Holla temen-temen i'm back😊maafkan saya yang amatiran, menulis bukan karna pandai bercerita hanya menyalurkan imajinasi yang terbayang saja.hehe somoga ada yang suka😉

Voment please!!! Tinggalkan jejak biar jadi saksi sejarah kita😂 uwuuu

    

Garut, 15 Februari 2020
Love💕

Elisa Fauziah



Forgotten HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang